Devil's Fruit (21+)

Kesepakatan Gelap



Kesepakatan Gelap

0Fruit 383: Kesepakatan Gelap     
0

"Oke, jadi besok pagi-pagi sekali aku, bayiku, dan Shelly akan diungsikan ke dimensi khusus dimana tak ada siapapun bisa masuk kecuali seijin Zardakh." Andrea mengangguk paham.     

"Benar, Tuan Puteri." Kenzo sambil melirik ke Shelly yang masih terisak pelan sekali. Druana sedang menidurkan Jovano.     

Andrea menangkap tatapan Kenzo ke sahabatnya. "Dan... apakah yang membuat Shelly menangis tiada henti begitu hanya karena kau dan Ruenn sempat jadi patner seks?"     

Kenzo terdiam. Shelly masih sesenggukan.     

Andrea makin curiga melihat gelagat keduanya. "Jangan-jangaann..." Ia menautkan alis.     

"Tuan Puteri..."     

"Plis! Jangan bilang kalian... pacaran?"     

Shelly melirik sebentar ke Kenzo. "Dia sudah-hiks! Berkata bahwa aku bukan pacarnya, ya kan Ken? Hiks!" Sungguh berat bagi Shelly disaat dia sudah jatuh cinta mati-matian, bahkan rela meninggalkan orang tua, namun ternyata hanya dianggap bukan siapa-siapa selain pelampias nafsu semata.     

"Tidak begitu, Shel!" sangkal Kenzo. "Aku terpaksa bilang begitu agar kau aman dari Ruenn!"     

"Terpaksa?" Andrea dan Shelly nyaris berbarengan mengatakannya.     

"Apa Puteri tidak ingat apa yang terjadi dengan Oma dan Opa? Ruenn berambisi menyakiti siapapun orang-orang tersayang Puteri!"     

"Dan kau malah membawa Shelly ke sini! Ke tempat dimana Ruenn bisa mudah menemukan Shelly!" Andrea kesal hingga memukul lengan Kenzo.     

"Hamba tak tau di mana lagi harus menyembunyikan Shelly. Jika tidak di sini, Hamba justru kuatir kejadian Oma dan Opa terulang!"Kenzo memaparkan alasan. "Terlebih jika Ruenn tau aku dan Shelly..." Kenzo hening beberapa detik. "Hamba kuatir Ruenn juga akan menyakiti Shelly karena... apa istilah anak sekarang? Baper? Ya, itu!"     

"Tunggu, tunggu bentar. Biar aku cerna semua omonganmu." Andrea angkat sedikit tangannya ke depan menggesturkan permintaan menunggu. "Jadi kau... dan Shelly... pacaran?"     

"Secara resmi memang belum, tapi bisa dikatakan demikian, Puteri."     

"HOLY SHIT!" teriak Andrea sembari menggebrak meja. Namun ia menyesal karena Baby Jovano merengek kaget. Druana lekas menepuk-nepuk lembut paha sang bayi agar kembali tertidur. "Oh, maaf Druana." Ia menoleh ke Druana yang sedang berdiri di samping box Jovano. Kemudian balik menatap ke Kenzo dan Shelly bergantian. "Kalian pacaran?!" kali ini dengan suara setengah berbisik sembari melotot ganas.     

"Hiks! Ndreeee..."     

Lekas saja Andrea menarik tangan Shelly dan Kenzo, membawa mereka keluar dari kamar daripada mengganggu tidur anaknya.     

Begitu sudah di luar, Andrea melepas dua tangan yang ia seret. "Apa kalian udah gila?! HEH?!" Ditatapnya Kenzo dan Shelly bergantian, melotot bagaikan tokoh antagonis di sinetron azab.     

"Ndreee, jangan gitu..."     

"Jangan gitu gimana, Shel?! Kamu kan liat sendiri gimana kesiksanya aku hasil dari Iblis ama manusia! Gih dah, putusin hubungan kalian!" Andrea mengibaskan tangannya.     

