Devil's Fruit (21+)

Keinginan Ivy



Keinginan Ivy

0Fruit 550: Keinginan Ivy     
0

Usai semua tamu undangan pulang, mansion segera dibereskan oleh para pelayan iblis. Semua benda dikembalikan ke keadaan semula.      

Ivy dari sore tampak bahagia dengan kostum yang dia pakai. Apalagi dia berkali-kali menerima pujian dari teman-teman Jovano dan kakeknya.      

Sepupu-sepupu perempuan Ivy juga banyak mendapatkan pujian walau tidak sebanyak dirinya. Namun, sepertinya itu tidak terlalu menyenangkan hati Ivy. Ia mengira ia sudah maksimal. Ternyata Voindra juga mengenakan kostum dari karakter terkenal di kalangan bocah-bocah pecinta anime.      

Selama pesta tadi, Ivy kerap memandangi ibunya. Dan memang, sang ibu tampil sangat elegan dan luar biasa meski berkostum bagai demon.      

"Ivy, adikku cantik... kau belum ingin berganti baju? Voi dan Varga sudah menyimpan kostum mereka dan ganti baju di kamar Mom tadi." Jovano merunduk dan nemumpukan kedua tangan ke lutut.      

Wajah Jovano menyiratkan rasa suka cita karena pesta rancangannya berjalan dengan lancar dan sukses. Meski masih berumur 10 tahun, namun ide-ide brilian Jovano terbukti mengesankan dan berhasil.      

Ivy yang ditanya sang kakak, menggelengkan kepala sebelum menyahut, "Aku masih suka baju ini, Kak Jo."     

"Oh, suka sekali ternyata, yah?" Jovano membelai pipi adiknya yang seperti boneka. "Baguslah kalau Ivy-ku menyukainya. Kau ingin tidur dengan memakai kostum itu?"     

Ivy mengangguk malu-malu sembari mengulum bibirnya.      

"Oke, tak apa. Tapi pastikan jangan terlalu dingin AC kamarnya, yah! Kak Jo tak mau kau sakit nantinya." Jovano mengingatkan sang adik. "Ivy-ku memang sangat cocok memakai baju seperti ini." Ia tersenyum hangat seraya menepuk-nepuk lembut pipi Ivy.     

Sekali lagi gadis 4 tahun bagai boneka itu mengangguk disertai rona merah pada pipinya. "Umh! Besok pagi akan kulepas dan simpan baik-baik."      

"Gadis pintar..." puji Jovano.      

"Aku setelah ini, akan pulang, Andrea." Terdengar suara Myren tak jauh dari tempat Ivy dan Jovano berdiri.      

"Kak, gak pengin bawa roti ini? Voivoi suka, loh!" Andrea menyodorkan bungkusan berisi Rainbow Ball Cake. Kemudian Andrea menoleh ke Voindra yang berdiri di sebelah ibunya. "Nah, Voivoi cantik... Tante sudah simpankan roti kesukaan kamu ini. Nanti dimakan sebelum tidur, yah! Atau taruh di lemari es untuk dimakan besok pagi. Oke?"      

Voindra meski terlihat lelah, tapi gadis berumur 6 tahun itu mengangguk disertai senyum mengembang penuh semangat. "Oke, Tante. Makasih. Aku memang suka ini!"      

"Voindra cantik sekali tadi pakai kostum, yah!" Shelly menimpali sambil menggendong Kiran yang terkantuk-kantuk masih memakai kostumnya.      

"Ran juga cantik, kok! Dia jadi super imut pakai kostum begitu." Myren membalas pujian Shelly.      

"Hei, Vava juga sangat cantik dan gagah malam ini!" Shelly melirik ke Vargana yang juga berdiri di sebelah ibunya.      

Vargana tersenyum kecil sambil menyahut, "Aku tidak terlalu perduli kelihatan cantik atau tidak. Tapi kalau aku dipuji gagah, aku suka!"      

Andrea tertawa kecil. "Dasar tomboy!" Ia dorong tanduk palsu miliki Vargana.      

"Persis seperti kau dulu, ya kan Ndrea?" Shelly memberikan headshot ke sahabatnya.      

"Hei, aku ini anak Mama, bukan anak Tante. Tentu saja aku segagah Mama." Vargana busungkan dadanya. Gadis 7 tahun itu seolah lebih bangga dikatakan seperti ibunya ketimbang tantenya.      

Tentu saja!     

"Wah... Voindra cantik bagai putri raja sudah akan pulang, yah!" King Zardakh mendekat bersama dengan Ronh. "Seperti biasanya, Vargana selalu terlihat gagah meski memakai baju model begitu."      

