Devil's Fruit (21+)

Mencari Makan



Mencari Makan

0Fruit 335: Mencari Makan     
0

"Hei... bukankah tadi aku sudah bilang agar jangan buang muka?" Dua tangan Kenzo mengusap-usap lengan mulus Shelly.     

"Tapi... tapi kan..."     

"Tidak ada tapi-tapi kalau denganku."     

Syuutt!     

Tiba-tiba saja Kenzo sudah membopong Shelly bagai pengantin baru dan merebahkan gadis manis itu di sebuah ranjang besar yang ada secara ajaib. Namanya juga mimpi. Walau... sebetulnya saat ini Kenzo sudah mengubah dimensi mimpi menjadi alam nyata. Ia benar-benar menyentuh Shelly di alam nyata, di tempat tidur si gadis itu sendiri, meski Shelly masih merasakannya di alam mimpi.     

"Ayo, buka tanganmu. Aku ingin melihat keindahanmu..." Kenzo pelan-pelan menarik dua tangan Shelly yang menutupi dada. Gadis itu masih merona dan tambah merona parah ketika Kenzo berhasil membuka tangannya. "Ahh, benar kan kubilang... sebuah keindahan." Mata sang Iblis nyalang memandangi dua bongkah kembar di dada Shelly yang padat dan cukup besar. 34C. Satu ukuran lebih kecil dibanding milik Andrea, kalau ingin tau.     

"Ja-jangan dipandangi begitu..." Shelly palingkan wajah. Telunjuk kanannya ia gigit saking grogi.     

"Jangan dipandangi, yah? Oke, mungkin kau lebih suka kalau dibeginikan saja--arrmmhh... ermmllhhh... mrrssffhh..." Mulut Kenzo langsung mengurung puting kiri Shelly dan tangan bebasnya meremas payudara satunya.     

Gadis itu terpekik kaget, tak mengira akan tindakan Panglima Incubus pada payudara dan putingnya. "Haakhh! Keennn... Keeenn..." panggilnya berulang-ulang sembari pejamkan mata dan sibuk menggigit jari seraya terus menyebut nama pujaan.     

Kenzo tak menjawab. Terus saja menghisap-hisap puting payudara Shelly bergantian kanan dan kiri. Manik mata tajamnya memandang ke wajah si gadis yang sudah takluk dalam permainan nakal Kenzo.     

Rasanya tuan Panglima tak puas begitu saja menggoda Shelly. Ia jadi ingin tau bagaimana reaksi sahabat Puterinya jika diberikan tindakan lebih jauh. Misalkan seperti... mengelus bukit kewanitaan Shelly hingga mata si gadis terbuka, membelalak kaget.     

"Ja-jangan..." lirih si gadis ketika jari nakal Kenzo mengelus area sensitif tersebut.     

Kenzo membebaskan sejenak dominasinya pada puting Shelly untuk menyahut, "Jangan? Kau serius tak mau? Bukankah kau mengundangku ke sini untuk hal ini? Atau bukan? Kalau bukan, aku hentikan saja sekarang, dan pergi."     

Incubus itu berlagak menghentikan kegiatannya dan seolah akan beranjak pergi. Namun tangan Shelly mencegahnya. "Tidak! Jangan! Ken jangan pergi! Aku mau! Aku mau!" seru Shelly panik, mengira pujaannya benar-benar akan meninggalkannya.     

Gadis manusia itu sangat membutuhkan kehadiran Kenzo, juga sentuhannya. ia ingin menghilangkan kenangan sentuhan Andrea dalam mimpinya kemarin. Ia ingin hanya sentuhan Kenzo saja yang ia ingat.     

"Kau yakin?" Kenzo pura-pura memasang wajah sangsi.     

"Iya, aku yakin. Aku ingin... terus... ermmm... disentuh Ken," tuturnya susah payah, menepis rasa malu dan gengsi sebagai perempuan. Ia memang membutuhkan Incubus itu untuk menghapus bayang-bayang sentuhan Andrea, dan ingin memiliki saat intim dengan Kenzo meski hanya dalam mimpi. Tak mengapa, cukuplah itu baginya.     

Maka, Kenzo pun tak ragu lagi. Kembali ia baringkan Shelly, buka pahanya, saksikan kewanitaan Shelly yang sudah dicukur rapi, sehingga mata sang Iblis bisa melihat jelas pusat hidup Shelly yang berwarna merah dadu segar, menganga mengundang.     

Shelly menggigit kuat bibir bawah tanpa berani protes atau Kenzo akan benar-benar pergi. Dia harus kuat karena ia lah yang menginginkan ini terjadi. Ia yang mengundang Kenzo. "Hrrnghhh..." erangnya tertahan sambil menutup mata kuat-kuat tatkala lidah Kenzo sudah dijejakkan pada klitoris sensitif. "H-hngaahhh... aarrngghh... Keeennnhhh..."     

Menggigit jari rasanya tidak memuaskan lagi bagi Shelly. Maka sebagai ganti pelampiasan adalah seprei dan tepi bantal untuk diremas kuat-kuat.  Paha sudah akan mengatup berkali-kali, namun dua tangan Kenzo terus menahan tetap terbuka agar lidah agresif itu bisa terus berdansa di klitoris Shelly.     

"Srrllclhlhlhlh... srrllchchchchch... errllhlhlhlhlhh... scrrpphhhh... erlllghhh... slrrthththth..." bunyi decapan lidah Kenzo begitu vulgar, menghasilkan bebunyian seronok. Mata Kenzo menatap ke Utara, mendapati wajah merah dan mata terpejam Shelly dibarengi erangan juga rintihan dari mulut yang terus menganga menyuarakan suara-suara erotis sang gadis yang terbuai berahi.     

