Devil's Fruit (21+)

War Is Coming (Again)



War Is Coming (Again)

0Fruit 384: War Is Coming (Again)     
0

Sudah dua jam semenjak Andrea dipindahkan bersama bayinya dan juga Shelly. Ketiganya ditemani juga dengan seorang juru masak, maid, dan dua pengawal-Soth 5 dan Soth 6. Druana ditugaskan Zardakh ikut ke medan perang untuk menyembuhkan Iblis yang terluka.     

"Ndre..." Shelly menyentuh lengan sahabatnya.      

Andrea menoleh dengan bayi digendongan. Dia tadi sedang menyaksikan pemandangan di luar jendela. "Shel..."      

Dimensi spesial ini bisa dikatakan indah laksana dunia peri. Warna-warni dan cerah. Rupanya Zardakh memikirkan juga apa yang sekiranya bisa menyenangkan dilihat seorang perempuan. Nice, Sir!     

Mereka tinggal di sebuah pondok yang cukup besar dengan sungai mengalir di depannya. Sangat asri menyenangkan.      

"Apa kamu mikirin dia?"     

"Siapa? Dante?" tebak Andrea. "Kagak."      

Nyonya, kau jelas-jelas berdusta.      

"Dari tadi Jovano gelisah, Ndre. Kau yakin tak ingin meminta Dante ke sini?"     

"Ngapain, Shel. Cuma bikin emosi aku aja entar." Andrea menggoyang-goyang lembut anaknya agar lebih tenang.     

Baby Jovano memang lumayan rewel setiba di tempat ini. Apakah itu pertanda anak ini tak ingin bapaknya ikut perang? Memangnya bakal ada apa?     

Shelly menatap iba bercampur miris ke sahabatnya. Dia tau persis Andrea sedang dalam mode penyangkalan atas perasaannya sendiri. Tapi dia lebih memilih diam tidak banyak membantah. Bahkan dia sempat tau Andrea diam-diam menangis tadi. "Semoga mereka semua selamat."     

"Ya, semoga." Andrea kembali pandangi sungai di depan sana. Kemudian ia mencoba menyusui Jovano, namun ternyata si bayi menolak. Masih saja merengek gelisah. Andrea tatap anaknya. "Kenapa, sayank? Kok rewel dari tadi? Pengen apa?"     

Semenjak Jovano lahir, mereka sudah tidak bisa bertelepati lagi. Mungkin karena kekuatan Andrea musnah yang mengakibatkan hilang juga kemampuan dia dan anaknya berbincang seperti sebelumnya.     

Namun, ternyata ada satu kekuatan yang tersisa di diri Andrea. Kekuatan melempar sesuatu. Terbukti dengan mampunya Andrea melempar serta menerbangkan Ruenn dan Dante malam itu.      

Benarkah hanya itu yang tersisa?     

Lihat saja nanti.      

"Tuan Puteri..." Soth 5 menghadap ke Andrea. "Pasukan Nirwana sudah mulai datang."      

Andrea berpandangan dengan Shelly. Keduanya pun berpegangan erat, saling menguatkan. Ada dua orang tercinta mereka di sana sedang berjuang untuk mereka.      

"Nak... beri bapakmu kekuatan dan keselamatan, yah," lirih Andrea saat dekatkan mulut ke telinga mungil Jovano.      

-0-0-0-0-0-     

Perang kali ini, Ratu Voira tidak ikut terjun ke medan pertempuran. Ia hanya mengirim serdadu terbaik dia karena kali ini Nirwana mendominasi dalam jumlah prajurit. Sang Ratu hanya bersantai di Istana bersama Rean.      

"Apa mereka sudah mulai masuk ke Underworld?" tanya Ratu Voira pada ajudan istimewanya.     

"Ya, Paduka," jawab Rean.      

"Bagus. Aku tak perlu mengotori tanganku lagi. Untung saja Ayah bisa kuyakinkan agar aku tetap di Istana." Voira tersenyum licik. Dia tau kali ini pasti pihak Iblis bakal menerjunkan serdadu-serdadu yang lebih kuat ketimbang kemarin. Dia dengar dari Ruenn, pihak Zardakh mulai dibantu oleh beberapa aliansi kerajaan Iblis.     

Voira tak mau kehilangan nyawanya. Ia tak mau itu. Bahkan ia tak sudi menyerahkan jabatan sebagai Ratu pada siapapun.      

"Succubus itu belum datang?" Voira mengusapkan air kolam susu ke tubuh telanjangnya yang sedang berendam. Hanya dia dan Rean di ruangan mandi tersebut.     

"Belum, Yang Mulia." Rean ikut menggosok tubuh junjungannya.     

"Kita lihat saja sehebat apa dia pada janjinya."     

