Devil's Fruit (21+)

Terseret Atau Diseret?



Terseret Atau Diseret?

0Fruit 519: Terseret Atau Diseret?     
0

Hari ketiga Andrea dan Dante di resor kepulauan Maldives berlalu dengan tentram dan damai. Tiga hari ini dipenuhi dengan kegiatan bercinta dari pagi hingga tengah malam, di manapun, kapanpun.      

Dan di hari keempat, Dante memberi keleluasaan bagi Andrea untuk melakukan kegiatan lainnya.      

Pagi hari itu mereka sudah selesai berjalan-jalan menggunakan sepeda sewaan, bersepeda di sepanjang pantai dan kemudian siangnya mereka memasak bersama di pondok resor.      

Andrea hanya bisa menyerah karena ia kalah dengan sang suami untuk urusan memasak.      

"Kok kamu sekarang lihai masak, sih Dan? Bukannya dulu kamu gak bisa?" tanya Andrea heran.      

"Ohh… Binx yang mengajariku memasak sewaktu di Avalonia." Dante menjawab ringan keheranan dari sang istri.      

Andrea mengangguk sekali dengan tatapan penuh arti dan erangan bermakna. "Aaahh… dari Binx rupanya…"     

Dante lekas menoleh ke Andrea dan mendapati raut aneh sang istri tercinta. "Jangan katakan kau cemburu dengan Binx, sayank?"      

Segera saja Andrea mengangkat bahunya acuh tak acuh seraya melengos. "Cemburu? Buat apa aku cemburu? Dih! Buang-buang energi aja."      

Itu mendapatkan respon tawa dari sang Nephilim. Dante langsung peluk istrinya dan hujani wajah sang Cambion dengan kecupan bertubi-tubi.      

"Da-Danteee… itu… itu ntar sop ikannya gosong, oiii!" elak Andrea menggunakan alasan sop yang sedang dibuat Dante.      

Klik!      

Dante hanya tinggal memutar kenop kompor gas dan Andrea hanya bisa meneguk ludah saja.      

"Sekarang tak akan ada yang gosong, kan?" Dante menyeringai, mencurigakan.      

Maka, siang itu sebelum makan, Dante memberikan 'hukuman' bagi Andrea yang ketahuan cemburu.      

Tubuh Andrea dihadapkan ke meja dapur dan Dante berada di belakang untuk hujamkan penisnya menggunakan gaya doggy style berdiri.      

Andrea bisa apa kalau sang suami sudah berkehendak.      

Untung saja Dante pengertian dan hanya melakukannya sekali saja.      

"Aku tak mau kau pingsan karena kelaparan," alasan Tuan Nephilim sambil melanjutkan memasak.      

Setelah itu, keduanya memulai santap makan siang di tepi kolam sembari menikmati suasana siang yang semilir sambil memandang ke arah pantai jernih di sekitar mereka.      

"Biarkan saja piring dan gelas di meja, aku akan mencuci mereka semua." Dante berujar ketika mereka selesai makan.      

Andrea mengangguk, tidak menolak pemanjaan dari sang suami. "Ya udah, kalo gitu, aku mo main-main di pantai bentar, yah!"      

Dante mengangguk mengiyakan. "Jangan lupa pakai pelampung, kacamata dan baju renang one piece saja, sayank. Jangan pakai bikini."      

"Iya, iya, aku paham, Tuan Nephilim…" Andrea bangkit dari duduknya dan mulai mencari pelampung panjang yang bisa membuat dirinya rebah nyaman bagai di kursi, kacamata sunglasses, topi lebar, dan baju renang one piece yang banyak menutup bagian-bagian istimewa tubuhnya.      

Setelah semua siap, ia mulai ke kolam dan berjalan di pembatasnya agar bisa menuju ke tepian pantai yang sangat jernih.      

Menjelang sore begini, banyak pengunjung resor yang mulai berada di pantai itu. Biasanya untuk menyelam karena air pantai sangat jernih bening bagai sebuah akuarium saja.      

Orang-orang banyak ber-snorkeling di jam ini karena sinar matahari mulai teduh dan tidak begitu terik. Juga, ada beberapa orang yang ingin berjemur pula agar sekembalinya dari berlibur, kulit pucat mereka berubah coklat eksotis dan bisa dipamerkan ke teman-teman mereka di rumah.      

Setelah Andrea mulai rebah di pelampung panjangnya, ia memakai topi lebar dan kacamata hitam besar hampir menutupi setengah wajahnya. Ia mulai rebah tenang sambil membaca buku yang dia bawa dari rumah.      

Sementara itu, di pondok resor, Dante sedang sibuk mencuci semua perkakas kotor yang mereka gunakan baru saja. Setelahnya, ia pun keluar dari pondok untuk mencari Andrea.      

