Devil's Fruit (21+)

Senjata-Senjata Itu...



Senjata-Senjata Itu...

0Fruit 565: Senjata-Senjata Itu...     
0

Andrea tertegun memandang anggota kelompoknya yang bersikeras untuk ikut bertempur bersama dengannya menyelamatkan Ivy nanti. Ia merasakan hatinya menghangat oleh rasa haru dan terima kasih.     

Kemudian, Andrea menoleh ke Kuro, memandangi bocah hybrid hitam manis yang suka bermanja padanya, lalu ke saudara kembaran si hitam pula yang duduk tak jauh dari dia.      

Sang Cambion menepuk lembut pipi Kuro, anak angkatnya. Dulu, sebelum meninggalkan Alam Cosmo untuk menuju ke gerbang Sacred Land alam Pangeran Djanh, duo hybrid itu sedang memasuki masa hibernasi.      

Dulu mereka begitu imut dan senang bergelung di jari atau pergelangan tangan Andrea. Kini keduanya makin bertambah dewasa dan kuat.      

"Baiklah." Andrea pun tersenyum. Melihat kesungguhan kelompoknya, ia hanya bisa mengucap syukur karena memiliki teman-teman yang begitu setia dan kompak dengannya, berbagi suka duka bersama. "Karena kalian berniat kuat membantu menyelamatkan putri bungsuku, maka aku akan mengajak kalian ke tempat Ivy disekap. Kita robohkan mereka!"      

"Yeah!" Semua anggota kelompok Andrea berseru penuh semangat.      

"Kita habisi mereka yang berani ganggu Mama dan anak-anak Mama!" Kuro ikut membakar semangat anggota itu.      

"Yeah!" seru mereka lagi.      

"Kuro... kamu paling semangat kalo soal berkelahi, yah!" Andrea susah menahan senyumnya jika menyangkut kelakuan si hybrid hitam.      

"Gyehehee..." Bocah hybrid hitam itu tersenyum nakal sembari julurkan lidah secara imut.      

"Oh ya, kemana Ra dan Fro?" tanya Andrea ketika dia teringat akan dua pedang elemen dia yang didapat melalui sebuah pelelangan di alam ciptaan Pangeran Djanh.      

"Mereka berkultivasi di gunung lain semenjak Noni Putri keluar dari Cosmo untuk ke Sacred Land." Kyuna menjawab mewakili yang lain.      

"Ternyata gitu..." Andrea manggut-manggut. "Lalu... beberapa senjata yang aku beri ke kalian?" Ia juga teringat 4 siluman nakal yang dia ubah menjadi senjata.      

"Milikku masih ada di gua gunung dan berkultivasi bersamaku, Yang Mulia Putri." Raja Naga Iblis Heilong yang pertama menjawab mengenai itu. Dia diberi sebuah tombak sabit raksasa mirip yang dimiliki para Grim Reaper. Itu adalah penjelmaan dari siluman kadal api.      

"Umh!" Andrea mengangguk.      

"Punyaku, Ma... mereka ada di kamarku dan tambah kuat!" sambung Kuro. Andrea memberikan Kuro sebuah pedang Katana dan pasangannya, Wakizashi. Duo pedang itu biasa dipakai para Samurai.      

Pedang yang diberikan pada Kuro adalah jelmaan dari Siluman Ikan Lele.     

"Mereka tambah kuat?" ulang Andrea menggunakan nada tanya. "Mungkin karena Kuro juga udah tambah kuat, maka mereka mengikuti. Nah, bagaimana dengan milikmu, Shiro?" Ia menoleh ke bocah hybrid putih di seberangnya yang duduk berendam di sisi Dante.      

"Sepasang Pedang Kait aku juga kutaruh di kamar dan selalu aku gunakan untuk berlatih, Ma. Dia juga makin kuat dan kokoh." Shiro memberikan jawaban. Pedang berkait itu jelmaan dari Siluman Kucing berelemen tanah.      

Andrea mengangguk puas. "Sepertinya dia udah menyatu ma kamu, Nak, makanya dia bisa berkembang lebih kokoh. Mama lega dengarnya." Ia tersenyum kecil ke putra angkatnya. "Lalu, gimana dengan tombak punyanya Dante?"      

"Aku ajak dia ikut berkultivasi dengan aku dan sabitku, Yang Mulia Putri." Raja Naga Iblis menyahut.      

Saat itu, Siluman Macan Loreng yang berelemen angin bersedia berubah menjadi sebuah Tombak Naginata, dan Andrea memberikannya untuk Dante.      