"Jangaaaann!" rengek Shelly malah tambah menangis. "Jangan, Ndre... aku... aku udah cinta banget sama Kenzo. Aku nggak bisa kalau harus pisah dari Kenzo."     

Andrea tatap wajah belepot air mata Shelly. Ia mendadak iba. Selama ini ia tak pernah melihat Shelly tertarik dengan lelaki manapun. "Tapi gak ama Iblis juga kaliii, beeeebb..."     

Shelly menggeleng. "Mendingan aku mati kalo nggak bisa ama Kenzo, hiks! Ndreeee... tolong restui kami... hiks! Yah? Hiks!" Shelly meremas tangan sahabatnya. Hatinya mulai tenang. Kenzo menyangkal hubungan mereka di depan Ruenn hanya karena tak mau dia disakiti Ruenn.     

"Haahh!" Andrea loloskan desah keras melihat betapa Shelly sudah jatuh cinta pada Panglimanya.     

"Maaf, Puteri. Maaf bila aku menyukai Shelly, sahabat Puteri."     

"Jangan cuma suka aja, Kencrut! Cintai juga, dong!" seru Andrea gemas.     

"I-iya! Tentu saja, Puteri. Sudah pasti Hamba mencintai sahabat Puteri." Kenzo lekas meralat ucapannya. Meski dia masih berjuang ke arah itu, cinta.     

"Bener, loh yah! Awas kalo ampe kamu nyakiti perasaan Shelly, aku kutuk penismu ilang!"     

"Ndrea!"     

"Beb! Rasanya sakit kalo dihianati, tau! Aku gak mau kamu ngalamin kayak aku tadi!"     

Shelly tertunduk. Ia paham Andrea memaksudkan yang mana. Ia juga pasti akan hancur berkeping-keping jika menyaksikan dengan mata sendiri bila Kenzo menyenggamai wanita lain.     

"Tuan Puteri, alangkah lebih baiknya jika Anda memaafkan Dante. Dia tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya saat melakukan itu. Dia dalam pengaruh sihir Ruenn."     

Andrea terdiam sesaat. Iya, dia tau apa yang dikatakan Kenzo memang fakta. Tapi... tetap saja hatinya terlanjur sakit. Dante-nya disentuh wanita selain dia. Bahkan digumuli. Wanita mana yang rela melihat demikian? Ia pun menunduk usai hela nafas berat. "Aku tau, Kenz. Tapi tetap sakit hatiku."     

"Puteri, hamba mohon beri semangat Dante agar besok dia bisa bertempur dengan baik."     

Nyonya Cambion langsung angkat kepalanya. "Hah?! Jadi... dia ikut perang?"     

"Ya, oleh karena itu, tolong berbaikan dengannya agar pikirannya bisa tenang dan fokus untuk besok. Ini tinggal... tiga jam lagi."     

"Tidak mau," tolak Andrea tegas. "Aku bakalan terbayang kelakuannya tadi kalo ngeliat dia. Jadi... gak bisa. Aku gak sanggup. Kagak untuk saat ini."     

"Ndre..." Shelly mulai berhenti menangis. "Kasian Dante. Dia juga nggak mau kayak gitu tadi. Dia korban manipulasi. Kasian, Ndre..."     

Andrea tatap sahabatnya. "Iya, kasian sih emang kasian, tapi aku udah terlanjur liat. Gimana, dong?"     

"Ken, apa ada sihir untuk menghilangkan ingatan tertentu?" Shelly menoleh ke... pacarnya.     

Kenzo menggeleng. "Sudah terlambat, Shel. Harusnya tadi kalau ingin menghapus ingatan Andrea. Kalau sudah berjarak lama begini maka ingatannya sudah mengakar di otak, dan akan bahaya bila dipaksakan lupa menggunakan sihir."     

Dua wanita itu pun mendesah kecewa.     

"Ya sudahlah, kalo emang udah harus gini, ya mo gimana lagi?" Andrea tersenyum kecut.     

