Devil's Fruit (21+)

Harus Menerima



Harus Menerima

0Fruit 446: Harus Menerima     
0

"Perkenalkan, saya Giorge Schubertt, siap melayani anda sebagai sekretaris, Andrea-sama." Giorge membungkuk hormat ke Andrea.     

Andrea menatap ayahnya dan Giorge bergantian. "Jelasin, deh please. Ini maksudnya apa?!" Ia sampai menjerit saking kaget dan juga bingung. Kejutan di hari pertama ini terlalu melebihi ekspektasi Andrea.     

"Dia sekre—" King Zardakh hendak menyahut, namun kalimatnya sudah dipotong.     

"Iya, gue tau dia sekretaris gue, Beh! Yang gue pengen tau... kenapa dia jadi sekretaris gue?!" Andrea frustrasi. Apa-apaan ini? Kenapa hari pertama dia kerja di kantor ayahnya sudah dapat serangan jantung awal?     

"Ayah sudah menginterogasi dia habis-habisan sesudah pulang dari rumahmu. Ayah juga sudah menyelidiki dia selama dia menjadi atasanmu. Dan menurut Ayah, dia cocok menjadi pengawalmu secara tak langsung menggantikan Kenz." King Zardakh menjelaskan.     

"Tapi, kan—"     

"Ayah dapat info dari detektif Ayah kalau dia sering menyelamatkan kau di perusahaan keparat itu." King Zardakh melirik ke Giorge yang dibalas anggukan hormat dari tuan vampir.     

Andrea hembuskan nafas berat. Ia harus terima apa yang sudah diputuskan ayahnya karena ia sudah terlanjur menandatangani kontrak dengan King Zardakh untuk mematuhi perintah King Zardakh yang berkaitan dengan pekerjaan.     

Rasa-rasanya Andrea harus menyesali keputusan dia menandatangi apapun yang berhubungan dengan sang ayah yang bisa menjadi makhluk paling licik di seantero jagat raya.     

Nyonya Cambion memijit keningnya sambil topangkan siku ke meja. "Ya udah, elu sekarang sekretaris gue, pret! Babeh gue emang anjiir kalo ngasih keputusan." Andrea lirik Giorge yang tersenyum. Dia sudah tidak bisa berkutik lagi.     

"Heh, jaga ucapanmu, Nak. Tak boleh begitu di depan orang lain." King Zardakh mengingatkan. Andrea mendengus. "Oke, Ayah tinggal dulu kalian. Kalau ada yang mau ditanyakan, datang saja ke lantai 42. Ayah seharian di apartemen."     

Andrea kibaskan tangan tanpa mengucapkan satu kalimat pun pada King Zardakh, seolah mengusir ayahnya.     

"Selamat bekerja, kalian berdua. Buatlah sukses perusahaan kita, oke?!" Lalu King Zardakh menghilang dalam hitungan detik, tepat ketika Rioko masuk membawakan file-file untuk diperiksa Andrea.     

Ia melirik Giorge yang berjalan ke mejanya sendiri. Tak menyangka akan bertemu lagi pria vampir itu, bahkan kini kedudukan dibalik, Andrea yang jadi atasan Giorge.     

Apakah ini bisa disebut ironis? Atau hanya sekedar lucu saja?     

Andrea juga tak habis pikir, kenapa Giorge rela-relanya keluar dari pekerjaan lama dia yang sangat menjanjikan dan bagus di kantor lama Andrea? Oh iya, Andrea lupa, Giorge tergila-gila dengan Nyonya Cambion.     

Tapi... ditempatkan di kantor baru, bersama, satu ruangan pula, ini... sungguh-sungguh jauh dari bayangan Andrea!     

Apakah ini intrik Zardakh? Atau murni dari niat ayahnya yang memberikan orang terpercaya di sisi Andrea? Hanya Zardakh yang tau.     

Sekali lagi Andrea menghela nafas sebelum akhirnya ia memeriksa berkas yang ada di depan mata. Ia sudah tidak bisa lagi menyesali keputusannya dan hanya bisa menjalani apa yang ada sekarang, dan berusaha sebaik mungkin.     

.     

.     

Jam makan siang, Andrea sengaja mengundang Shelly, Kenzo, dan Jovano ke kantor. Ia memang meminta Jovano diajak serta karena ia sudah kangen pada sang anak.     

"Ada resto Bali di sini, beb!" Demikian promosi Andrea ke sahabatnya agar mau datang. Tentu saja Andrea sempat terbelalak tak percaya ketika diberitau mengenai itu. Dan dia pun sudi datang karena penasaran.     

