Devil's Fruit (21+)

Morning Surprise



Morning Surprise

0Fruit 509: Morning Surprise      
0

"Ada apa, Rea honey?" tanya Giorge sambil keluar dari ruang makan menggandeng Ivy yang telah menyelesaikan sarapan paginya dibantu oleh sang ayah.      

"Ini loh, Gio, si Jo malah mo jadi Naruto!" Andrea memijit keningnya.      

"Hah? Naruto?" ulang Giorge menggunakan nada tanya, kemudian memandang anak lelakinya.      

"Please, Poppa, don't believe Mommy. Dia selalu saja berlebihan jika bicara sesuatu." Jovano ganti memutar bola matanya.      

Andrea ingin menggeram saking kesalnya. "Lah, tadi kamu bilang itu apa tuh… ninja… kamu mo ikut klub yang belajar ciat-ciat kayak ninja, iya kan?" Ia tidak terima dikatakan berlebihan jika bicara.      

"Hanya mempelajari seni bela dirinya saja, Mom," sangkal Jovano. "Bukan berarti aku akan menjadi shinobi alias ninja." Jovano mendekat ke Ivy dan mengusap-usap pipi lembut adiknya sebelum mengecup di sana.      

Giorge terkekeh kecil. "Ya sudah, biarkan saja, Rea honey. Anak lelaki memang lebih suka aktifitas yang berhubungan dengan fisik. Itu baik, asalkan bisa bermanfaat positif untuknya. Benar begitu, kan jagoan?" Ia melirik Jovano sambil berikan senyum.      

Jovano mengangguk. "Tentu saja manfaatnya positif! Aku ingin melindungi adik-adikku, Mom! Jangan ganggu misi muliaku itu." Kemudian ia menyeringai nakal.      

Geraham Andrea sudah saling beradu. Anak sulungnya ini selalu saja pintar jika menjawab dirinya. Ia sering kalah debat melawan Jovano. Dan yang menyebalkan lagi, suaminya malah kerap membela sang putra.      

"Auk, dah! Serah, deh! Serah!" Andrea melengos dan memilih berlalu dari sana. "Aku mo mandi. Gio, antar anak-anak sekolah, yah!"      

"Oke, Rea honey. Serahkan saja itu padaku." Giorge mengedipkan satu mata ke Andrea yang akan naik ke lantai atas.      

Namun, belum sempat Andrea melangkah dua jengkal, bel pintu mansion berbunyi.      

"Biar gue aja." Andrea yang berdiri paling dekat dengan ruang tamu pun bersedia mengurungkan niat untuk naik ke kamarnya di lantai atas dan berjalan ke depan.      

"Jo, apa kamu ingin sarapan di rumah, atau di sekolah?" tanya Giorge pada putra tirinya.      

"Di sekolah saja, Pop. Ini sudah jam segini. Aku tak mau terlambat." Jovano melirik jam di pergelangan tangan kirinya.      

Sementara itu, Andrea membukakan pintu. "Ya?"     

"Andrea…"      

Mata Andrea membulat lebar, pupilnya bergerak-gerak gelisah menatap orang yang sedang berdiri di depannya begitu pintu dibuka.      

Andrea syok. Bahkan, mulutnya tidak bisa mengatakan apapun. Lidahnya mendadak bagai memiliki tulang.      

Sosok lelaki di depannya nampak lusuh, lelah, kucel, dan kurus. Ada sedikit jambang di rahangnya beserta kumis tipis menghiasi atas mulutnya, menambah kesan kumalnya.      

"Siapa, Rea honey?" Giorge sudah muncul di belakang Andrea yang mematung.      

"Halo, Dad…" Jovano berikan senyum pada orang di ambang pintu.      

Giorge terkesiap seketika. Jovano memanggil tamu di depan Andrea sebagai Dad, itu artinya…     

"DANTE!" Shelly menjerit terkejut ketika dia melongok ke depan dan mendapati sosok yang sangat dia kenali. Untung saja dia tidak sedang menggendong Kiran atau bayinya bisa dia jatuhkan tanpa sadar karena begitu kagetnya.      

"Ada apa, sayank?" Kenzo yang sedang menggandeng Gavin untuk diantar sekolah muncul pula di sebelah istrinya. Ia menoleh ke sosok di depan Andrea dan terkesiap. "Tuan Muda Dante!"      

Andrea merasakan debaran jantungnya sangat tidak normal, ia pun mulai limbung ke belakang.      

Tepp!     

Giorge segera saja menangkap istrinya yang nyaris jatuh.      

"Jauhkan tanganmu dari Andrea!" seru Dante sambil menerjang maju ke Giorge.      

Tapp!     