"Oh ya, Ndre, memangnya apa yang sudah dilakuin Ruenn ke Oma dan Opa?" tanya Shelly penasaran. Ia teringat betapa Kenzo ketakutan jika itu menimpa Shelly.     

"Ruenn membunuh mereka, beb. memenggal kepala mereka dan melemparkan ke aku." Andrea melirih. Ia jadi teringat kejadian tragis itu.     

Shelly terpekik tertahan seraya bekap mulut dengan dua tangan. Matanya melotot tak percaya. menggeleng beberapa kali lalu memeluk Andrea. Ia menangis lagi untuk Oma dan Opa.     

"Udah, udah. Jangan nangis terus, dong. Ntar matamu bengkak kayak mata Genderuwo, loh!" Andrea mengusap-usap punggung sahabatnya. Ndre, memangnya kau pernah lihat Genderuwo?     

"Karena itu aku bersikeras membawamu ke sini, Shel. Kau akan lebih aman jika di dekat jangkauanku." Kenzo mengucap pelan.     

Shelly menoleh ke sang pacar. Mengangguk lemah, lalu beralih masuk ke pelukan Kenzo.     

Andrea putar dua bola matanya. "Oh, pliiisss... jangan di depan aku deh kalo mo mesraan."     

"Ma-maaf, Tuan Puteri." Kenzo terpaksa dorong pelan tubuh Shelly, lalu usap air mata gadis itu. "Sudah, sudah... pokoknya kau aman di sini walau Ruenn juga ada di sini. Setidaknya aku akan langsung tau begitu kau dalam bahaya. Yah?"     

Shelly mengangguk, berikan senyum termanisnya un tuk Kenzo. "Makasih. Makasih sudah kuatir sama aku, Ken."     

Andrea dan Shelly pun masuk ke kamar untuk tidur sebentar. Kenz, Druana dan para Soth menjaga di luar kamar. Apalagi Kenzo, kini ada dua orang yang harus ia jaga baik-baik, Andrea dan juga Shelly. Oh, jangan lupakan Baby Jovano, Kencrut!     

Tak ayal Dante tidak diperkenankan masuk ketika akan membuka pintu kamarnya. Druana dan Kenzo mencegah. "Puteri tak mau Anda mendekati Puteri untuk sementara waktu ini."     

"Kenapa?" Dante lunglai. Wajahnya kacau.     

"Puteri bilang akan terbayang kejadian tadi jika melihat wajah Tuan Dante." Druana menyampaikan kalimat Andrea ke Dante.     

Dante tak berkutik. Berjalan lunglai, ia pun pergi ke tempat lain untuk istirahat sebentar sebelum perang dimulai.     

Druana dan Kenzo saling bertatapan, iba pada Dante. Tapi mereka juga paham perasaan Andrea. Mungkin benar-benar butuh waktu untuk menerima apa yang sudah terjadi. Butuh usaha gigih sang Cambion agar ia bisa legowo dengan semua kenyataan yang ia dapatkan beberapa hari ini. Kematian sang Ibu, kematian tragis Oma dan Opa, lalu Dante yang dimanipulasi Ruenn.     

-0-0-0-0-0-0-0-     

Di tempat lain, di Istana Ratu Voira...     

"Kau yakin bisa bawakan betina Cambion itu padaku?" Ratu Voira bertanya ke tamunya.     

"Tentu saja, Yang Mulia. Asalkan Paduka berjanji akan berikan aku suaka di sini sesudah menyerahkan dia ke Paduka," sahut sang tamu penuh percaya diri.     

"Itu soal mudah. Kalau kerjamu sesuai dengan sesumbarmu, maka aku akan berikan apa maumu." Ratu Voira mendongak arogan pada tamunya seolah sedang menegaskan dominasi kekuasaannya.     

"Sepakat, Yang Mulia..." Ruenn menyahut Ratu Voira. Alisnya terangkat cepat disertai senyum culas. Ia yakin dia akan aman di Antediluvian usai mengkhianati Ayahnya. Toh sang Ayah tak pernah menaruh perduli padanya sedari dulu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.