Devil's Fruit (21+)

Dressed For Your Success



Dressed For Your Success

0Fruit 448: Dressed For Your Success     
0

"Ternyata.... ternyata kau!" seru Kanzaki, si Bos mesum itu ke Andrea.     

Andrea tersenyum datar. "Iya, Tuan. Saya. Perkenalkan, saya Direktur Utama Zean Property dari Zen Group."     

"Di-direktur utama?!" Tanaka-san yang mendampingi Kanzaki sampai terkaget-kaget. Matanya melotot. Lalu ganti menatap Giorge. "Kau! Kau rupanya pindah ke Zean!"     

"Huh! Pengkhianat." Bos mesum  mencibir ke Giorge.     

Tapi Giorge tampak kalem tidak terpicu. "Iya, Tuan. Saya. Kebetulan Tuan Zado melihat potensi saya dan memberikan kesempatan pada saya untuk bekerja di perusahaan Beliau bersama anak Beliau."     

"Maksudmu?" Tanaka-san bingung.     

"Andrea adalah Putri dari Tuan Zado." Giorge melirik ke Andrea.     

"APA?!" Tanaka-san kaget luar biasa. Ia menoleh ke Bosnya. "Kanzaki-sama, apakah anda... sudah tau?"     

Dirut mesum hanya melengos saking murkanya. Wibawa dia seakan terbang menghilang, berganti dengan wajah kekanakan karena merasa dipecundangi.     

Tanaka-san yang pernah menjadi atasan Andrea di divisi pemasaran jadi serba bingung. Ingin memuji, tapi pasti bosnya akan marah.     

Tuan Tanaka pun tersenyum kecil ke Andrea. Bagaimana pun, ia pernah bangga memiliki pegawai hebat seperti Andrea yang sangat banyak membantu perusahaan mereka dulunya. "Kau sekarang berubah, Miss Andrea."     

Nyonya Dirut menoleh ke Tuan Tanaka, mantan bos divisi dulu. "Berubah bagaimana, Tuan?"     

"Kau terlihat lebih matang, berwibawa, dan penampilanmu luar biasa." Tanaka-san tak bisa menahan kekaguman dia.     

Andrea terkekeh singkat. "Tanaka-san bisa saja. Saya hanya berusaha yang terbaik untuk apa yang saya kerjakan secara profesional." Seraya matanya menoleh ke Dirut saingan yang merasa tersindir.     

Kanzaki mendecih kesal.     

Namun, itu harus terinterupsi dengan kehadiran klien penting yang sudah berdiri di dekat meja mereka.     

Dengan mudahnya Andrea memberikan ulasan mengenai profit dari Zean Property untuk klien. Ia terus mematahkan argumen dan celaan halus Dirut saingan.     

Tak bisa disangkal lagi, ia memenangkan babak penting ini. Klien itu pun menyerahkan wewenang ke Andrea untuk mengelola berbagai hunian bagi para tokoh penting istana dan perombakan beberapa istana budaya dan bangunan tradisional penting di Jepang.     

Sungguh keuntungan dengan meraup hasil yang fantastis tentunya.     

Kanzaki melampiaskan kekesalan pada pintu dalam mobilnya yang ia pukuli ketika pertemuan selesai. Tanaka mendesah dan membiarkan bosnya.     

Sementara, Andrea kembali ke kantor bersama Giorge. Ia terus saja tersenyum. Mungkin karena senang sudah membalas sakit hatinya pada Kanzaki tanpa perlu memakai kekerasan fisik.     

"Kau tampak gembira, Rea." Giorge menoleh ke Andrea di sampingnya. Mereka berdua duduk di belakang dengan sopir sibuk menyetir di depan sana.     

"Jelas, lah! Bisa nampol dia kayak gitu tentu aja bikin gue girang mampus!" Andrea santai berucap menggunakan bahasa Indonesia tanpa peduli sopirnya paham atau tidak. Yang penting pria di sebelahnya mengerti.     

"Kalau aku jadi kau, mungkin sudah kubuat dia kering tanpa darah." Giorge ikut senang.     

"Dih! Cemen, ah! Dikit-dikit main fisik. Gue mah elegan, yee! Pake kecerdasan gue buat ngehajar mereka tanpa bikin bonyok luar. Karena bonyok dalam itu lebih awet sakitnya." Andrea menyindir.     