"Mana Andrea?" tanya Dante menggumam sendiri sambil edarkan pandangan ke sekeliling resor. Dia hanya menjumpai orang-orang yang sedang berjemur atau menyelam di sana-sini.      

Mata Dante mencari-cari sang istri. Namun, kenapa tidak juga sosok Andrea terlihat? Dante masih ingat pelampung yang digunakan Andrea, dan ia takkan mungkin salah melihat meski Andrea berada di kerumunan orang sekalipun.      

Namun kini… di mana keberadaan Andrea?      

Beralih ke Andrea… Nyonya Cambion masih saja asik tenggelam dalam bacaan dia karena cerita di novel yang dia bawa sungguh seru dan membuat dia ingin terus dan terus membuka halaman berikutnya.      

Hingga tak sadar bahwa dia sudah terseret jauh dari pantai.      

Begitu sadar, Andrea sudah mendapati tak ada siapapun di sekitarnya. Padahal tadi ada banyak orang.      

"Kok sepi, sih?" Andrea mulai lepas kacamata hitamnya dan memandang ke sekeliling dia. "K-Kok… Kok ini laut?! Ini bukan pantai!"      

Sekarang dia sudah sadar penuh bahwa dia bukan di pantai lagi tapi di tengah laut.      

"Kok bisa, sih?!" Andrea mulai panic menyadari dia sudah terlalu jauh dari pantai. Pelampungnya bergerak-gerak terhempas ombak yang lumayan menggoyang.      

Hati Andrea mulai merasa takut. Bagaimana caranya agar dia bisa kembali ke pantai? Sementara dia hanya memiliki pelampung ini saja dan bahkan tak perlu menyebutkan dayung!      

Apakah dia harus mendayung menggunakan kedua tangannya untuk mencapai pantai? Atau mendayung memakai novelnya?      

Karena panik, Andrea tidak bisa pilih-pilih lagi dan mulai mengayuh air menggunakan buku novelnya. Sayangnya, bukannya bergerak ke pantai, dia malah nyaris terjungkal dari pelampung panjangnya.      

Hatinya berdebar kencang, takut, panik. Ia pun berteriak sekencang mungkin, siapa tau Dante bisa mendengarnya. Toh sang suami mempunyai kekuatan supernatural, bukan?     

"DAAANNNN!!!" teriak Andrea disela-sela paniknya di atas pelampung yang dipermainkan ombak kecil lautan tenang di sekitarnya. "DANTEEEE!!!! DAAANTEEEE!!!"      

Namun, meski dia sudah berteriak sekeras mungkin, bahkan hingga tenggorokannya sakit, tetap saja tidak ada tanda-tanda dari sang suami mendatangi tempatnya ini.      

"Gimana, nih! Aduh gimana kalo Dante gak tau aku di sini?!" Andrea makin panik hingga ingin menangis. Jantungnya terus berdebar-debar tak tenang. Ia menyesal sudah turun ke pantai.      

"DAAANNNN!!! DANTEEEEE!!!" ulangnya lagi sekeras yang dia mampu.      

"Hei, kenapa harus memanggil orang yang tidak penting?" Tiba-tiba saja muncul suara di dekat Andrea.      

Nyonya Cambion lekas menoleh, mencari asal suara. "Siapa?! Siapa kamu?!" Ia mencari-cari sosok penyuara tadi. Padahal ini di tengah lautan! Hanya ada air dan dirinya di atas pelampung saja!     

Dan yang makin membuat Andrea ketakutan, ia merasakan pelampungnya justru bergerak menuju sebuah arah, bagai pelampung itu ada yang menyeret.      

Atau apakah dia hanya berhalusinasi saja semenjak tadi?      

"Kau mencariku?" Suara itu muncul lagi!     

Andrea terkesiap. Dia tidak sedang berhalusinasi! Dia jelas-jelas mendengar suara itu sejernih lonceng. Seakan… ada orang yang berada sangat dekat dengannya.      

Tapi… mana sosoknya?! Mana sosok orang yang bersuara tadi?!      

"Di mana kamu?!" seru Andrea ketakutan. Ia yakin dia sedang bersama dengan makhluk yang bukan dari ras manusia.      

"Ternyata kau benar mencariku…"     

Tak lama, sosok itu muncul dari dalam air. Mata Andrea terbelalak, hatinya terkesiap bagai ingin meloncat dari tubuhnya.      

Dari dalam air laut, muncul sesosok yang perkasa, tubuhnya berwarna senada dengan air laut. Dan… bersisik di bagian bawah sana.      

Sisik?! Lelaki perkasa yang muncul dari laut itu… bersisik? Dia lelaki setengah manusia setengah ikan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.