Devil's Fruit (21+)

Kegiatan Baru di Taman Belakang Mansion



Kegiatan Baru di Taman Belakang Mansion

0Fruit 553: Kegiatan Baru di Taman Belakang Mansion     
0

Sejak sore itu, maka taman belakang mansion Andrea sering digunakan untuk tempat berlatih pedang. Terutama oleh Dante yang sangat antusias ingin mengasah lagi ketrampilan berpedang dia.      

Tidak itu saja. Bahkan, Myren dan Ronh juga sesekali datang untuk bertindak sebagai mentor, karena memang skill bertempur mereka tinggi. Lagipula, mereka sudah terbiasa dengan peperangan.      

Dante sangat menyambut siapapun yang ingin berlatih tanding dengannya. Tuan Nephilim terus menyemangati Giorge agar turut berlatih pedang juga. "Ayo, Gio! Jangan ragu-ragu melatih otot-ototmu untuk menggerakkan pedang!"      

Suatu sore, Dante sedang mengajak Tuan Vampir untuk berlatih tanding dengannya. Bunyi dua bilah besi baja yang saling beradu mewarnai suasana menjelang petang.      

"Ahh!" Tuan Vampir pun menampakkan antusiasnya. Tangan dengan gesit menahan serangan Dante. Kaki juga mulai gesit berkoordinasi dengan anggota tubuh lainnya untuk sekedar menghindar atau bertahan.      

Giorge sudah beberapa hari ini giat berlatih pedang di bawah bimbingan Ronh. Sang Panglima Incubus juga menyukai kegiatan ini.      

Ronh yang sudah terbiasa hidup di barak militer, kini hidup nyaman bersama manusia. Dan dengan adanya latih tanding begini, maka ia merasakan gairah seorang prajurit kembali membara.      

Kenzo juga sesekali melatih Giorge dan beberapa kali berlatih tanding melawan Ronh. Mereka tidak berani melawan Myren. Jenderal perempuan dari kaum Centaur itu sangat kuat. Keduanya sudah mengakui itu.      

Jika Kenzo dan Ronh sedang melakukan latih tanding pedang, banyak penghuni mansion yang menonton. Terutama Dante dan Giorge yang lebih fokus mengamati gerakan-gerakan dari kedua Panglima Incubus.      

Anak-anak pun juga suka menonton pertarungan Kenzo dan Ronh yang sengit namun elegan sekaligus gagah. Vargana tentu saja tidak akan melewatkan kegiatan seperti ini. Dia yang tomboy, sudah pasti akan bersikeras ikut berlatih.      

Sedangkan Gavin juga terpacu ingin sehebat ayahnya.      

"Wah... sekarang di sini setiap sore ada latihan pedang." Jovano telah berdiri di sebelah Voindra yang duduk santai menonton kakaknya sedang berlatih di bawah pengawasan ibunya.      

"Vargana, tekuk sedikit kakimu! Gunakan otot trisep kamu untuk menahan berat pedang di tanganmu!" Terdengar Myren yang sedang menjadi mentor bagi putri sulungnya.      

Voindra menoleh ke Jovano. "Jo abis pulang dari sekolah?"      

Jovano menatap sepupu imutnya. "Iya. Baru selesai kegiatan klub memanah. Voi, kau tidak ikut berlatih dengan mereka?"      

Si gadis imut Voindra menggeleng. "Aku tidak ingin terlalu banyak berkeringat. Apalagi nanti telapak tanganku bisa kasar." Ia menatap telapak tangan mulusnya yang sehalus giok.      

"Baru pulang dari klub, Jagoan?" tanya Giorge sambil mendekat ke anak tirinya. Ada handuk kecil yang bertengger di bahunya, menandakan dia baru saja berlatih pedang.      

Putra sulung Andrea mengangguk. "Poppa sekarang juga makin rajin latihan pedang, yah!"      

Tuan Vampir terkekeh ringan. "Walau ini sebenarnya bukan kebiasaan kaum Poppa, tapi ternyata asik juga kalau bisa bertarung dengan pedang."      

"Gio, besok apa kau berangkat ke kantor?" tanya Dante yang sudah berdiri di dekat Tuan Vampir dan putranya. "Sudah pulang, Jo?"      

Jovano mengangguk ke ayah kandungnya sembari tersenyum lebar.      

"Besok aku libur kantor, Dan. Ada apa?" tanya Giorge usai menjawab pria Nephilim di sebelahnya. Tubuh mereka sama-sama berkilauan ditimpa sinar matahari sore.      

"Besok pagi kita berlatih gulat, bagaimana? Atau bela diri tanpa senjata. Kau mau?" Dante ingat bahwa esok adalah hari Sabtu, dan biasanya kantor serta sekolah libur.      

