Devil's Fruit (21+)

Mengejarmu



Mengejarmu

0Fruit 475: Mengejarmu     
0

"Andrea tidak ada!" jerit Shelly sambil tergesa-gesa turun ke lantai bawah. Semua menatap bingung.     

"Maksudmu, dia sedang di ruang lain?" tanya Myren.     

Shelly menggeleng. "Sebelum ke kamarnya aku sempat ke dapur mengambilkan jus dan roti untuk dia. Andrea benar-benar hilang!" Ia pun terduduk lemas di sebelah suaminya. "Ken, cari dia. Tolong cari dia."     

King Zardakh bangkit. "Kalau begitu, ayo-"     

"Biar saya saja yang mencarinya, Tuan." Giorge memotong ucapan sang Raja. "Percayakan dia padaku."     

Tanpa menunggu jawaban dari yang lain, Giorge sudah melesat seperti kilat keluar rumah.     

"Yang Mulia?" Kenzo pandang junjungannya.     

"Hrmm... biarkan dia. Kita tunggu saja." titah King Zardakh yang segera diangguki Kenzo.     

"Iya, aku yakin Om Gio pasti bisa temukan Mommy." Jovano berusaha positif thinking. Ia menoleh ke Shelly, seakan minta keyakinan. Shelly mengangguk sembari peluk bocah yang sedang bertambah usia itu.     

Harusnya ini hari bahagia untuk Jovano, juga untuk semua yang sedang merayakan. Namun, insiden menghilangnya Andrea merubah menjadi kecemasan dan kegusaran.     

"Semoga mommy kamu tidak kenapa-kenapa, yah Jo..." doa Shelly penuh harap. Jovano mengangguk.     

Sementara, beberapa kilometer dari rumah sang Cambion, tampak perempuan muda berjalan terseok. Hanya mengenakan piyama tanpa alas kaki. Mirip orang linglung. Rambutnya dibiarkan kacau oleh angin kencang. Apakah akan datang badai sebentar lagi?     

Kaki ramping Andrea terus membawa langkah tak jelas arahnya. Ia hanya fokus pada suara di kepalanya yang menjeritkan nama sang suami.     

Bayangan hitam yang sekilas ia lihat ketika bersandar di jendela tadi masih jadi tanda tanya. Benarkah itu Dante-nya?     

"Hei, hei, lihat ini siapa..." Sebuah suara masuk ke pendengaran Andrea. Tak hanya itu, empu suara juga menyentuh lengan Andrea.     

Seketika Nyonya Cambion menerima bau alkohol dari napas orang tersebut. Preman jalanan yang baru saja mabuk-mabukan. Tak cukup satu, tapi ada tiga. Mereka segera mengelilingi Andrea, mengurung sang Cambion hingga susah bergerak.     

"Tolong jangan ganggu aku. Aku sedang mengejar suamiku!" seru Andrea memakai bahasa Jepang saat salah satu preman mendekap paksa tubuhnya.     

Preman lain hendak menggapai dada Andrea, ketika muncul tangan lain menahan preman itu dan tak lama terdengar suara tulang patah diiringi jeritan keras preman tersebut.     

"Lekas kalian pergi sekarang juga kalau tak mau tulang kalian semua kupatahkan! Grrhh..." ancam Giorge yang segera direspon raut pucat ketakutan preman-preman itu.     

Setelah tiga preman kabur kocar-kacir, Giorge tangkap pergelangan tangan Andrea, memaksa wanita itu ikut dia.     

Andrea berontak, lepaskan cekalan. "Gue mo kejar Dante! Jangan recoki! Dante, tunggu!" teriak Andrea kalap.     

Sebelum Andrea berhasil kabur, Giorge sudah lebih dulu membopong Nyonya Cambion dan lekas masukkan ke mobil yang ia parkir tak jauh dari situ. Untung jalanan sepi, maka Giorge bisa ngebut.     

Di dalam mobil, Andrea kalap, ingin keluar untuk mencari bayangan hitam tadi. Meski itu bisa saja tercipta dari pikiran Andrea sendiri.     

"Rea, tenangkan dirimu!" Giorge berupaya tangkap tangan Andrea yang bergerak kacau menolak dipegang.     

"Gue kudu kejar Dante! Lu jangan nyusahin gue, japrak! Gue mo keluar! Jangan pegangi gue napa?!"     

"Rea, ini bentar lagi hujan! Kau bisa sakit lagi! Pikirkan perasaan orang-orang yang menyayangi kamu!"     

"Lu tau apa? Lu tau apa, hah?!" sulut Andrea seraya melotot gahar. Dua tangannya berhasil ditangkap Giorge.     

