Devil's Fruit (21+)

Kafe Tropiza



Kafe Tropiza

0Fruit 455: Kafe Tropiza     
0

Andrea tak bisa berfikir lebih jauh dari asumsinya. Benaknya terus menyuarakan bahwa jangan-jangan Vampir-lah yang melecehkan dia beberapa hari ini.      

Sebenarnya, Andrea harus terbuka mengenai masalah serius ini pada keluarganya atau minimal pada Shelly sebagai sahabat terdekat.     

Sayang sekali Andrea justru terus menutup rapat-rapat mulutnya dikarenakan malu setengah mati dan tak ingin orang-orang terdekatnya kuatir.     

Sikap ini sebetulnya keliru. Andai Andrea terbuka dan mengatakan apa adanya pada keluarga dan sahabatnya, tentu kejadian memalukan itu takkan berlarut-larut dan bisa segera ditangani.     

Namun, menilik dari keras kepala Nyonya Cambion, ia akan menutupi dan menyembunyikan aib ini untuk dia sendiri.     

Karena Andrea mencurigai itu ulah vampir, maka tak pelak lagi dia mengarahkan kecurigaan dia kepada Giorge. Apalagi dia tau bagaimana Giorge terus mengejar cinta Andrea.     

Sejak itu, dia lebih waspada dan merasa kikuk pada Giorge. Benaknya terus dibayangi bagaimana makhluk hitam itu melecehkan dirinya, menindih dan juga menyetubuhi berkali-kali.     

Giorge lama-lama merasakan perubahan sikap Andrea. "Apakah ada yang salah denganku, Rea?"     

Andrea tersadar dari lamunannya di kantor, lalu membuang pandangan ke arah jendela. Memandangi kota lebih nyaman baginya daripada bertemu mata dengan sang sekretaris.     

"Oh, by the way, hari ini kau tampak mempesona. Rasanya aku ingin mendekap dan menjadikan dirimu istriku." Giorge terus berceloteh.     

Ucapan itu membuat Andrea terhenyak. Ia perlahan menggigit bibir bawahnya. Namun, alih-alih ingin memberikan Giorge sahutan pedas seperti biasa, dia justru bungkam tanpa berhasil menemukan satu kalimat pun.     

Sang Cambion galau. Ingin meminta Shelly tidur bersama dia, sayangnya itu pasti akan mustahil karena Shelly sekarang sudah menjadi istri orang.     

Ia serba dilema. Dan sungkan jika harus merepotkan orang lain atas masalah dia sendiri.     

Ingin meminta kakaknya, Myren, itu juga lebih mustahil, karena Myren kini juga sudah berstatus sebagai istri. Yah, kakaknya sudah menikah resmi dengan Ronh, anak buah kepercayaan dia, seorang Panglima milik Zardakh, sama seperti Kenzo.     

Lalu pada siapa lagi dia bisa meminta tolong ditemani tidur?     

Dia dilema, apakah harus menceritakan tentang ini ke keluarganya? Apakah ayahnya musti tau? Pusing. Rasanya pusing bila otaknya dipenuhi kebimbangan begini.     

Bimbang, keras kepala dan risih, serta malu.     

Akhirnya untuk mengalihkan pikiran kusut, dia mencoba lebih fokus saja ke kafe.     

Ia menamai kafenya Tropiza. Dan selama sibuk dengan urusan kafe pun, dia tak sempat menghubungi Dante. Ia selalu pulang dalam keadaan sangat lelah. Terkadang begitu pulang, dia langsung saja tidur tanpa mandi atau makan malam.     

Dan ia tak tau apakah makhluk itu datang lagi saat dia tertidur lelah. Ia bagai tak perduli. Letih dan mengantuk mengalahkan segalanya.     

Tiga hari dia sibuk mengurusi kafe. Dibantu Giorge dan Myren, kafe itu pun berdiri seminggu kemudian.     

"Kapan soft opening-nya?" tanya Myren begitu dia dan Andrea menilik Tropiza siang itu.      

Andrea puas memandangi meja kursi berbentuk makanan yang sangat unik. "Tiga hari lagi. Gue musti beneran siapin bagian dapur."      

"Ada berapa undangan?"     

"Mungkin sekitar seratus orang."     

"Itu jamnya nggak kamu atur?"     

"Gak perlu. Toh gue ntar cuma kasi undangan soal hari doang. Untuk jam, terserah mereka. Gue yakin gak bakal over load."     

Myren terdiam sembari manggut-manggut. Ia percaya adiknya sudah memperkirakan semua hal. "Mebelnya lucu, yah! Gemes aku liatnya. Terutama yang macaron itu." Ia menunjuk ke deretan bantal duduk berbentuk kue macaron warna-warni.      