"Terima kasih sudah merawat tombakku, Tuan Raja Naga." Dante menghaturkan rasa terima kasihnya karena tombaknya turut diurus oleh Raja Naga Iblis Heilong.      

"Sebuah kehormatan bagiku yang rendah ini untuk merawat senjata Anda, Yang Mulia Pangeran." Raja Naga Iblis Heilong menangkupkan dua tangan sebagai tanda hormat ke Dante.      

"Sepertinya perjalanan petualangan anakku di alam milik Djanh tidak sederhana." King Zardakh angkat bicara.      

Segera saja, Kuro dan yang lainnya bergantian menceritakan kisah hebat Andrea selama di dunia milik Pangeran Djanh bersama mereka.      

Dagu King Zardakh terangkat naik mendengarkan satu demi satu cerita mengenai anaknya. Ia makin merasa bangga pada Andrea. Rasanya dia tidak salah memilih Putri Cambion sebagai Putri Mahkota kerajaan dia.      

Myren dan Giorge juga turut berdecak kagum mendengar apa saja yang dilakukan Andrea selama bersama dengan anggota kelompoknya.      

Tentu saja Jovano yang paling takjub. Dia makin mengagumi sang ibu. Pandangannya pada Andrea menemui level baru.      

.     

.     

Setelah selesai berendam selama satu jam lebih, Andrea ingin bertemu dengan Bara dan Froze. Dengan menggunakan kekuatan pikirannya, dia memanggil mereka berdua untuk keluar dari gunung tempat keduanya berkultivasi.      

Dalam waktu sekejap, kedua pedang kuno elemen itupun sudah melesat keluar dari gua sebuah gunung di Alam Cosmo dan sampai di pondok.      

"Nona!" Ra berseru gembira setelah berubah dalam wujud humanoid. Ia menerjang ke Andrea penuh suka cita. "Kupikir aku takkan bertemu denganmu lagi dan harus puas di tempat antah berantah!"      

Andrea memeluk seraya menepuk-nepuk punggung kokoh Bara, si pedang api. Meski Bara memiliki wujud seorang perempuan, namun dia kuat dan menakutkan. Tubuhnya berwarna tembaga dengan pakaian minim namun ala prajurit menampilkan tubuh kokohnya.      

Di belakang Ra, berdiri tenang jiwa pedang sedingin es, karena dia memang pedang es, Froze yang biasa dipanggil Fro.     

Jiwa pedang berpenampilan lelaki dengan kontur tubuh halus bagai wanita semampai membiarkan angin Alam Cosmo yang sejuk menerpa dirinya, mengakibatkan rambut seputih salju sepanjang pinggang dan jubah putih mirip dengan yang biasa dipakai bangsawan Tiongkok Kuno berkibar sesekali setiap angin membelainya.      

"Fro!" Andrea memanggil sang jiwa pedang es seraya ulurkan tangannya, mengundang Froze. Namun, lelaki pedang es itu tidak terbiasa sikap ramah tamah, maka dia tetap saja berdiri di sana, tak bergeming.      

"Selamat datang, No—HEI!!!" Froze tak sempat melengkapi kalimatnya karena Bara sudah menarik lengan baju panjangnya sehingga mau tak mau mengakibatkan tubuh halus Froze tertarik dan berakhir di pelukan Andrea dan Bara.      

Bara tertawa-tawa senang melihat Froze kesal bukan main.      

Sementara Froze sedang sibuk menghujat Bara, Andrea memeluk erat keduanya. "Aku kangen kalian, khawatir banget ma kalian, siapa tau kalian nakal di sini."      

"Nona... teganya dirimu... kau bukannya mengkhawatirkan keselamatan kami tapi malah cemas kalau kami nakal?" Bara berlagak merajuk. Bibirnya dikerucutkan lucu.      

Andrea tidak terpengaruh dan tetap tertawa memeluk mereka. Kemudian dia melepaskan mereka, ia berkata, "Ra, Fro... kenalkan... ini semua keluargaku..." Ia memperkenalkan Giorge dan yang lainnya ke duo pedang elemen tersebut.      

"No-Nona! Dia... dia juga suamimu?" Bara terkejut sambil telunjuknya mengarah ke Tuan Vampir. "Nona! Kau memang luar biasa! Kau panutanku!" Mata Bara berbinar penuh kagum pada majikannya. "Eh, kalau begitu, aku harus memanggilmu Nyonya! Kau sudah tidak perawan lagi, sudah bukan seorang nona! Ha ha ha!"      

Andrea mencubit pinggang Bara sembari memberikan senyum palsu. Kemudian, dia menarik Jovano mendekat. "Jo, mau gak kalo Bara ama Froze ikut kamu?"      

"Ehh?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.