Devil's Fruit (21+)

Perbedaan Stamina (21+)



Perbedaan Stamina (21+)

0Fruit 516: Perbedaan Stamina (21+)     
0

Dante belum ingin secepat ini menghentikan kegiatan intimnya bersama sang istri. Setelah tangisan Andrea berhenti, ia memeluk Andrea untuk diajak melayang kembali.      

Depp!     

Punggung Andrea kini sudah membentur pelan dinding ber-wallpaper. Dante menekan tubuh pasrah Andrea di pertengahan dinding ruangan tersebut.      

Mereka bercumbu hangat, menautkan bibir masing-masing dalam pagutan harmonis, saling melumat dan menghisap lembut.      

Kegiatan mengasikkan itu dibarengi dengan penis Dante yang diam-diam dibenamkan lagi ke liang nikmat sang istri untuk kemudian bergerak mulai menghentak, memompa sang liang sembari cumbuan masih saja tak berjeda.      

Di menit kedua belas, Andrea tak bisa lagi meladeni cumbuan suami pertamanya dan ingin mendapatkan udara segar sepuasnya. Ia lepaskan pagutan bibir mereka demi mengasup oksigen sebanyak mungkin.      

Wajah Andrea menoleh ke samping dengan mata terpejam dan mulut merintih merasakan desakan-desakan dari penis suaminya yang terus menggila tahap demi tahap di liang legit dia.      

Mulut Dante mengecupi leher istrinya, mencumbui kulit mulus di sana penuh napsu seraya hentakan penisnya mulai mengganas meraung di dalam vagina sang Cambion.      

Satu kaki Andrea di angkat dan ditahan pada siku dalam sehingga hujaman sang pusaka bisa lebih intens dilakukan Tuan Nephilim.      

Kali ini, pria Nephilim tampan itu mendahului istrinya dalam upaya klimaks.      

Dan tidak membutuhkan waktu lama bagi penis itu kembali kokoh arogan menantang gravitasi bumi.      

Andrea kian raungkan hasratnya saat dua kakinya ditekuk dan ditahan tangan suaminya sembari dia melayang dengan punggung ditekan pada dinding kamar resor.      

Bunyi ambigu yang dihasilkan pompaan penis Dante pada liang vagina Andrea kian terdengar mengalun bagai simfoni indah hasil cipta karya dari keduanya.      

Erang dan rintihan Nyonya Cambion berbaur dengan deraman berat dari sang suami pertama. Suara mereka saling bersahutan selayaknya sebuah duet indah penuh harmonisasi ditingkahi dengan warna hasrat kedua belah pihak yang terus menguat, kental akan birahi tak terbendung.      

Ujung dari aksi itu tentu saja adanya pelepasan cairan cinta dari kedua pihak yang menyatu sempurna dalam rahim Andrea.      

Sebagai Succubus, dia sebenarnya bisa memilih apakah sperma yang masuk ke tubuhnya akan diubah menjadi tenaga atau dibiarkan berperan layaknya sperma pada umumnya. Namun, setelah kekuatan iblis Andrea dilenyapkan, apakah dia masih memiliki kemampuan tersebut?     

Jika dia sudah tidak memiliki kemampuan alami dari Succubus, maka yang akan terjadi adalah rasa lelah yang mendera karena ini sudah berlangsung lama. Mereka tanpa sadar sudah bercinta selama berjam-jam tanpa jeda panjang.      

Apabila sperma Dante bisa diubah menjadi tenaga, maka Nyonya Cambion akan dengan mudah mengimbangi stamina Tuan Nephilim yang seolah tak berujung.      

Sebagai sosok tangguh yang terbiasa bertarung dan maju di medan peperangan, bukan sebuah masalah bagi Dante jika dia ingin menghabiskan sehari atau dua hari dengan kegiatan bercinta saja. Namun, masalahnya... apakah Andrea sanggup bertahan bersamanya?     

"Sayank, apakah kau lelah?" Dante menatap wajah memerah istrinya. Andrea tampak lemas dan kuyu. Tuan Nephilim baru sadar bahwa Andrea sudah tidak memiliki kekuatan Iblis seperti dahulu. "Kita bisa berhenti dulu agar kau bisa istirahat."      

Usai berkata demikian, Tuan Nephilim tak menunggu jawaban Andrea dan mulai menurunkan tubuh mereka ke ranjang, membaringkan Andrea di tempat tidur agar sang Cambion tidak pingsan karena kehabisan tenaga.      

