Devil's Fruit (21+)

Mengakui



Mengakui

0Fruit 480: Mengakui     
0

"Yuk, Jo, kita jalan-jalan sebentar ke Paris. Di sana mungkin belum larut malam." King Zardakh langsung menggiring Jovano yang sudah pakai piyama ke portal ciptaan kakeknya.     

Andrea menepuk pahanya saking tak tau harus bicara apa.     

Kenzo pun segera berlalu membawa Gavin ke ruang lain. Andrea benar-benar ditinggalkan bersama Shelly.     

Istri sang Panglima menghela napas. "Kamu pengin denger aku ngomong gimana, Ndre?" Ia tatap Andrea yang berdiri satu undak di atasnya.     

Manik Andrea gelisah bergerak ke sana sini tak jelas. Bahu ia angkat. "Y-yaaa... apa gitu, deh, terserah kamu, asalkan bicara, kasi komen juga boleh. Ato kalo mo kasi petuah-petuah juga gue bakal dengerin, kok."     

Sekali lagi, Shelly hela napas. Sebenarnya dia juga tak tau kenapa merespon begini ketika tau Andrea ada hubungan dengan Giorge. Atau... dia kesal karena bukan yang pertama tau?     

Tangan Andrea terjulur, mengambil roti buatan Shelly yang ada di piring.     

"Eh, jangan! Itu udah kotor!" cegah Shelly, meski tidak berhasil.     

Andrea sudah terlanjur menggigit roti itu. "Hawah, hatuh hi hantai hgak aga hima mengit. Nom, nom, nom. Glek! Lantai kamar gue kan bersih. Eh ini enak, loh! Bisa dipajang di kafe, nih!" Ditatapnya roti yang sudah tinggal separuh.     

"Masa sih enak? Aku belum nyoba, sih. Maunya kamu yang pertama, gitu, soalnya kamu kan spesial bagi aku, Ndre, harus tau yang paling awal."     

"Waahh! Tengkyu, Beb!" Andrea peluk erat Shelly, lantas kembali kunyah roti sisa di tangannya.     

Namun, Shelly justru lepaskan pelukan dengan sikap jengkel. "Tapi aku nggak spesial buat kamu, ya kan?" Mulutnya mengerucut cemberut.     

"Haih, ngapa sih jadi nyinyir?" Andrea kembali mencomot roti lainnya, karena di piring masih ada tiga.     

"Abisnya... kamu nggak cerita soal kamu ma Giorge, malah Kak Myren yang-"     

"Yah, itu juga gegara Kak Myren mergoki waktu gue lagi diewe ama Giorge di kantor makany-"     

"HAH?! Di... diewe... di kantor?" Shelly sampai menutup mulut saking syoknya.     

Andrea tepok jidat, merasa tolol. "Beb, udahan dong syoknya." Ia jadi tak enak hati.     

"Gimana aku nggak syok, sih Ndre? Tiba-tiba tau kamu ama Giorge udah seintim itu!" Shelly bersandar lemas di pegangan anak tangga.     

"Gue... gue sendiri gak tau kudu jelasinnya gimana ama kamu, Beb. Makanya gue gak berani cerita." Andrea duduk di anak tangga. Dua tangan menopang dagu dengan dua lutut ditekuk.     

Shelly pun ikut duduk di depannya, meski menghadap ke Andrea. "Aku ini kan sohib kamu, Ndre. Kita dah sohiban sejak kapan, hayo? Kenapa ragu cerita ke aku? Aku bisa tersinggung, loh!"     

"Aih, Bebeb... lah dulu kamu ma Kencrut aja gue taunya setelah kamu melendung, ya kan?" balas Andrea.     

Kalimat itu berhasil membungkam Shelly beberapa belas detik. "Yah mulai sekarang nggak boleh lagi ada rahasia-rahasiaan di antara kita. Setuju?"     

Andrea tampak berpikir-pikir. Pipi digaruk tak jelas. "Eng... gimana, yak?"     

"Ihh! Andrea gitu! Ndrea nggak mau anggap aku sohib lagi!" Shelly merajuk.     

"Aiihh... iya, iya deh, iya, no secret between us anymore. Deal?" Andrea julurkan satu kelingkingnya.     

"Deal!" Shelly tersenyum lebar sembari sambut kelingking Andrea dengan miliknya sendiri. "Ndre, sejak kapan kamu... gituan ama Giorge?"     

"First time kami yah waktu gue ngejar bayangan yang gue kira Dante itu. Umm... waktu anak-anak pesta ultah."     

"Eh? Baru sebulanan lalu, yah?"     

"Hu'um. Emang belum lama, kok. Itu... spontan aja awalnya. Yah, sempet kelahi dulu ma dia sih di mobil karena gue maksa keluar mo kejar Dante."     

Shelly gigit bibir bawahnya. Ingin menangis. "Padahal kamu dah janji untuk enggak lagi kalut soal Dante."     