Di gedung itu memang ada sebuah lantai yang berisi restoran Bali di salah satu sudutnya. Andrea sudah membayangkan masakan tanah air. Ia kangen cita rasa negeri sendiri. Ia sudah membayangkan berbagai hidangan Indonesia.     

Tanpa perlu menunggu lama, yang dinanti pun datang tak sampai setengah jam. Andrea sudah duduk nyaman menyanding Jovano, sedangkan Shelly bersebelahan dengan suaminya.     

Makan siang berlangsung menyenangkan bagi Andrea yang bisa bertemu anaknya, kecuali ketika Giorge tiba-tiba datang minta bergabung.     

Andrea mendesis sebal melihat pria vampir yang kini jadi bawahannya. "Ngapain sih buntutin gue mulu? Numbuh buntut beneran, gue bakal sorak hore, loh!" ketusnya pada Giorge yang disahut senyum oleh pria itu.     

Pria tersebut menarik sebuah kursi dan meletakkan di dekat Jovano. "Halo, jagoan."     

"Om." Jovano meringis lebar teringat siapa pria yang beberapa kali ikut berbelanja bersamanya.     

Shelly menatap heran mendapati Jovano ternyta sudah akrab dengan Giorge. Sedangkan Kenzo bersikap waspada mengamati semua gerak-gerik sang vampir. Bagaimana pun, dia adalah pengawal dari Andrea, dan dia belum bisa melupakan insiden tragis di Cordova yang melibatkan Giorge pula.     

"Ndre, dia satu kantor ama kamu atau gimana, sih?" bisik Shelly ke sohibnya, meski tetap saja bisa terdengar oleh Giorge.     

"Dia sekretaris aku," sahut Andrea acuh tak acuh sambil memainkan serbet makan di depannya. Pandangannya pun hanya ke arah serbet.     

"Hah?! Kok bisa?!" Shelly kaget, tidak menyangka kenapa Giorge yang merupakan pegawai di kantor lama Andrea, bisa menjadi sekretaris dari sang Nyonya Cambion? Apalagi dulu jabatan Giorge lebih tinggi dari Andrea.     

"Auk tuh babeh koplak!" jawab Andrea malas-malasan dan sesekali memainkan rambut anaknya.     

Shelly dan Kenzo terdiam. Keduanya jadi canggung sesudah kehadiran Giorge meski pria vampir itu berusaha bersikap ramah, membaur. Shelly belum bisa lupa perbuatan keji rekan Giorge pada bayinya.     

Siapa pun yang ada dalam peristiwa brutal itu takkan bisa mudah melupakannya. Siapa pun. Itu terlalu tragis dan menyesakkan hati jika diingat.     

Usai makan siang, ketiganya pamit kembali ke rumah. Andrea tak bisa mencegah meski ingin mereka bisa lebih lama main di kantornya. Namun Shelly beralasan agar Andrea bisa fokus mengerjakan pekerjaan kantor.     

Kembali ke ruangannya, Andrea lesu. Ia tak menggubris ajakan Giorge untuk minum kopi atau sekedar membalas omongan si vampir.     

Ia membiarkan saja sang sekretaris lelaki ber-ras vampir sibuk berceloteh mengenai berkas dan berbagai macam laporan kerja.     

Andrea cukup manggut-manggut saja tanpa benar-benar ingin mendengarkan dengan seksama.     

Karena suntuk, Andrea hanya memainkan jari-jarinya ke komputer. Pikirnya, ia sudah rampung memeriksa semua berkas.     

Jika semua laporan sudah dia periksa, maka komputer itu dia gunakan untuk browsing hal apapun yang sekiranya menarik bagi dia demi melewatkan waktu sengang.     

Tak terasa dua jam berlalu tanpa ada hal menarik dikerjakan Andrea.     

Telepon ruangannya berbunyi, suara dari resepsionis di sana mengabarkan ada sanak saudara Andrea akan datang berkunjung.     

Bertanya-tanya siapa gerangan, Andrea pun lekas membenahi bajunya yang sempat kusut karena dia hanya duduk dan seenaknya meliuk santai di kursi, mirip seperti anak sekolah di jam kosong dan tidak boleh keluar kelas.      

Akhirnya, teka-teki itu pun terjawab saat pintu terbuka dan sosok itu melangkah masuk. Sosok yang sangat dominan dan tegap, berjalan bagaikan mengguncang bumi dengan langkah tegasnya yang penuh akan kepercayaan diri mutlak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.