Devil's Fruit (21+)

Latih Tanding Pedang



Latih Tanding Pedang

0Fruit 552: Latih Tanding Pedang     
0

Kehidupan lagi-lagi berjalan dengan menyenangkan dan penuh warna di sekitar Andrea. Ivy sudah mulai bisa diberi pengertian mengenai kewajiban memakai seragam ketika bersekolah.      

Dante dan Giorge juga tetap akur dan sepakat seperti sebelumnya. Kedua lelaki beda ras itu sering melakukan aktifitas bersama-sama selain threesome. Mereka kerap berolah raga bersama dan terkadang ikut ke kelas bela diri yang dihadiri Jovano.      

Tuan Nephilim sering merasakan gejolak dalam jiwanya jika dia ikut Jovano ke dojo untuk berlatih seni pedang. Ia yang terbiasa menjadi pejuang, menjadi ksatria dan bertempur untuk berburu keturunan Iblis di dunia manusia sebelumnya, merasa darahnya mendidih melihat Jovano dan teman-temannya di dojo berlatih pedang.      

Jika sudah tidak bisa menahan lagi, maka Dante akan mengajak Giorge untuk berlatih seni pedang bersama dengannya di taman belakang mansion.      

Giorge yang kurang terbiasa dengan pedang tetap mengiyakan ajakan Tuan Nephilim. Untuk seorang Vampir yang lebih mengandalkan tangan dan giginya, Giorge tidak terlalu paham bertarung menggunakan bilah seperti pedang.      

"Sayank, ayo sini berlatih pedang lagi. Dulu kau sangat pintar memainkan pedang." Dante mengajak Andrea ketika suatu sore dia sudah membuat Giorge kewalahan di taman belakang mansion yang luas.      

"Tsk! Gak usah diingatkan lagi soal itu. Pintar memainkan pedang apanya?" Andrea mengusap tengkuk dengan wajah memerah. Dia mau tak mau teringat akan hari-hari yang dia jalani di alam Cosmo bersama Dante dan kelompoknya.      

"Ha ha ha... Keahlian pedang Andrea sekarang sudah berubah, Dante," celetuk Tuan Vampir. "Kalau dulu dia pandai memainkan pedang besi, sekarang dia pintar memainkan pedang dari daging." Giorge terang-terangan menggoda istrinya menggunakan kalimat vulgar yang tersirat.      

Andrea makin merah padam dan sibuk memarahi Giorge yang hanya terkekeh santai.      

"Ingin mencoba denganku, Tuan Muda pertama?" Kenzo sekonyong-konyong sudah hadir di taman belakang mansion dan membawa sebilah pedang.      

Dante menatap dengan mata menyala penuh bara. "Huh! Kau yakin, Ken? Maka jangan salahkan aku kalau kau menangis karena kalah nantinya."      

Kenzo menghadapi dengan kekehan sebelum menyahut, "Setidaknya bukan aku yang hiatus memegang pedang selama bertahun-tahun."      

Tuan Nephilim mendecih menahan kesal atas sindiran Sang Panglima Incubus. Itu memang benar. Dante sudah sangat lama tidak memegang pedang. Hampir sepuluh tahun lamanya.      

"Ayo, Kenz! Kurangi omong kosong tak penting dari mulut burukmu itu!" Dante mengibaskan pedangnya. Itu bukan Rogard. Dia terpaksa membeli pedang baru dari sebuah toko online.      

"Kuharap pedang Tuan Muda Pertama tidak langsung patah berkeping-keping setelah tersentuh pedangku." Kenzo menyeringai sambil bersiap dengan pedang besarnya.      

"Kurang aja memang kau, Kenz! Kenapa kau keluarkan pedang iblismu? Itu tidak adil! Pakai pedang yang seukuran dengan milikku!" Dante menggertakkan geraham.      

Kenzo tertawa mengejek dan mengganti pedang di tangan Dante dengan pedang besar yang mirip dengan yang dia pegang. "Anggap itu sebuah kebaikan hati dariku, Tuan Muda Pertama."      

Maka, Andrea dan Giorge pun hanya bisa menyaksikan dua lelaki berlatih tanding dari samping.      

Trang! Trang!     

Dua bilah besi baja besar saling beradu, menimbulkan denting keras dan mulai percikkan api di antara tumbukan keduanya.      

Dante ayunkan penuh semangat pedang besar di tangannya, memukul keras ke arah Kenzo yang bersikap bertahan dengan pedang dia pula.      

Namun, Tuan Nephilim terlalu bersemangat dan terus ayunkan pedang besar di tangannya dengan gerakan ofensif. Ini terlalu menyenangkan untuknya. Sudah sekian lama dia tidak melakukan ini.      

