Devil's Fruit (21+)

Swim Your Joy



Swim Your Joy

0Fruit 469: Swim Your Joy     
0

Entah kerasukan demit apa hingga Andrea akhirnya mengiyakan kemauan Giorge mengenai berenang. Tentu saja sembari membawa 'pasukan', agar Andrea merasa tenang.     

Ajakan berenang di sore saat akhir pekan tentu saja tidak disia-siakan Myren. Ia juga turut mengundang Revka sekeluarga. Mereka membawa seluruh pasukan (read : suami dan anak-anak).     

Andrea yang sore itu memakai baju rajut kuning terang sepinggang dan berlengan panjang, dipadu bersama jins belel, terasa segar dan cantik. "Jo, jangan lari duluan, oi! Tunggu Tante Shelly ama Dedek Gavgav!" Ia meneriaki anaknya yang berlari melesat usai keluar dari mobil.      

"Aku cek dulu tempatnya dengan Om Gio, Mom!" Bocah itu juga memakai kaos polo kuning cerah, senada dengan ibunya. Ia segera menuju ke Giorge yang berdiri tak jauh di depan sana.     

"Ndre, aku gak usah ikut renang, yah. Aku jagain Gavin aja. Biar Kenzo yang renang ma Jo." Shelly tampak manis memakai dress terusan panjang tanpa lengan berbahan chiffon tumpuk motif bunga. Dia memang feminin.      

"Oke, Beb. Sans aja." Andrea menggamit lengan sahabatnya. "Palingan Jo sibuk renang ama Zevzev ato Vava."     

Andrea melambai ke arah kakaknya yang sudah datang bersama pasukan. "Kakak mo ikutan turun ke kolam?"     

"Wohiya, dong. Harus. Sekalian Voi belajar renang juga," sahut Myren sambil angkat anak keduanya yang tergelak senang.     

"Lah, emangnya gakpapa tuh, umur belum setengah tahun nyemplung di kolam?" Andrea heran.     

"Dasar udik!" Revka sudah muncul di dekat Andrea. "Bayi dari baru jebrol lahir juga kagak apa-apa dibawa berenang. Kudet."     

"Hiss! Kitty suka nyamberin gue aja kayak minyak tanah dikasi korek." Andrea tarik gemas rambut pirang Revka.     

"Aduh! Sakit, setan!" jerit Revka.     

"Kitty, jangan pakai kata-kata negatif, ingat, ada anak-anak." Pangeran Djanh mengingatkan istrinya.     

Andrea terbahak meski Revka cemberut kesal. Akhir-akhir ini Pangeran Djanh sering menegur dia tentang ucapannya. Walau dengan cara halus, kadang itu membuat Revka kesal.     

Tak lama, mereka sudah mulai memasuki kolam.     

Andrea mengenakan one-piece swimsuit. Dia tak mau terlalu vulgar. Inginnya sih pakai celana pendek dan kaos seperti di Indonesia jika malu ke kolam renang, tapi di Jepang tidak diperbolehkan. Selain baju renang, dilarang masuk ke kolam.     

Sementara anaknya tampak bersemangat bersama sepupu dan teman mainnya, Zevo-anak sulung Revka.      

Giorge terus bersama Jovano di dalam kolam, meski kadang mendekat ke Andrea sebentar.     

Sore ini masih terlalu terik, makanya Andrea membawa topi agar wajahnya tidak terlalu terbakar. Itu pun atas saran Shelly.     

Tiap kali Giorge mendekat, Andrea hanya berikan respon singkat, lalu naik ke atas untuk sibuk apa saja. Andrea melirik ke Giorge. Pria itu memang tampan dan menarik. Juga baik. Namun, sayangnya Andrea sudah memiliki Dante. Ia mengamati Giorge yang asik bercanda dengan Jovano di kolam bersama Zevo juga.      

"Rea, cepat turun ke sini, main dengan kami!" seru Giorge ke Andrea.     

Nyonya Cambion yang tersadar sudah terlalu lama menatap Giorge, segera tersadar dan menggeleng. "Kagak! Gue di sini dulu bareng Bebeb ama Gavgav," elak Andrea. Kemudian berdiri untuk memesan makanan dan minuman.      

Bertemu dengan kakaknya, ia bersiul. "Fiuw~ Kak Myren masih jos aja bodinya walo abis jebrolan."     

Myren terkekeh senang atas pujian adiknya. "Begitulah. Bagaimana pun harus terus menjaga tubuh agar suami tidak sampai meleng matanya, iya kan Ronh?" Ia menoleh ke suami yang sedang membantu bayi mereka belajar mengambang.      

