Devil's Fruit (21+)

Newlyweds (19+)



Newlyweds (19+)

0Fruit 490: Newlyweds (19+)     
0

Tak perlu diceritakan lagi bagaimana bara cinta kehidupan baru Andrea dan Giorge. Atau... kalian ingin tau? Sungguh?     

Yang pasti, Giorge bagai menuntaskan semua libido yang sudah dia tahan semenjak awal tertarik dengan sang Cambion.     

Tiada hari tanpa pergumulan intim keduanya. Slogan sebelah berbunyi 'Everyday Everywhere' seolah diterapkan keduanya.     

Meski sebenarnya, Andrea masih saja memfantasikan Dante ketika tengah bersenggama dengan Giorge. Namun, dia tak pernah sampai melepaskan satu pun nama sang kekasih hati, Dante, ketika merintih atau melenguh. Ia benar-benar pandai mengontrol itu.     

Andai Giorge tau, kira-kira apa yang akan dia rasakan?     

Marah? Benci? Kecewa? Tapi... bukannya sejak awal pria vampir itu sudah pasrah jika dirinya hanyalah dijadikan alat bagi Andrea?     

Satu hal paling pasti adalah... Giorge teramat mencintai dan menyayangi Andrea, apapun yang wanita itu lakukan atau rencanakan. Semua pasti akan dia dukung sepenuh jiwa.     

Bisa dikatakan, Giorge sudah memuja Andrea, mengkultuskan wanita itu bagai sebuah agama, bagai Dewi tertinggi.     

Berkat pemujaan dari Giorge, mengakibatkan semua lawan-lawan bisnis Andrea kalang kabut dan sebagian besar keok. Meski Giorge sangat berhasrat membunuh mereka semua, Andrea mencegah.     

"Pret, jangan dibunuh. Keenakan untuk mereka. Biarkan aja mereka berdarah-darah ngeliat kesuksesan gue." Demikian Andrea selalu menekankan pada suami barunya.     

Giorge pun patuh.     

Andrea ada benarnya. Lebih menyakitkan melihat kesuksesan orang lain ketika dirinya jatuh. Maka, vonis hukuman mati pun tidak pernah dijatuhkan ke rival dan musuh Andrea.     

Hal itu menjadikan bisnis Andrea kian raksasa mencengkeram negeri sakura.     

Shelly suatu hari tergelitik bertanya, "Ndre, nggak kepingin kembangin bisnis ke Indonesia?" tanyanya ketika mereka bersantai di Kafe sore sepulang Andrea bekerja. Giorge sedang menjemput Jovano dari sekolah.     

Mata Andrea berkilat. Hatinya menimbang beberapa aspek dan segala untung-rugi.     

Sejak itu, dia berkonsultasi dengan sang ayah dan kakaknya, Myren.     

Keduanya sama-sama memberi masukan agar Andrea menahan terlebih dahulu rencana bisnis di Indonesia. Sebagai gantinya, mereka menyarankan Andrea melebarkan sayap bisnis ke Eropa atau Amerika.     

"Setelah kau bisa mencengkeram salah satu dari dua pasar penting dunia itu, maka menguasai pasar Indonesia hanyalah semudah menatap punggung tanganmu," nasehat King Zardakh.     

Andrea merenungkan masukan-masukan dari dua orang yang amat berpengaruh pada kehidupan baru dia.     

Tidak ada salahnya sama sekali.     

King Zardakh memberi sedikit pengungkapan fakta yang ada pada Andrea. "Kuberitau sekelumit rahasia, Nak. Bahwa, biasanya, sebagian besar pebisnis sukses kelas kakap di dunia, terutama di Eropa dan Amerika, mereka semua adalah para Iblis kuat."     

"Hah?!" Andrea tersentak kaget mendengarnya. "Sebagian besar?"     

King Zardakh mengangguk. Saat itu mereka sedang berbincang bertiga di ruangan kerja sang Raja Iblis Incubus bersama Giorge.     

"Sepertinya itu tidak berlebihan." Giorge ikut bersuara. "Yang kutau pun, banyak para petinggi vampir elit yang juga terjun menguasai banyak bidang bisnis di dunia."     

"Nah." King Zardakh mengangguk.     

Andrea mengerutkan bibir. Ia langsung paham arah pembicaraan King Zardakh. Dengan adanya fakta demikian, sudah pasti Andrea harus bersaing ketat dengan para Iblis kuat lainnya jika dia memang akan melebarkan sayap bisnis ke Eropa atau Amerika.     

Sepertinya Andrea paham kenapa bisnisnya di Jepang seolah lancar mulus bagai paha para anggota Girlband Korea. Itu pastinya karena sang ayah termasuk disegani makanya Iblis kuat tidak ada yang mengganggu King Zardakh dan keluarganya di Jepang.     

Apakah... Jepang adalah teritori yang diberikan untuk King Zardakh?     

"Bisnismu ada yang di Eropa, kan Beh?" tanya Andrea sambil menatap ayahnya.     

King Zardakh mengangguk. "Iya, ada. Tapi itu tidak begitu besar. Tidak sebesar yang ada di sini."     