Trang! Dang! Tang!      

Dante berulang-ulang memukulkan pedangnya ke Kenzo. Sang Panglima Incubus terus bertahan dan menerima semua pukulan pedang dari Tuan Nephilim hingga akhirnya dia sampai berlutut dengan satu kakinya sambil tetap bertahan.      

"Tuan Muda Pertama, sepertinya tenaga Anda terlalu berlebihan. Apakah semalam Tuan Putri tidak memberimu jatah? Lalu kau luapkan frustrasimu padaku?" ejek Kenzo sambil menyeringai.      

"Hoi, Kencrut!" seru Andrea kesal.      

"Jangan berdalih menggunakan kalimat tak berguna begitu, Kenz!" Dante tidak terprovokasi akan ejekan Kenzo dan makin bersemangat tubrukkan bilahnya ke pedang Kenz. "Kalau kau memang, maka akui saja. Itu adalah... sikap ksatria! Hyaakkhh!"      

Trang! TRANG! Wuusshh!      

Pedang di tangan Kenzo sudah melayang terlepas dari genggaman Sang Panglima Incubus. Dante menampakkan wajah bangga tak terkira berhasil memenangkan ini.      

"Pfftt! Tuan Muda Pertama sepertinya begitu bahagia dengan kemenangan palsu yang aku berikan." Kenzo terkekeh. Dia bangkit dari sikap berlututnya dan angkat tangan kanannya.      

Wuusshh! Deepp!     

Pedang yang terlempar sebelumnya, sudah kembali ke telapak tangan Kenzo.      

"Hah! Kau terlalu banyak membual seperti iblis pada biasanya!" Dante berseru dan kembali menerjang ke Kenzo. Matanya menyala akan antusiasme dan semangat.      

Kedua pria itu kembali bertarung. Kali ini Kenzo mulai serius bergerak mengayunkan pedangnya, mulai melakukan perlawanan.      

Giorge yang menyaksikan dari samping hanya bisa berdecak kagum melihat ketrampilan dua pria di depannya yang begitu fasih dengan pedang, bahkan yang sebesar itu! Ia menoleh ke istrinya. "Benarkah kau dulu pintar berpedang, Rea?"      

Andrea membalas tatapan suami keduanya dan menjawab, "Hanya masa lalu saja. Mungkin sekarang aku bahkan udah lupa gimana cara mengayunkan kayu." Ada rasa getir ketika Putri Cambion mengucapkan itu.      

Putri Mahkota klan Orbth kembali mengenang kemampuan hebat yang pernah dia miliki. Dan betapa dia bodoh sekali saat itu menghilangkan semua kemampuan itu bersamaan dengan lenyapnya darah iblis dari tubuhnya dan mengorbankan nyawa sang ibu yang dia rindukan.      

Sampai sekarang, Andrea masih merasakan sembilu dari luka batin itu. Andai dia tidak bersikeras hilangkan darah iblisnya... tentu sekarang Nivria, ibunya, masih hidup dan bisa menimang cucu-cucunya.      

Bahkan, dengan kondisi Andrea sekarang, dia sangat tidak berdaya jika menghadapi situasi gawat seperti ketika kejadian penyerbuan para vampir yang menewaskan putra pertama Shelly yang masih bayi kala itu.      

"Hghh..." Andrea hembuskan napas tanpa sadar ketika dia selesai bernostalgia tanpa diketahui siapapun.      

"Aku dengar dari Daddy, dulu kekuatan Mommy sangat dahsyat." Dari arah gerbang taman belakang, Jovano sudah berdiri sambil masih mencangklong tasnya. Dia baru saja selesai berlatih di klub dan mengetahui dari Shelly bahwa ayahnya sedang berlatih pedang di halaman belakang.      

Semua yang di taman segera menoleh ke Jovano. Andrea hanya bisa mengulum senyum kecutnya. Rupanya Dante sudah menceritakan semua mengenai petualangan mereka di alam pribadi Pangeran Djanh. Semoga saja mengenai petualangan, bukan tentang...      

"Daddy bilang, Mommy bisa gerakkan benda, bisa berkomunikasi dan menghipnotis hewan buas dan siluman, bisa mendeteksi aura, lalu... mengendalikan pikiran pihak lain, mengeluarkan busur cahaya, cambuk api, perisai kristal, dan juga bola api yang amat mengerikan." Jovano menyebutkan sebagian besar kekuatan Andrea.      

"Tsk!" Andrea berdecak. Lagi-lagi dia harus diingatkan mengenai itu. Teringat akan hal yang sudah hilang itu sangat... menyakitkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.