Devil's Fruit (21+)

Don't Touch Me!



Don't Touch Me!

0Fruit 454: Don't Touch Me!      
0

Tubuh nyonya Cambion benar-benar penat setelah seharian ke sana dan sini hingga malam. Tapi dia tak ingin banyak mengeluh. Ini sudah resiko.     

Usai telanjang, ia masuk ke bathtub. "Aahh... enaknya..." Ia pejamkan mata saking merasa rileks begitu berendam.      

Ketika badan terasa penat, adalah sebuah kenikmatan jika bisa berendam air hangat seperti ini. Apalagi jika menambahkan minyak esensial aroma terapi, itu sebuah bonus, tentunya.     

Ia setengah terpejam karena nyaman dan rileks ketika merasakan kulit lehernya disentuh. Lekas saja mata kembali terbuka lebar, namun sekelebat bayangan hitam sudah bergerak cepat tangkas masuk ke bathtub.     

"Aa!!!" Rasanya Andrea sudah berteriak, tapi kenapa yang keluar hanya suara tertahan?     

Karena kali ini dia bisa menggerakkan tangan, maka kesempatan ini digunakan untuk mengibaskan makhluk misterius agar terlempar.     

Sayangnya itu hanya harapan remang-remang. Meski Andrea bisa bebas menggerakkan kaki dan tangan, nyatanya ia tetap tak bertenaga. Makhluk itu bagaikan melunglaikan tubuh Andrea.     

Lagi-lagi Andrea harus menelan pil pahit malam ini. Diperkosa di dalam kamar mandi tanpa bisa berkutik.     

Makhluk itu duduk di belakang Andrea di dalam bathtub. Meski Andrea sudah berupaya memberontak, toh ia masih saja bisa dijajah sang makhluk hitam.      

Batin Andrea terus berteriak "Jangan sentuh gue!" karena mulutnya kelu tak bisa mengeluarkan sebuah kata selain desah napas saja. Lidah Andrea mendadak kaku jika makhluk hitam tanpa wajah itu datang.     

Andrea tak bisa melawan ketika dua kaki di angkat dan bentangkan dari belakang, kemudian vaginanya ditusuk benda tumpul yang Andrea tau persis apa itu.     

Nyonya Cambion terisak. Ingin murka tapi bagaimana caranya? Dua tangannya hanya bisa menggapai si makhluk, berniat mencakar atau apapun. Anehnya, makhluk itu tidak menggubris cakaran Andrea. Tetap saja memompa vagina tanpa bisa dihalangi.     

Satu kaki Andrea disampirkan pada tepian bathtub, sedangkan satunya masih ditahan di siku dalam si makhluk. Karena itu, tangan lain makhluk hitam bisa bebas menggerayangi klitoris Andrea yang terendam air.     

Cambion itu pun menggigit kuat bibir bawahnya ketika siksaan erotis itu datang menerjang membungkus tubuhnya dengan gelenyar-gelenyar kenikmatan yang mati-matian ingin dibuang jauh oleh Andrea.     

Tidak! Ia tak mau kalah oleh stimulasi makhluk jahanam itu. Andrea harus kuat, tidak terhanyut.      

"Ha-anghh~" Satu lenguhan terburai keluar dari mulut sang Cambion. Meski sudah berusaha ditahan, bahkan diupayakan lenyap, justru menguar seenaknya.     

Makhluk itu paham area paling terlemah dari tubuh Andrea. Atau memang kebanyakan wanita memang lemah jika klitorisnya disentuh secara intens?     

Wajah Andrea merah padam. Entah malu atau murka atau menahan berahi, atau ketiganya. Nafasnya kini tersengal-sengal sesuai irama hentakan penis si makhluk. Tangan yang tadinya giat mencakar ke belakang, sekarang mencengkeram tepian bathtub kuat-kuat bagai ingin benamkan kuku di situ.     

"Hagghh... aghh..." Andrea pusing. Ia tak lagi bisa berfikir waras. Libido sudah berhasil menguasai seluruh syaraf. Ia kini takluk pada permainan sang makhluk hitam.     

Makhluk itu juga tau persis akan takluknya Andrea. Lidahnya kurang ajar menjilati cuping telinga Andrea dari belakang sembari terus memompa kuat vagina di selatan sana hingga menciptakan gelombang air.     

Anehnya, ruangan itu bagai menjelma menjadi ruang kedap suara. Sangat tidak mungkin jika suara keributan di kamar mandi itu tidak terdengar oleh Kenzo di bawah, kecuali memang makhluk itu meredam semua suara di situ.     

Tak lama, Andrea bisa merasakan sesuatu yang hangat di dalam rahimnya. Si makhluk ternyata sudah klimaks. Ia bernafas lega.     

