Devil's Fruit (21+)

Welcome, Baby Boy



Welcome, Baby Boy

0Fruit 465: Welcome, Baby Boy     
0

Seminggu ini King Zardakh meminta agar Jovano tinggal di penthouse dia. Urusan antar jemput sekolah, akan dikerjakan si kakek.     

Hal itu digunakan Andrea untuk fokus mengurus kafenya seusai kerja. Ia bisa sampai malam berada di kafe. Terkadang Myren dan Revka datang dengan anak mereka.     

Minggu malamnya, Jovano diantar pulang oleh King Zardakh. "Ayah ada pertemuan penting di Antwerp Senin besok."     

"Yah, terserah sih." Andrea menyahut santai. Ia sudah sampai di rumahnya.     

Tak lama, Jovano pun lelap. Andrea masih terjaga karena mengerjakan audit kafe. Karena ia habis mandi, ia belum sempat pakai kalungnya. Tali benang pada kalung akan membuat tak nyaman jika basah.     

Baru saja dia rebah telungkup mempelajari laporan pendapatan dan pengeluaran kafe Tropiza, mendadak tubuhnya ditindih.     

Seketika Andrea menyesal tak lekas memakai kalungnya. Buku, kertas dan bolpen terbang berhamburan jatuh dari ranjang akibat kibasan makhluk itu.     

Andrea berjuang mati-matian agar tidak takluk. Namun, ia tak berkutik saat dua tangan ditahan di sisi kepalanya oleh si makhluk hitam.     

Swooshh!     

Dhuakk!     

Makhluk hitam itu terpelanting ke dinding, lalu terguling di lantai. Andrea bernapas lega. Ayahnya kembali muncul menyelamatkan dia.     

Tapi, alangkah kagetnya ketika ia melihat pelaku penyerang si makhluk, bukan sang ayah, melainkan...     

"Jo?" Andrea terkesiap tak percaya.     

Sedangkan si makhluk, dia segera lari menghilang usai Jovano menyerangnya.     

Andrea lekas ke Jovano yang berdiri di dekat ranjangnya sendiri. "Jo? Jo! Kok...?" Dia sampai bingung mencari kalimat. Sangat tak menyangka Jovano bisa mengeluarkan tenaga hingga makhluk hitam kuat tadi langsung terbirit-birit lari menghilang.     

"Mommy heran yah aku bisa punya tenaga gitu?" Jovano tatap ibunya.     

"Ya iyalah! Gak mungkin ya iya dong. Halah, pokoknya Mama bingung, kenapa kamu punya tenaga segede tadi?" Andrea meneliti telapak tangan Jovano.     

"Lah, selama ini aku memang punya tenaga seperti itu, kok Mom." Wajah inosens Jovano kontras dengan apa yang disampaikan.      

"Hah?!" Andrea belalakkan mata. "Selama ini?"     

Jovano mengangguk. "Om Ken tau, kok!"     

Andrea menggigit gerahamnya. "Dasar Kencrut!"     

"Ada apa, Ndre?!" Shelly pun muncul di ambang pintu diikuti Kenzo.     

"Makhluk itu datang lagi, Puteri?" Kenzo pun bergegas melesat terbang mengejar. Andrea tak sempat mencegah.     

Terduduk besama Shelly dan Jovano, Andrea menceritakan keheranannya atas tenaga Jovano yang dia saksikan tadi. "Kok bisa gue kagak tau anak gue punya tenaga macem tu, coba deh Beb!"     

"Mommy, it's not a big deal. Chill out," sahut si anak dengan nada santai. Bocah ini memang sudah mirip remaja saja cara bicaranya. Tapi tentu saja dia masih menghormati Andrea sebagai ibunya.     

"Gimana Mama bisa chill out? Yang ada Mama bakalan chill in alias masuk angin! Kalo sampe para Nephilim geblek ama Angels tau kekuatanmu, kan bahaya, oi!" Andrea tak memungkiri itu memang kekuatiran terbesar dia.      

Selama ini, dia sudah berjuang lintang pukang menghindari segala marabahaya untuk sang putra. Jika para pemburu Jovano mengetahui anaknya memiliki kekuatan Mossa seperti Andrea, apa nanti yang akan terjadi?      

Haruskah dia berlari ke Underworld untuk mencari suaka bagi dia dan anaknya?     

"Aku kan tidak melakukan apapun yang salah, Mom. Jadi, mereka tak punya alasan untuk berbuat apapun ke aku, ya kan?" kilah Jovano, polos.     