Pinggul Shelly sesekali naik turun ketika lidah Kenzo bergerak beringas di kewanitaannya. Kadang pula pinggul itu berekasi akibat klitoris yang dihisap kuat-kuat yang besoknya pasti terasa ngilu dan memerah bengkak.     

Shelly mengeluarkan banyak cairan pelumas. Kenzo terus menyesapnya sebagai suplai tenaga yang ia cari, namun itu belum memuaskannya. Ia butuh lebih dan lebih. Maka ketika gadis itu menjeritkan kepuasannya saat mencapai puncak, Kenzo tak membiarkan secuil pun cairan nikmat itu terlewat dari mulutnya. Semua dijilat sampai habis meski Shelly berteriak-teriak memohon disudahi.     

"Tidak, manis... ini belum usai. Masih jauh dari yang kuharapkan," tutur Kenzo di dekat wajah Shelly. "Kuharap kau jadi gadis patuh malam ini dan kita bisa mencapai kenikmatan bersama-sama, kau mau?"     

Shelly mengangguk. Bahkan ketika dua jari Kenzo melesak masuk ke vaginanya dan mengocok di sana, ia pasrah membiarkan pria itu berbuat semaunya. Shelly tak mau kehilangan Kenzo. Ia kan menahan apapun rasa tak nyaman saat ini, juga malu.     

Ketika ulah jemari Kenzo membuahkan sebuah orgasme pada Shelly, Kenzo kembali menyesap habis semua cairan yang keluar dari vagina Shelly.     

"Enak?" tanyanya pada Shelly yang sibuk terengah mengatur nafas dan bermandi peluh akibat orgasme kedua. Gadis itu mengangguk lemah. "Aku akan berikan yang lebih enak lagi sesudah ini. Tapi akan menyakitkan pada awalnya. Percayalah, lambat laun akan terasa sangat nikmat. Kau bisa menahannya?"     

Lagi-lagi Shelly mengangguk patuh. Ia agaknya paham apa yang dimaksud Kenzo. Meski dia lugu, bukan berarti dia tolol. Maka ketika dua tangan Kenzo meraih pergelangan tangannya dan membawa ke atas kepala, Shelly tau sebentar lagi inti pergumulan ini akan terjadi.     

"Kau siap, sayank?"     

"Hu-um..." Shelly mengangguk meski takut.     

"Baiklah... aku datang, manisku... ermmgghhhhhh..." Kenzo mulai menusukkan ujung penisnya ke liang kewanitaan Shelly. "Herrrmmmgghhhhhh..." Gadis itu memejamkan mata erat-erat seraya jarinya tergenggam kuat sebagai pelampiasan rasa sakit yang mulai muncul. "Arrrghhh!" Akhirnya bagian tersulit sudah terlampaui. Kepala penis sudah berhasil masuk meski teramat susah payah.     

Shelly mendongak tinggi-tinggi ketika itu terjadi. Lelehan bening tidak bisa terhindarkan keluar begitu saja. "Ha-haakkhh... hiks! A-aaagghh... Keeenn... hiks!"     

Di tempat lain, para Succubi bersenang-senang dengan cara mereka. Tak mau mendapatkan energi kecil, mereka sengaja mencari mangsa yang sadar sepenuhnya. Itu jauh lebih besar memasok energi bagi kaum seperti Succubi.     

Sangat mudah. Cukup berpakaian seksi, masuk ke bar atau tempat karaoke, dan mangsa dengan mudah didapat.     

Ada yang pesta seks, ada yang lebih suka melakukan secara pribadi. Semua sesuai kemauan mereka saja. Namun ujungnya tetap saja sama, menyedot sperma dan mendapatkan hawa murni lelaki  hingga korban lemas. Mereka berusaha tidak menguras habis karena tak mau ada konflik dengan Makhluk Atas nantinya.     

Cukup dibuat lunglai atau koma beberapa hari saja.     

"Awwhh! Terus! Ayo hentakkan penismu lebih dalam, sayank..." seru Meowth pada pria di atas tubuhnya yang kian bersemangat menyenggamai si Succubus binal.     

"Arrnnghh... haarrnnghh... hebat... kau sangat hebat! Puaskan aku! Aku ingin kau klimaks lagi dan lagi, pejantan tangguhku... aarnnghh..." lenguh Swoma memberi semangat mangsanya yang sudah ejakulasi tiga kali berturut-turut. Tapi Swoma belum puas dan ingin lagi.     

"Ermmhh... siapa yang menyuruhmu berhenti bergerak, humh? Arrghh! Lekas goyangkan pinggulmu dan buktikan kejantananmu! Lekas! Arrgghh! Haarkkhh! Yaahh! Begituuuhh!" Yang ini adalah Soth 1 sedang mengerjai mangsanya yang mulai kelelahan karena sudah klimaks lima kali.     

"Kakak 1, ingaatt... nngghh... jangan memforsir dia--aarnnghh! Kau ini nakal sekali... aarnnghh..." Soth 3 berusaha mengingatkan kakaknya agar tidak membunuh mangsanya sembari dia juga tengah disetubuhi pria besar berdampingan dengan si kakak.     

"Kemarikan! Sini beri spermamu! Muncratkan di mulutku!" seru Soth 6 sambil membuka mulutnya lebar-lebar usai dia melakukan felatio keempat kalinya pada seorang pria tak jauh dari para Soth kakaknya. Rupanya dia lebih menyukai aksi hisap-menghisap penis secara oral.     

Begitulah kira-kira aktifitas mencari makan para Succubi tingkat tinggi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.