Andrea mengikuti pandangan kakaknya. "Hehe... gue sengaja minta mebel yang unyu-unyu biar pengunjung ngerasa betah en nyaman, Kak. Kalo favorit gue yang itu." Ia menunjuk ke sebuah kursi untuk dua orang berbentuk roti es krim.      

Shelly datang bersama Jovano, ikut bersuara. "Kalau aku paling suka yang itu." Telunjuknya mengarah ke deretan kursi berbentuk buah-buahan.      

Andrea mendekat ke anaknya. "Jagoan Mama sukanya yang mana?"     

Jovano tersenyum lebar perlihatkan gigi susunya yang sudah tumbuh semua. Kemudian ia berlari kecil menuju ke sebuah spot dimana terdapat banyak bantal duduk berbentuk irisan buah. Sang bocah riang mengangkat bantal lucu tersebut, memindahkan ke sana dan sini penuh semangat. Tiga wanita itu tergelak melihat tingkah lucu Jovano.      

"Kalau aku, suka yang ini." Tiba-tiba King Zardakh sudah ada di situ, menduduki sebuah kursi berbentuk roti tawar.      

"Gak ada yang nanya, pak tua!" cetus Andrea.     

"Jangan kotori kursinya. Huss! Huss!" Myren berlagak mengusir ayahnya. King Zardakh mencebik layaknya bocah yang ditegur ibunya. Andrea tertawa lepas.     

Shelly mengikuti Andrea memeriksa dapur. Ada oven ukuran besar, dan banyak peralatan memasak yang nyaris komplit seperti milik para chef kelas dunia.     

"Gimana, kamu bakalan bisa menangani di sini, kan Beb?"     

Shelly menoleh ke Andrea. "Harus. Toh beberapa bulan ini aku sudah rajin kursus kilat memasak di YouTube."     

Andrea tergelak. "Hahaha, alumni YouTube."     

"Kyehee... abisnya... kalo kursus beneran pasti mahal dan habiskan waktu aja. Toh praktikum ala YouTube tidak mengecewakan, kan?"     

Nyonya Cambion mengangguk mantap seraya acungkan jempol. "Masakanmu selalu mantap, Beb. Gue kalo gak nahan diri, bisa endut gegara kamu. Hahaha." Meski Andrea dulu di alam buatan Pangeran Djanh selalu memasak di pondok pribadinya, namun sebenarnya itu semua tidak seenak masakan normal.     

Shelly tersipu. "Ah, tapi aku belum bisa untuk roti. Kalau snack ringan bisa, tapi bakery... berat, nyerah deh! Hehe..."     

"Tenang aja. Kan gue dah bilang bakalan ada chef bagian pastry and bakery." Andrea membuka kulkas besar di dekatnya. Sudah banyak bahan makanan di sana.     

"Itu gakpapa kamu nyetok gitu?" Shelly menunjuk ke isi kulkas.     

"Gakpapa. Toh cuma daging ama beberapa selai plus saus doang. Sayuran ntar gue isi sehari sebelum opening." Andrea menutup kulkas besar di hadapannya.       

Siang itu mereka makan siang di Tropiza dengan Shelly sebagai chef-nya.     

Semua berkumpul di meja yang berkursi ala biskuit es krim.      

Mereka asik bercengkerama dan menikmati masakan Shelly sembari menikmati wine.     

.     

.     

Malamnya, Andrea menghubungi Dante. Mereka mengobrol lama. Andrea semangat menceritakan tentang kafe mereka. Dante intens mendengarkan sambil menatap lekat istrinya.     

"Apa, sih Dan? Diajak ngobrol malah bengong sambil cengar-cengir. Paham gak apa yang gue obrolin?" Andrea gerak-gerakkan dua kaki di udara saat ia berbaring telungkup santai.     

"Kamu tambah cantik, sayank." Dante terus saja tersenyum, mengakibatkan Andrea salah tingkah.     

"U-udah, deh gombalannya." Andrea tersipu malu.     

"Rasanya ingin ada di sana dan bercinta sepuasnya ma kamu, sayank."     

"Dante, plis deh!" Andrea makin merona. "Udah, ah! Ngantuk! Mo tidur! Bye!"     

Lalu vid-call disudahi sepihak. Andrea merasakan degup jantung yang cepat di dalam rongga dadanya.     

Ia menoleh ke ranjang Jovano. Kosong. Malam ini anaknya dibawa King Zardakh ke apartemen si Kakek.     

Namun, begitu Andrea akan pejamkan mata, ia bisa merasakan tubuhnya ditindih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.