Jawaban King Zardakh makin menguatkan asumsi Andrea. Jelas sudah bahwa dunia ini seakan dibagi-bagi wilayah kekuasaannya oleh para Iblis tingkat tinggi. Dia yakin bisnis raksasa di dunia banyak dikuasai para Raja Iblis.     

"Sialan," geram Andrea lirih. Rasanya angan-angan dia untuk menaklukkan pasar Eropa akan banyak terganjal. Kecuali... King Zardakh berhasil melobi Iblis penguasa di sana.     

Tapi, mana mau Andrea mengiba ke ayahnya untuk hal demikian? Ia lebih baik makan pasir atau menelan kecoa ketimbang meminta tolong soal itu pada ayahnya.     

Lagipula, memangnya segampang membalikkan telapak tangan jika ingin membujuk Raja Iblis lain?     

Incubus bukan satu-satunya ras Iblis di dunia bawah. Masih ada ribuan ras lainnya.     

Belum lagi jika keturunan langsung dari Iblis Lucifer yang bermain bisnis di dunia, sudah bisa dipastikan Andrea takkan menang.     

"Hghh..." Segan, Andrea menghela napas sembari melorot di kursinya. "Oke, pulang yuk, pret!" ajak Andrea ke Giorge yang langsung diiyakan oleh sang vampir.     

Setelah mereka pamit ke King Zardakh, keduanya masuk mobil, bersiap pulang ke mansion Andrea.     

"Kayaknya bakalan susah deh kalo ngelebarin bisnis ke Eropa ato Amerika." Andrea mendengus. Tergambar nada pesimis di suaranya.     

Giorge di kursi kemudi segera melirik istrinya. Tangan terdekat dijulurkan ke Andrea untuk mengelus rambut panjang sang istri. "Tak perlu memaksakan diri harus ke Eropa atau Amerika. Jalani dengan baik yang di sini juga pasti lebih menghasilkan."     

Andrea menoleh ke suaminya. Bagitukah? Haruskah Andrea puas hanya di Jepang saja? "Kalo Cina ato Korea gimana menurut elo, pret?" Baru kali ini Andrea menanyakan saran ke suaminya.     

"Cina dan Korea?" Giorge mengulum bibir bawahnya tampak berpikir. "Rasanya tidak buruk, Rea. Itu bisa saja."     

Giorge paham bahwa pasar Eropa dan Amerika sudah dikuasai elit dunia bawah yang kuat. Itu bisa ia simpulkan dari cerita King Zardakh.     

Andrea mengerucutkan bibirnya, berpikir. Ia tepuk-tepuk ringan dagunya sembari menatap ke depan. "Boleh juga sih. Cina... Korea... humm..."     

Giorge menoleh sejenak ke istrinya. "Rea, kau imut sekali jika begitu."     

Andrea menoleh. "Ciyus?" Matanya mengerling nakal. "Woiya dong gue imut. Itu udah dari dulu, lagee! Masa sih lo baru nyadar?"     

Giorge tergelak kecil sembari mengelus pipi istrinya. Ia tarik kepala Andrea untuk berikan sekulum ciuman hangat. "Mmcchh..."     

Di luar dugaan, Andrea membalas kuluman itu lebih dalam, bahkan menyelipkan lidahnya.     

Giorge terkejut. Ia lepaskan pagutan bibir mereka dengan wajah memerah. "Rea, kamu nakal." Suaranya parau.     

Andrea menatap menantang. "Memangnya kenapa kalo gue nakal?" Seringai provokatif terulas di wajah ayu Andrea.     

Giorge menggeram pelan, lalu meminggirkan mobil ke bahu jalan. Untung saja ini ada di jalanan sepi meski bukan tol. Gila saja jika menepi di jalan tol.     

Andrea paham.     

Begitu mobil berhenti, Andrea pun bergerak naik ke pangkuan Giorge. Ia tak perduli jika nantinya ada mobil yang lewat. Toh kaca mobil mereka sudah digelapkan hingga 95%, apalagi ini sudah mulai malam.     

Giorge menatap istrinya yang sedang memposisikan diri di atas pangkuannya. "Rea..." Tangannya terulur membelai dada Andrea yang membusung menantang.     

Respon istrinya justru merunduk demi menemukan bibir Giorge dan mereka kembali tenggelam dalam cumbuan panas. Pendingin mobil masih dinyalakan dan jendela belakang sedikit dibuka seukuran jari kelingking saja.     

Bunyi decapan disertai lenguhan lirih napas yang memburu menguar bebas di dalam mobil.     

Cumbuan itu diselingi remasan tangan Giorge pada payudara Andrea. Sang istri melenguh manja disertai menggelinjang ketika putingnya dikuasai tangan Giorge.     

"Giooo... mmghh..." Andrea melepaskan pagutan bibirnya, menatap intens ke Giorge yang juga menatap tajam penuh bara ke manik matanya.     

Perlahan dan pasti, semua manik kemeja Andrea sudah diurai Giorge sehingga kini sang vampir bisa bebas menangkup kedua gundukan padat Andrea sesuka hati.     

Erangan Andrea kian menjelma ketika mulut Giorge mulai merajalela di payudaranya usai semua pakaian atasnya dilempar ke jok belakang.     

"Gio--eenghh..." Tangan sang Cambion meremas gemas helaian kelam rambut suaminya tatkala puting payudara kanannya dihisap pelan dan kuat bergantian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.