Maaf, Andrea... kau tak bisa buru-buru lega, karena si mahkluk sudah mengangkat tubuhmu keluar dari bathtub menuju ke area shower.     

Begitu keduanya tiba di bawah shower, air dinyalakan suhu hangat. Dan Andrea harus menggigit geraham serta bibirnya ketika makhluk itu kembali melesakkan penisnya ke dalam vagina dalam posisi doggy-style berdiri.     

Andrea menangis merintih menahan ngilu di vagina. Tubuhnya terhuyung maju mundur akibat kuatnya sentakan penis yang memenuhi liang hangatnya.     

Bahkan ketika dua tangannya ditarik ke belakang sambil terus dihentak, Andrea hanya bisa tersedu.     

Tak sampai lima belas menit, penyiksaan seksual itu pun berakhir usai si makhluk menembakkan peluru cairnya ke dalam rahim Andrea.     

Tubuh sang Cambion merosot ke lantai basah kamar mandi begitu penis tercabut keluar dan si makhluk pergi begitu saja.     

Sembari terisak-isak dan letih, Andrea membasuh seluruh tubuh, lalu berjalan lunglai memakai handuk dan keluar dari kamar mandi untuk memakai piyama.     

Tiba di ruang makan, Shelly menatap heran pada mata sembab sang sahabat. "Kenapa, Ndre? Kamu... abis nangis?" bisik Shelly agar Jovano tak mendengar, walau Kenzo menatap menyelidik.     

Apa mungkin Andrea mengurai semua perlakuan yang ia terima dari makhluk antah berantah beberapa minggu ini di hadapan Shelly dan Kenzo? Tidak! Ia enggan. Itu kejadian memalukan dan menjijikkan. Dan dia tak mau Shelly dan Kenzo kuatir setengah mati bila tau.     

"Gue... gue cuma... kangen Dante." Memaksakan tersenyum, Andrea mencoba memberikan alasan yang pastinya masuk akal bagi Shelly dan Kenzo.     

"Ya udah, nanti kalian kan bisa kontak-kontakan. Tapi ini makan dulu, yah." Shelly membimbing Andrea ke kursi dan meladeni mengambilkan makanan.     

Andrea tersenyum kecut. Hatinya masygul. Ia mengusap diam-diam lehernya. Terasa nyeri karena makhluk tadi sepertinya menggigit area itu. Apakah membekas? Tadi Andrea sudah memeriksa di cermin kamar dan tak ada apapun di leher. Tapi, nyeri itu belum mau hilang.     

Apakah Vampir? Benarkah itu ulah makhluk penghisap darah itu?     

Andrea terus memikirkan kemungkinan yang barusan mengendap di otak.     

Vampir. Makhluk itu... bisa jadi adalah Vampir yang entah dengan kekuatan apa bisa menaklukkan Andrea sepenuhnya jika sedang beraksi.      

Andrea benar-benar mengutuk keputusan dirinya yang telah menghilangkan darah iblis dari tubuhnya sendiri sehingga banyak kekuatan hebat Andrea juga sirna.      

Andai kekuatan itu masih dia miliki, dia takkan selemah itu melawan dominasi siapapun. Kini dia menyadari arti dari 'memiliki kekuatan'.     

-0-0-0-0-0-     

Keesokan harinya, Andrea bangun tidur dengan tubuh bagai remuk. Ia nyaris merangkak turun dari kasur.     

Shelly mengetahui lunglai Andrea. "Mukamu pucat, Ndre. Gak usah berangkat dulu aja, yah!" Gadis itu mengangsurkan segelas susu ke Andrea ketika si Cambion datang ke ruang makan.     

Andrea menggeleng. "Hari ini ada rapat. Gue gak mungkin kagak datang."     

Shelly tak bisa memaksa jika sahabatnya sudah kukuh pada suatu niat. "Makan yang banyak, gih. Minum habis susunya biar kamu gak loyo. Ntar biar Kenzo yang antar, yah!"     

"Jangan, beb!" tolak Andrea.     

"Saya antar, Puteri. Sudah kewajiban Hamba menjaga Tuan Puteri." Kenzo kini berani bersikukuh ke Andrea.     

Pagi itu, Andrea diantar ke kantor oleh Kenzo. Sang Pengawal berjanji akan menjemput begitu Andrea ingin pulang.     

Tiba di lift, Andrea harus terima berduaan saja dengan Giorge di kotak berjalan itu untuk menuju ke lantai yang sama.     

Andrea diam sejuta bahasa. Terkadang melirik tanpa diketahui Giorge. Ia kembali ingat pada asumsi tadi pagi. Vampir.     

Apakah Giorge?     

"Rea, aku bisa merona kalau kamu lirik terus begitu." Giorge memutar tubuh ke hadapan Andrea.     

Sang Cambion tercekat. Bagaimana kalau ternyata pelakunya adalah... Giorge?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.