"Rea sadarlah, kumohon. Kau berhalusinasi. Dante sudah tidak ada. Dante sudah meninggal, Rea. Tolong, Rea."     

Andrea makin kesal. "Lu gak usah ngaco kalo bacot, yah! Dante masih idup! Tadi bayangan dia dateng ke kamar gue! Lu gak perlu sok tau! Vampir bangsat, kicep aja dah lu!"     

DHUAARR!     

Bunyi gelegar guntur memekakkan telinga. Andrea kaget dan langsung diam. Angin berhembus kian kencang di luar mobil. Benar-benar akan ada badai.     

Giorge mengunci otomatis pintu di sisi Andrea agar wanita itu tidak bisa kabur meski menaikkan tuas kuncinya. Tuan vampir segera ambil ponsel dan menghubungi King Zardakh. "Iya, Tuan. Dia sudah aman bersamaku. Jangan kuatir. Sebentar lagi kami pulang." Kemudian panggilan diakhiri. Setidaknya orang di rumah Andrea tidak perlu cemas lagi.     

Andrea mendengus kesal. Ia naikkan dua kaki di atas jok dan peluk lututnya. "Kenapa kalian selalu dengungkan berita bodoh itu? Apa kalian kagak kasian ma gue? Kalian demen liat gue nangis? Demen liat gue ngenes, pa?!"     

Giorge putar badan ke samping, menghadap ke Andrea. "Rea, tak ada satupun tuduhanmu barusan yang benar-benar nyata. Kami semua sayang kamu. Kami kuatir sama kamu. Kami ingin kamu selalu bahagia."     

"Ya udah! Kalo emang kepingin gue hepi, jangan halangi gue nyari Dante, dong! Ribet amat, sih?!" sulut Andrea masih kesal.     

"Apakah menerima kenyataan bahwa Dante meninggal itu amat susah, Rea?"     

Andrea langsung menutup kedua telinga. "Gak usah bacot ngaco! Dante kagak mati! Dia ada! Dia ada, goblok!" teriaknya.     

Giorge pegang dua tangan Andrea, berusaha buka bekapan pada telinga itu. "Andrea, mau sampai kapan kau mengingkari kenyataan? Kapan kau menyudahi denialmu?"     

"Gak usah sok tau, kampret!"     

"Apa kau tak sayang anakmu?"     

"Gak usah bawa-bawa Jo, bangsat!"     

"Rea, Jo butuh ibunya. Jo butuh Mommy dia untuk terus melanjutkan hidup!" Tangan itu berhasil dikuasai Giorge.     

"Arrghh! Bajingan kau! Bangsat! Arrghh!" Andrea kalap, berontak, dan menendang-nendang pintu mobil karena tak bisa membuka tuasnya. Ia kerahkan semua kekuatan, tapi tetap saja tak bisa. Apakah kalau sedang stres, kekuatannya menghilang?     

Hujan turun seketika begitu deras seolah dituang langsung dari langit. Petir menyambar-nyambar diiringi gelegar guntur sesekali.     

"Rea, tenang! Tenangkan dirimu, astaga! Di luar hujan lebat!" cegah Giorge kuatir pintu mobilnya benar bisa jebol dari tendangan bertubi-tubi Andrea.     

"Aku cuma mo cari Dante. Cuma itu pingin gue... hiks!" Kini dia terisak. Pintu tak jua berhasil jebol meski dia hampir kelelahan menendang. Ia biarkan Giorge pegangi kedua pergelangan tangan. Tangisnya makin menjadi.     

Seketika mata Andrea nyalang saat dia melihat bayangan hitam berkelebat di depan mobil dan Andrea membelalakkan matanya.     

"DANTE!!!!"     

DHUAAKK!!!      

Pintu mobil pun berhasil ditendang paksa dan jebol karena kaki Andrea.     

Tanpa diduga, Andrea tiba-tiba saja bisa terbang melesat mengejar bayangan hitam tadi tanpa menggubris apapun.     

Bahkan tanpa sadar bahwa ini sedang hujan deras dan dia bertelanjang kaki.     

"ANDREA!!!" seru Giorge terkejut akan kemampuan Andrea yang tidak dia sangka-sangka.     

Sejak kapan Andrea memiliki kemampuan terbang cepat begitu?      

Namun, menepis keheranan di benaknya, Giorge lekas memburu mengejar Andrea yang justru memasuki sebuah gedung kosong tak jauh dari sana.     

Andrea berhenti melayang dan sudah masuk ke dalam gedung kosong yang bobrok dari bingkai jendela yang telah hilang kacanya. "Dante?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.