Ratu Voira menggapai pinggang Rean dan mulai mendekatkan wajahnya ke sang Ajudan agar bisa lekas menjilati bibir pasrah Rean.      

"A-haanggghh~ Yang Mulia~" desah Rean ketika tangan Voira mulai mengaduk liang sensitifnya.      

"Buka kakimu lebih lebar," bisik Voira seraya menambahkan jari lain masuk ke liang tersebut, sehingga Rean makin melenguh.     

"Yang Mulia~ Yang Mulia~ haaarrnnhh~"     

"Berbaring di tangga kolam, Rean." titah sang Ratu yang lekas dituruti Rean. Usai sang Ajudan melaksanakan perintah, Voira membuka lebar paha Rean dan turunkan wajahnya demi menyesap kuat-kuat klitoris Rean dibarengi mengocok liang sang Ajudan.      

Gadis muda itu merintih nikmat. Pinggulnya gelisah bergerak kanan dan kiri. Hingga akhirnya ia mengejang mengangkat pantat saat ia menyemburkan cairannya, lalu terkulai seraya terengah-engah.     

Belum usai Rean mengatur nafas, mulutnya sudah dibungkam kewanitaan Voira yang menindih wajahnya, lalu bergerak-gerak erotis dalam posisi face-sitting agar Rean bisa memberikan hisapan kenikmatan untuk Ratunya.     

Ratu Voira tersengal-sengal diiringi nafas pendek sambil dia terus menggerakkan pinggulnya sampai akhirnya dia menjerit keras ketika menyemburkan likuid spesialnya ke mulut Rean.     

"Ratu, apakah kau baik-baik saja?" Tiba-tiba muncul prajurit Nephylim pria menerobos masuk ke ruang mandi. "Hamba mendengar jeritan--ASTAGA, MAAFKAN HAMBA!" Prajurit itu lekas palingkan pandangan setelah paham apa penyebab Ratu Voira menjerit barusan.     

"Hihihi... kemarilah, tampan. Jangan malu-malu begitu..." Ratu Voira bukannya marah, malah memanggil prajurit muda itu untuk mendekat.      

Perintah Ratu Voira adalah absolut di Negeri Antediluvian. Maka tak heran jika pria muda itu pun pasrah mendekat.      

"Buka bajumu. Aku harus memberimu hukuman karena sudah menerobos seenaknya begini..." Nada binal Ratu Voira memerintah sang prajurit justru membuat pria muda itu gemetaran.     

"Hamba... Hamba mohon maaf, Ratu!" Pria itu justru tertunduk.     

"Kau ingin mati?!" bentak Ratu Voira tak sabar. Lekas saja ia kibaskan tangan dan baju pria itu pun berhamburan meninggalkan tubuh empunya. "Waahh... tubuhmu boleh juga. Pasti memuaskan."     

Prajurit tadi refleks menutupi batangnya menggunakan dua telapak tangan.      

Ratu Voira terheran. "Heee? Kau... masih perjaka?"     

Sang prajurit rendahan tak mampu menjawab.      

Ratu pun terbahak. "Kau pasti prajurit baru! Makanya kau belum berpengalaman di sini. Dan juga... per-ja-ka~ ahahaha! Sempurna!" gelaknya senang. "Kemarilah~ akan kuajarkan kau cara menjadi lelaki..."     

Beberapa menit berikutnya, pria itu sudah sibuk mengerang karena Ratu Voira intens mengulum penisnya begitu handal. "Ratu! Hrrghh... tidak-aarghh... hnnnhh..." Ia mendongak sembari pejamkan mata ketika Ratu Voira terus mengocok batang perjakanya menggunakan mulut yang terampil. Apalagi tangan Ratu pun turut andil membantu pula.      

Pria itu rebah di tepi kolam, dan Ratu Voira merunduk di kemaluan sang prajurit. Sedangkan Rean? Dia diperintahkan mengocok vagina Ratu Voira dari belakang.      

Tak butuh waktu lama bagi prajurit muda menembakkan cairannya karena dia masih sangat amatir dalam urusan seks.      

Ratu Voira tak mau berlama-lama menunggu prajurit muda nan tampan itu lunglai kembali. Dia segera menaiki tubuh atletis sang prajurit dan masukkan penis dalam-dalam ke liang vaginanya.     

"Aaarrghhh..." Pria amatir itu tak bisa meredam suaranya. Antara rasa sensasional dan kaget. Apalagi ini dengan Ratunya. RATUNYA!     

Ratu Voira menggoyangkan pinggul kuat-kuat dan cepat, bergerak binal menyebabkan pria muda itu terus mengerang. Mulut Ratu Voira pun menyumpal sehingga suara erangan si pria agak tertahan. Tangan Ratu Voira membimbing si pria agar meremas payudaranya.      

Pria muda itu... keperjakaannya direnggut ratunya sendiri.      

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.