"Gue... jujur aja sepulang dari rumah sakit, gue masih stres soal Dante. Masih punya amarah di jiwa gue. Mungkin... Giorge hanya alat gue untuk luapin marah gue. Gue tau ini childish en gak bermoral, gue-"     

Shelly sudah memeluk Andrea sambil menangis. "Maaf. Maaf, yah Ndre. Aku payah banget jadi sohib. Dan sekarang aku restui kok kamu ama Giorge. Kamu harus bahagia dengan siapapun pilihan kamu, karena-"     

"Kak Myren juga ngomong gitu waktu gue tanya, hehe..." Andrea menepuk-nepuk lembut punggung sang sahabat.     

Shelly lepaskan pelukan dan usap air mata. "Kamu boleh ama siapapun. Asalkan kamu bahagia."     

"Makasih, Beb. Cuma... masalahnya... gue kagak cinta Giorge. Cinta en hati gue masih full buat Dante."     

"Eh? Lalu gimana kalo Giorge-"     

"Dia udah tau dari awal kalo gue cuma mo gunain dia untuk pelampiasan doang, kok. Ironis, yah! Gue menyedihkan banget, ya kan?"     

Shelly menggeleng seraya senyum hangat. "Enggak. Tiap orang punya cara tersendiri untuk menyembuhkan luka hati. Kalau kalian sudah saling sepakat, maka tak ada yang bisa mencemooh kalian. Jalani aja sampai hati kamu lengkap, Ndre. Paham, kan?"     

"Hati gue udah lengkap buat Dante, kok."     

"Yah, siapa tau kamu bakalan jatuh cinta ke Giorge, seperti perasaan kamu ke Dante."     

"Hahah! Omonganmu nyaris mirip Kak Myren kemarin. Tapi kayaknya susah banget, Beb. Dante udah berakar di gue. Atas ampe bawah."     

"Oh ya, kamu pengin curhat apa sih ama Kak Myren? Curhatnya ke aku aja lah, plis."     

Andrea nyamankan duduknya di anak tangga. "Pengin tau aja opini dia apa kalo gue bilang, gue jadiin Giorge alat menggantikan Dante. Gue gak bisa bohong kalo gue butuh disayang-sayang, butuh ada yang mesrain gue. Apalagi saban hari gue liat kalian berpasangan."     

Shelly remas tangan sahabatnya. "Maaf..."     

"Ah, santai aja." Andrea tepuk pelan punggung tangan Shelly. "Gue cuma rada bingung, gue egois kagak sih kalo gue anggep dia Dante? Kadang aja kalo lagi gituan, yang gue sebut malah nama Dante. Gue jahat, gak sih?"     

Shelly menyahut setelah diam mendengarkan. "Memangnya Giorge nggak pernah bilang cinta ke kamu?"     

"Always, oh my gosh! Ampe gue bosen. Itu pun sejak lama, sejak gue masih di kantor lama!" Andrea putar bola matanya.     

"Awh!" pekik Shelly takjub. "Berarti dia cinta banget ama kamu, Ndre!"     

"Iya, tapi masalahnya, gue kagak cinta ke dia. Makanya gue pengin tau, gue jahat kagak sih manfaatin dia gitu?" Andrea peluk dua lututnya.     

"Cinta punya berbagai macam sisi, Ndre. Sisi bahagia, sisi manis, sisi gelap juga."     

"Tapi gue kagak cinta dia, Beb."     

"Cinta adalah hal paling misterius di dunia. Kamu harus ingat itu, Ndre. Penyebab cinta takkan pernah diduga-duga. Hati kita ibarat kain, dan cinta adalah air yang menyentuh kain itu, meresap diam-diam tanpa kita sadar, dan tiba-tiba kain kita sudah basah seluruhnya hingga butuh waktu untuk mengeringkannya." Shelly berdogma mengenai cinta.     

"Segitunya, Beb," sahut Andrea.     

Shelly mengangguk. "Di saat kamu merasa sudah kehilangan cinta, saat itu juga kau sudah mulai mendapatkan cinta lain. Dari keluarga, teman, sahabat baik, dan juga dari orang lain."     

Andrea merenung. Kalimat panjang Shelly banyak benarnya, meski ada yang dia ingin sanggah. "Apakah seks berkaitan ama cinta, Beb?"     

"Kalau seksmu dengan banyak orang, berganti-ganti, kau tidak mencintai mereka, tapi kau hanya mencintai dirimu sendiri," ucap bijak Shelly. "Tapi kalau kamu hanya dengan Giorge, maka bersiaplah kainmu akan mulai basah."     

"Gue pengin setia ma Dante."     

"Menggapai cinta baru paska kehilangan, bukan berarti kita membuang yang lama, hanya menempatkan di ruang lain di hati kita. Kalau yang lama itu membuatmu sakit, maka yang baru akan menyembuhkan. Seperti itu terus hingga seluruh hatimu kembali utuh dan kau bisa menerima cinta lamamu, dengan kata lain move on. Semua karena cinta baru."     

"Aih, Bebeb kalo dah serius, ngalahin ahli filsafat! Gue makin cinta ama kamu, Beb!" peluk Andrea erat ke Shelly.     

"Eits! Hari ini ngewe ma Giorge? Udah cuci tangan?"     

"BEBEEBB!!! JAHAT, IH!"     

"Ahahahah!"     

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.