"Ya ampun, ini anak!" Andrea mendekap Jovano. "Jangan terlalu mencolok ama kekuatan kamu, Jo. Mama ogah berurusan ama mereka lagi. Please!"     

Shelly mengelus lembut lengan sahabatnya. "Aku yakin Jo pasti bisa gunakan kekuatannya untuk hal baik. Jangan kuatir, Ndre. Percayalah ama anakmu."     

"Nah, tuh Tante Shelly aja tau." Jovano melakukan toss dengan Shelly. Andrea mendengus, tepat ketika Kenzo masuk kembali ke kamar itu melalui jendela balkon.     

"Gimana, Zo?" tanya Andrea pada Panglimanya.     

"Jejaknya hilang, Tuan Puteri. Maaf," sahut sang Panglima.     

"Oh, santai aja. Yang penting gue udah selamat. Gue juga teledor sih, kagak pake kalung jimat gue." Andrea bangkit untuk mengambil kalung tersebut dan memakainya.     

"Kalung Mommy yang ini hawanya beda dengan gelang hijau Mommy," tutur Jovano. Ia sentuh kalung itu.     

"Beda gimana?" Andrea penasaran.     

"Yang ini..." Jovano menelisik kalung di leher ibunya. "... hawa ofensifnya lebih pekat ketimbang gelang hijau Mommy. Benar, kan Om Ken?" Ia menoleh ke Kenzo.     

Kenzo mengangguk. "Karena yang hijau lebih bersifat defensif."     

Jovano balas mengangguk. "Um! Benar. Daya serang yang biru ini lebih kuat ketimbang si hijau yang hanya bersifat perlindungan dan alarm saja."     

Malam itu, Andrea jadi tau sang anak ternyata memiliki kekuatan khusus yang tak bisa diremehkan. Kekuatan telekinesis dan mampu merasakan aura energi.     

Apakah ramalan tetua Nephlim akan menjadi fakta? Tidak! Andrea sangat tidak berharap itu menjadi nyata.     

Ia tak ingin ada lagi peperangan konyol karena alasan konyol.     

-0-0-0-0-0-     

Semenjak itu, tak ada lagi serangan dari makhluk hitam. Entah karena kalung biru Andrea, atau makhluknya takut pada Jovano.     

Dua bulan berikutnya, Shelly melahirkan seorang putra. Kenzo bahagia luar biasa. Berulang-ulang ia kecupi dahi istrinya yang tergeletak lemah di rumah bersalin.     

Ayah dan ibu Shelly pun menyempatkan datang ke Jepang setelah mendengar kabar persalinan putri mereka. Meski mereka kecewa akan kepergian Shelly selama ini, namun mereka tak bisa mengabaikan anak meski apapun perbuatan sang anak.     

Andrea menatap haru ketika ayah dan ibu Shelly melepas rindu dengan anaknya. Rupanya keputusan dia mengabari kedua orangtua Shelly, adalah tepat.     

Shelly sendiri terkejut tak menyangka orangtuanya datang dari Indonesia, menjenguk dia dan bayi merahnya.     

Keduanya sempat berkenalan dengan Kenzo. Andrea menjadi mediator agar orangtua Shelly tidak menyalahkan Kenzo ataupun anaknya sendiri.     

Berkat bujukan dan senyum ajaib Andrea, tak ada insiden drama dalam hal itu. Semua gembira, suka cita menyambut anggota baru di keluarga mereka.     

"Mama akan usahakan sering ke Jepang menjenguk kalian, yah!" ucap ibu Shelly sambil elus rambut anaknya. Matanya basah terus meski senyum bahagia tak pudar dari wajah.     

Shelly mengangguk. Ayahnya juga menatap sayang sang anak yang menghilang beberapa tahun ini. "Shelly minta maaf, yah Ma, Pa, nggak pernah kasi kabar. Shelly takut kalian marah."     

"Gadis bodoh, mana mungkin kami marah padamu?" Sang ibu merangkul Shelly.     

Lantas, ketiganya saling menangis haru. Andrea saling pandang dengan Kenzo. "Jangan kecewain sohib gue, loh Zo. Dia udah banyak banget berkorban demi elu."     

"Iya, Puteri. Hamba tau." Kenzo mengangguk.     

"Awas. Lu berani kecewain Bebeb, gue cincang peler lu, gue sumpelin ke mulut lu," ancam Andrea dengan nada galak meski tak berani keras-keras karena ada orangtua Shelly.     

"Tanpa Tuan Putri pinta pun Hamba pasti terus mencintai dan setia pada Shelly."     

"Good, mamang!" Andrea puas akan jawaban panglimanya seraya acungkan ibu jari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.