Andrea memang merasa kelelahan yang teramat sangat. Dante sungguh tidak menahan diri menggauli Andrea hingga tak terasa ini sudah mulai petang.      

Rasanya Andrea ingin merutuki dirinya yang begitu bodoh membuang kekuatan iblisnya hingga harus mengorbankan sang ibunda kala itu. Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kini dia kalut karena tidak bisa mengimbangi Dante yang perkasa. Dia benar-benar ingin menangis menyesali ketololan dia yang saat itu bertindak terlalu impulsif hanya karena membenci takdirnya sebagai Cambion.      

Tau akan kegusaran istrinya, Dante tersenyum hangat sambil membelai wajah penuh bulir keringat Andrea. "Tak apa, sayank... kita bisa istirahat dulu sekalian makan malam. Aku bisa menunggumu. Toh, aku tak akan melepaskan kamu lagi, jadi... kau bisa tenang memulihkan tenaga."      

Dengan bibir digigit sendiri, Andrea mengangguk tanpa kata. Kesal, marah, gusar, menyesal... semuanya bercampur baur di benak dia. Ia benar-benar tolol dan keras kepala. Andai ia masih memiliki kekuatan itu....      

.     

.     

Makan malam romantis dilaksanakan di dalam kamar resor. Diselingi bunyi ombak yang sangat lembut, keduanya bersantap bersama dalam suasana hangat penuh intim.      

Bercengkerama akrab satu sama lain, Andrea tak menahan dirinya dan tidak lagi bersikap galak pada Dante. Ia tidak mau hidupnya dijejali dengan lebih banyak penyesalan. Ia akan mensyukuri apa yang telah dia dapatkan, sekaligus berusaha untuk terus menjaga apa yang sudah dia punyai.      

Mereka berdua berbincang hal apapun, kecuali mengenai Tuan Vampir, Giorge. Topik mengenai itu memang sedang mereka hindari agar tidak merusak suasana bulan madu mereka.      

Dante bertanya banyak mengenai perkembangan Jovano, dan Andrea tak kurang-kurang dalam membeberkan semua kelakuan sang putra sulung selama ini. Sesekali Dante akan tergelak ketika melihat kekesalan sang istri saat menceritakan putra mereka.      

"Ha ha ha... kau harus sabar kalau menghadapi anak kita, sayank." Dante meraih kepala istrinya untuk dikecup.      

"Tapi kan aku kesel kalo dia mulai bertingkah sok tua gitu. Mana dia pasti bisa ngejawab omelanku." Andrea membiarkan kepalanya dikecup, itu justru terasa manis baginya.      

Tawa Dante kian membahana. "Bukankah dia sudah begitu sejak di kandungan? Ha ha ha! Lihat, kau sekarang ada lawannya dalam hal keras kepala dan mengomel. Ha ha ha!"     

"Dante isshh~ bukannya belain aku..." Andrea cemberut, mulutnya mengerucut sembari ia memotong daging lobster di depannya menggunakan pisau dan garpu sebelum akhirnya dicocol pada saus spesial dan berakhir di mulut dia.      

"Aku tak mungkin bersikap berat sebelah, sayank. Bukannya aku membela Jo, tapi aku hanya mengingatkan kamu bahwa kau sudah menemui lawan tangguhmu. Pfftt!" Dante berkelit.      

"Jadi, maksud kamu... ini karma karena aku judes ma kamu dulunya, gitu?" Andrea tatap sengit ke sang suami yang menahan tawa.      

"Bukan aku yang mengatakannya, loh! Pfftt-hahaha! Astaga... hidupku terasa sangat sempurna sekarang." Satu tangan Dante menarik dagu Andrea dan sebuah kecupan lembut diberikan pada bibir sang Cambion. "Terima kasih, sayankku... kau sudah membuat hidupku sangat sempurna."      

Andrea merasakan pipinya menghangat demi mendengar ucapan manis suaminya. "U-udah, deh. Aku mo makan dulu!" Ia pun bergegas menghabiskan lobster di piringnya.      

Usai makan malam, keduanya duduk di balkon kamar tidur yang menghadap ke arah laut tenang kepulauan Maldives. Di bawah kaki mereka, ada kolam buatan yang berisi air laut. Air di kolam itu hanya setinggi dada orang dewasa saja.      

Dante menceburkan dirinya yang hanya memakai boxer ke dalam kolam. Tangannya terulur ke Andrea, memberi isyarat agar sang istri turut turun ke kolam bersamanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.