"Ide bagus, bro!" Giorge naikkan ibu jarinya sambil tersenyum lebar. "Jo, kau besok tak ada kegiatan klub, kan? Mau ikut latihan kami?"      

Jovano mengangguk. "Boleh juga. Sesekali latihan bersama kalian di sini juga bukan merupakan hal buruk."      

"Tentu saja!" Dante menjepit tengkuk putranya menggunakan satu lengan.      

"Daddy, kau basah. Aihh!" protes Jovano.      

Namun, Tuan Nephilim malah menyeringai. "Memangnya kau pikir kau tidak bau keringat dari tadi, huh? Dasar anak nakal."      

Jovano pun tergelak.      

"Hei, Jo... bagaimana kalo kita bangun semacam dojo di sini seperti milik Zevo?" usul Giorge.      

"Ah, ya... benar! Dengan begitu, kau tak perlu lagi susah payah ikut berbagai klub! Nanti kita carikan pelatih yang kompeten!" Dante merasa ide Tuan Vampir tidak buruk.      

Sayangnya, Jovano menggeleng. "No, Dad, Pop... aku tetap ingin ikut klub. Karena aku tidak hanya berlatih martial arts saja di klub, tapi juga bersosialisasi, Dad, Pop."      

Dante dan Giorge termenung sejenak mendengar alasan Jovano. Bocah 10 tahun itu ada benarnya. Dulu sejak bayi hingga balita, Jovano begitu ketat dijaga oleh Andrea, ibunya, dan juga oleh kakeknya, King Zardakh, hanya karena pernah menjadi ancaman para Angels.      

Dan sekarang, Jovano ingin mengambil apa yang dulu pernah hilang. Kini dia ingin sepuas-puasnya bergaul dan berkomunikasi dengan siapapun. Ingin sebanyak mungkin memiliki teman dari berbagai kalangan.      

"Tapi, jangan khawatir, Dad, Pop... aku akan usahakan setiap akhir minggu untuk bersama kalian. Kita bisa lakukan apa saja nantinya. Oke?" Senyum lebar Jovano membuat kedua ayahnya lega dan mengangguk senang.      

"Hei, kalian mo ampe kapan latihan?" Terdengar seruan dari pemilik mansion, Andrea. "Gak nyadar apa nih udara dah isinya bau keringat kalian semua? Polusi, woi! Sana pada mandi!" Nyonya Cambion berkacak pinggang di depan gerbang taman belakang.      

"Ha ha ha, lihat, Nyonya Besar sudah mulai menghardik." Giorge berolok-olok akan Andrea. "Ayo kita masuk dan mandi. Ini juga sudah mulai petang."      

"Oke, kita sudahi dulu yang ini." Myren juga menghentikan pelatihan dia pada putri sulungnya. Vargana menyimpan pedangnya dan berjalan menuju ke kursi taman di mana sang adik sedang asik menyeruput jus mangga segar.      

"Kencrut! Bang Ronh! Udahan dulu pedang-pedangannya! Buruan masuk dan mandi!" teriak Andrea yang berada cukup jauh dari Kenzo dan Ronh yang sedang bertanding pedang.      

"Ayo, Kenz. Sudah waktunya masuk," ajak Ronh yang diangguki Kenzo.      

"Kak Myren mo mandi di sini? Nanti aku siapin handuk untuk kalian semua," tawar Andrea pada kakaknya ketika Myren berjalan menghampiri dia bersama dengan dua putrinya mengikuti.      

"Kagak usah. Kakak langsung pulang aja ma anak bojo." Myren menjawab dan menoleh ke suaminya yang berjalan mendatangi dia. "Ayo kita langsung pulang."      

Ronh mengangguk. Dalam hitungan detik, keluarga Myren sudah lenyap dari taman belakang mansion Andrea. Tentu saja menggunakan kekuatan teleportasi iblis. Itulah enaknya jadi iblis, tidak memerlukan mobil, kemana-mana tinggal pakai teleportasi saja.      

"Kak Jo..." Ivy sudah muncul di ambang pintu balkon ruang tengah yang menghubungkan ke taman belakang. Senyumnya merekah sambil menerjang ke kakaknya.      

"Ha ha ha... Ivy... jangan peluk Kak Jo. Ivy kan sudah cantik, sedangkan Kak Jo masih bau kecut, bau keringat." Jovano memegangi tubuh adiknya yang menggelendot ke dirinya.      

Ivy hanya tersenyum kecil sambil menggeleng seolah dia tidak keberatan dengan kondisi sang kakak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.