Kenzo lekas saja maju dan menahan tangan Dante yang hampir mencapai Giorge. "Tuan Muda Dante, tahan dulu!"      

"Ken!" Dante melotot ke Kenzo. "Tidak boleh ada yang menyentuh istriku!"      

"Tapi… Tapi dia juga suami dari Tuan Putri Andrea, Tuan Muda Dante." Kenzo merasakan lidahnya canggung mengucapkan kalimat tersebut.      

Dante seketika linglung. Matanya beralih ke Giorge yang sudah menopang tubuh Andrea yang limbung. Rupanya Nyonya Cambion pingsan.      

"Gi-Gio antar anak-anak sekolah dulu, yah!" Shelly lekas berinisiatif menginterupsi ketegangan itu dan mengambil alih tubuh pingsan Andrea dari dekapan Giorge setelah menyerahkan bayinya ke sang suami.      

Tuan Vampir ingin menolak, namun dia sadar situasi dan mengangguk. "Ayo, Jo, Ivy dan Gavin, aku antar sekolah dulu." Tangannya meraih Ivy dan Gavin untuk digandeng.      

Dante berusaha menahan diri untuk tidak menyerang Giorge dan membiarkan lelaki itu melewati dia.      

"Dad, welcome home…" Jovano menepuk lengan ayahnya seraya tersenyum santai seolah-olah dia tidak terkejut sama sekali dengan kemunculan ayahnya begitu tiba-tiba.      

Dante menatap lekat Jovano. "My boy…" Ia tersenyum dan memeluk Jovano sejenak yang kini setinggi dadanya.      

"Aku akan usahakan pulang cepat hari ini. Kalian di rumah… yang rukun, yah!" Jovano pun melepaskan pelukan ayahnya dan melenggang ke mobil yang sudah siap dengan Giorge sebagai pengemudinya di halaman depan. "See ya, Dad!" Ia melambai ke Dante.      

Dante membalas lambaian anaknya disertai senyum penuh haru. Anaknya. Itu adalah anaknya yang terakhir dia lihat secara nyata sewaktu Jovano bayi. Mereka hanya bertatap muka melalui gelang Malachite ketika Dante dipenjara di Nirwana.      

.     

.     

.     

Dante sudah membersihkan diri di kamar mandi tamu. Dia juga telah menebas habis semua jambang dan kumis, sehingga kini dia tampak bersih dan tampan seperti sebelumnya.      

Sedangkan Shelly sudah duduk seraya menopang Andrea di ruang keluarga. Ia khidmat memijat kening Andrea karena sang Cambion masih belum tersadar dari pingsannya meskipun sudah diberikan bebauan tajam macam minyak angin.      

Kenzo sudah mengundang King Zardakh untuk hadir di mansion saat ini juga.      

Setelah Myren mendengar itu, ia pun lekas datang dan membiarkan suaminya yang mengantar anak-anak ke sekolah.      

"Andrea mana?" tanya Myren begitu dia muncul di mansion Andrea. Tanpa menunggu jawaban, matanya sudah menemukan si adik yang masih terkapar lemah di pangkuan Shelly.      

Dante mendekat ke Andrea, ia berucap ke Shelly. "Biarkan aku saja, Shel." Ia mengambil alih tubuh istrinya dan mendekap Andrea yang masih tak sadarkan diri.      

Tangan Dante mengelus pelan pipi sang istri yang dia rindukan. Tatapannya menyapu lembut wajah Andrea.      

"Selama ini kau di mana, Dante?" King Zardakh bertanya setelah hening sesaat.      

"Aku—" Dante belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena tiba-tiba saja ia mendapati adanya gerakan dari tubuh Andrea.      

"Rnnghh…" Andrea mengerang lirih sembari perlahan-lahan membuka matanya.      

Visual pertama yang Andrea dapatkan ketika matanya mulai terbuka adalah Dante. Yah, lelaki yang sempat membuat dia depresi dan nyaris gila.      

Kini, lelaki itu tepat ada di depan matanya, tersenyum penuh kasih sayang dan kerinduan padanya. "Da-Dante?"      

Dante mengangguk dan masih teruskan senyumannya.      

"Dante? Beneran Dante?" Andrea merasakan suaranya serak. Ia tak sadar matanya sudah basah. Satu tangannya meraih pipi sang suami yang dirindukan siang malam.      

Sekali lagi, lelaki yang mendekap Andrea mengangguk. Tak lupa tangannya mengusap lembut air mata Andrea yang turun terus menerus tak berjeda.      

Akhirnya, Dante membiarkan Andrea menumpahkan semua tangis di dadanya sembari dia peluk dalam duduk.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.