Ronh acungkan ibu jari ke istrinya. Satu mata dikedipkan, seolah menggoda sang istri yang sedang menatap nakal ke arahnya.     

"Haiyaa! Kalian ini, jangan-jangan bentar lagi ada orok brojol lagi, deh!" sindir Andrea yang direspon tawa Myren.     

"Djanh! Awasi Zevo! Jangan seenaknya itu mata keliaran gak benar!" teriak Revka sambil gerai rambut pirang yang ia beri highlight hitam. Ada secangkir coklat hangat di tangan yang akan diberikan ke putrinya.      

Djanh acungkan ibu jari, dan terus bersama Zevo di dalam kolam.     

"Aelah, Mpok Kitty, galak nian ama lakik." Andrea sudah menjejeri Revka.     

"Harus, lah! Kalo nggak gitu, Djanh bisa nyasar kemana-mana matanya. Zevo bisa tenggelam, aih amit-amit, aku cincang penis Djanh kalo itu terjadi." Revka yang memakai bikini biru menampilkan tubuh sempurna dia. "Heh, demit, dirimu nggak masuk kolam?" Ia menanya Andrea.     

"Lagi mo pesen makanan ama minuman buat Jo ama Giorge."     

"Wah, wah... sepertinya-"     

"Kagak! Jangan bacot ngaco, deh Mpok! Cuma kasi makan ma minum aja."     

Revka mendengus geli. "Hati-hati."     

"Apaan?!"     

"Cuma mo bilang, hati-hati sama hati..." Lalu Revka tinggalkan Andrea untuk ke kursi putrinya.     

Andrea mengulum bibir. Sepertinya dia tidak berbuat salah apapun. Hanya memesankan makan dan minum saja untuk Giorge karena siapa lagi yang akan melakukan itu?     

Semua serba berpasangan. Hanya dia dan Giorge-astaga! Wajahnya seketika merona. Lalu ia tepuk-tepuk agar kembali normal dan pikiran juga kembali waras.     

Acara berenang sore itu sangat menyenangkan. Tapi tidak begitu menurut Andrea. Ia jadi lebih sering duduk saja, tak mau turun ke kolam dengan berbagai alasan.     

Intinya, ia tak mau didekati Giorge di kolam. Rasanya... aneh. Dan kuatir. Apa yang harus dikuatirkan, Nyonya Cambion? Perasaanmu, kah?     

Menjelang petang, semua naik dari kolam dan mulai berbilas. Jo dibantu Giorge di bilik bilas. Setelahnya, dua pria itu keluar menemui Andrea yang sudah berpakaian lengkap.     

"Aku antar, yah! Sekalian kita makan malam bareng Jo," ajak Giorge.      

Belum sempat Andrea menyahut, Jovano sudah berucap terlebih dahulu. "Yes, Mom! Let's dinner together! Om Gio, panggul aku di pundak Om!"     

Giorge dengan senang hati menuruti kemauan Jovano.     

Revka dan Myren yang menyaksikan itu saling pandang. "Ironis, nggak sih?" tanya Revka ke Myren.     

"Mereka bertiga so sweet, tapi... ah, entahlah." Myren angkat bahu sambil menggendong Voindra yang minum susu dari botol.     

Masing-masing berpisah karena punya rencana sendiri-sendiri. Begitu juga Shelly dan Kenzo. Terpaksa, Andrea memang harus ikut Giorge.     

Bertiga, mereka santap malam di Nidaime Ouyamachi, restoran keluarga yang ada di Shiba, dekat stasiun Tamachi.     

Giorge memesan private room untuk mereka. Jovano makan lahap karena lelah berenang. Andrea mencoba bertingkah biasa, meski hatinya tak tenang.     

"Rea, ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Giorge sembari sentuh lembut punggung tangan Andrea di atas meja.     

Refleks, Andrea menarik tangannya. "E-enggak. Kagak ada napa-napa, kok! Sans aja!"     

Giorge senyum kecut, merasa ditolak. Tapi dia bisa apa? Memang kenyataannya Andrea milik orang lain.     

Jovano melirik keduanya bergantian.     

-0-0-0-0-     

Semenjak Andrea tau siapa gerangan makhluk hitam yang menerornya, dia tak pernah lagi memakai kalung birunya. Ia justru berharap makhluk itu datang lagi.     

Namun, makin ditunggu, justru makin tak tampak. Cukup membuat frustrasi juga bagi Andrea. Kenapa saat dia ingin berjumpa, malah tidak ada, tapi dulu sewaktu dia tak ingin didatangi, makhluk itu terus-menerus datang.     

Kehidupan berlanjut penuh tentram dan damai selama berbulan-bulan. Tapi... apakah ini sebuah ketenangan sebelum badai?     

Entah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.