Ivy dari kejauhan mendengar percakapan mereka di sana dan hanya menatap dalam diam. Namun, sang kakak mengguncang kecil bahunya untuk menyadarkan dia.      

"Ivy-ku... ayo kakak antar kamu ke kamar." Tangan Jovano menggapai tangan halus lembut adiknya. "Kau ingin pamit dengan mereka dulu sebelum masuk?" Dagu si sulung menunjuk ke kerumunan yang tadi menyita perhatian Ivy.      

Putri bungsu Andrea menggeleng. Jovano sebenarnya sudah memprediksi ini. Ivy memang pendiam tak banyak cakap. Gadis berwajah ala boneka manis ini lebih akrab dan manja pada ayah kandung dan kakaknya saja.      

Jovano paham karakter adiknya dan kemudian ia pun menggandeng Ivy untuk memasuki mansion dan mengantar ke kamar si bungsu.      

Sesampai di kamar, Ivy belum mau lepas dari Jovano. Ia masih meminta ditemani. Jovano tidak menolak keinginan adiknya yang memang biasa begitu, manja padanya.      

Tangan Jovano meraih remote AC di meja nakas dekat kepala tempat tidur ala princess berwarna dominan pink dan menekan tombol ON di sana. Udara sejuk segera mengalir, memenuhi seluruh sudut kamar dengan hawa dingin yang menyegarkan.      

Kemudian, Jovano membaringkan adiknya ke tempat tidur karena Ivy menolak untuk membasuh kaki dan gosok gigi.      

"Kak Jo, sini..." Ivy menepuk sisi kosong di sebelahnya di tempat tidur.      

"Oke, tapi Ivy harus cepat tidur, yah! Ini sudah terlalu larut untuk kamu. Besok kan kamu sekolah. Setuju?" Jovano mulai naik ke tempat tidur dan rebah di samping adiknya yang masih memakai kostum dan sudah melepas sepatunya. Kaki mungil itu hanya berselimut kaus kaki sebelum benar-benar dibungkus selimut tebal oleh kakaknya.      

Biasanya, Jovano akan menemani sebentar adiknya sampai Ivy benar-benar lelap dan Jovano akan keluar untuk ke kamarnya sendiri.      

"Kak Jo, apakah Ivy cantik malam ini?" tanya Ivy sambil berbaring miring ke arah Jovano. Suara kecil imutnya sangat menggemaskan. Persis dengan suara lolita di anime.      

Jovano mengangguk sambil rebah menghadap ke sang adik. "Unh! Ivy-ku kan memang selalu cantik. Siapa yang akan menyangkal fakta itu? Siapa yang berani mengatakan sebaliknya? Biar aku hadapi dia nanti! He he..."      

Ivy tersenyum kecil, namun hatinya membuncah bahagia dipuji kakak tersayangnya. "Apa lebih cantik dari Voi?"     

Kali ini Jovano terdiam beberapa detik dan kemudian lekas menyahut, "Tentu saja! Mana ada yang bisa mengalahkan adikku? Kau tau sendiri, kan... banyak teman-teman Kak Jo yang kagum melihatmu. Bahkan ada yang bilang kalau kau lebih cantik dari Kurumi asli! Gyehe he he..."      

Senyum Ivy makin lebar. Hatinya terasa membengkak mendengar itu. Namun, wajahnya mulai temaram ketika berbicara, "Tapi Mama juga sangat cantik, kan? Iya, Mama memang cantik. Bahkan Papa sangat menyukai Mama. Juga Daddy-nya Kak Jo."      

"He he he..." Jovano hanya bisa garuk-garuk pipi yang tidak begitu gatal. "Itu... yah, seorang suami memang harus menyukai istrinya, kan? Itu wajar, Ivy-ku sayang. Nanti... kalau Ivy punya suami, pasti suami Ivy akan sangat menyukai Ivy karena Ivy manis, cantik, baik, dan imut!"      

Grepp!     

Ivy menubruk Jovano dan tenggelamkan wajah kecilnya ke dada sang kakak. "Aku ingin punya suami seperti Kak Jo!"      

Jovano tak bisa berbuat apa-apa selain menepuk dan mengelus rambut legam Ivy. Ia tau Ivy sangat mengidolakan dia. Maka, pantas jika Ivy berkata hal selugas itu. Apalagi Jovano tau Ivy suka dipuji. Sedangkan dia memang biasa memuji adiknya. Jadi wajar kalau Ivy berkata demikian.      

Mungkin Ivy hanya bermaksud bahwa dia ingin memiliki suami yang pandai memuji dia seperti halnya Jovano.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.