Giorge terkekeh. "Rasanya aku harus banyak belajar dari kau, Rea."     

Andrea menoleh ke Giorge. "Heh kampret, sapa yang bolehin elu manggil gue kayak gitu, heh? Panggil gue Bu Dirut. Ngerti?"     

Giorge paham ia tak mungkin mendebat Andrea. Apalagi ada sopir kantor bersama mereka. "Baiklah, baiklah. Maaf, Bu Dirut. Hanya kebiasaan lama yang sangat susah diubah."     

Begitu tiba di kantor dan masuk ke ruangannya, Zardakh ternyata sudah di sana. Ia tertawa senang sembari terus memuji anaknya. "Hahaha, putriku memang hebat! Tak salah aku menjadikan dia direktur utama! Hahaha!"     

"Apaan, sih Beh? Norak." Andrea melengos menghindari tatapan ayahnya karena pipinya memanas. Ia suka dipuji begitu, tapi jangan harap akan mengaku.     

"Malam ini Ayah traktir kalian semua makan! Ayah sudah sewa restoran. Kita makan malam dengan semua pegawai!" Zardakh terbahak girang.     

Andrea senyum lebar. "Boleh ajak yang di rumah?"     

"Ajak siapapun yang mau mau! Ajak saja! Hahaha!"     

Andrea segera mengambil ponsel di tas dan menghubungi beberapa nomor.     

-0-0-0-0-0-     

Jam sudah hampir menunjukkan pukul 7. Andrea sudah siap ke acara jamuan kantornya. Ia memakai atasan putih gading lengan panjang ketat berpotongan feminin berkerah tegak.     

Celana jins model pensil di atas mata kaki membungkus kaki rampingnya yang dilengkapi high heel. Rambut ia gerai bebas, hanya dibuat ikal gelombang sedikit. Riasan pun tidak tebal. Hanya bedak tabur serta lipgloss warna bibir.     

"Jagoan Mama mana, nih?" seru Andrea di bawah tangga seraya melirik jam tangan. "Kita udah ditunggu, nih."     

"Iya, Mama! Jo datang!" seru bocah yang berlari kecil dari atas tangga. Ia selesai didandani oleh Kenzo.     

Andrea tersenyum. "Jagoan Mama emang ganteng, yah!" Ia menyambut Jovano yang lari menyongsong.     

Jovano senyum girang dalam dekapan ibunya.     

"Sini, kasi tau Daddy kamu dulu." Andrea menghubungi Dante melalui gelang Malachite-nya.     

"Daddy... Jo mo pergi, bareng Mama." si kecil melambai ke ayahnya yang tampak pada hologram.     

"Pergi ke mana, sayank?" Dante tampak senang melihat anaknya.     

"Ke acara makan-makan ama Babeh en para pegawai kantor. Gue juga ajak Shelly ma Kencrut." Andrea menyela. Ia jongkok agar menyamakan tinggi anaknya.     

"Kamu cantik banget, sayank..." puji Dante ke istrinya.     

"Tsk! Dah, ah! Gombal mukiyomu terusin ntar aja." Andrea pun matikan sambungan. Pipinya menghangat. "Shelly! Kenzo! Buruan!"     

"Oke, Ndre! I'm coming!" Shelly pun muncul dari atas tangga, berjalan ke bawah diikuti suaminya.     

Dandanan Shelly sangat girly. Berbaju bahan chiffon motif bunga warna krem muda di atas lutut, ia tampak manis. Terlihat imut namun sekaligus dewasa dengan tambahan high heel. "Yuk kita berangkat sekarang, Ndre."     

Sedangkan Kenzo tampil dengan semi jaket kulit dan kemeja putih di dalamnya. Memakai jins supaya terlihat kasual dalam acara santai ini.     

Andrea mendekati sang Panglima, lalu menarik keluar kemeja putih dan melonggarkan dasinya. "Eits! Jangan dibenerin! Biar gini aja!" serunya ketika Kenzo akan membetulkan kemeja dan dasi tersebut.     

"Shelly udah keliatan manis girly en imut unyu! Kalo lu kayak om-om kan gak matching! Udah! Pokoknya gini aja! Gak boleh protes ato gue ngambek!" tegas Andrea, membuat pengawal pribadinya tak berkutik.     

Sang istri terkikik geli.     

Kenzo menjejeri istrinya. "Serius pakai baju itu?"     

Shelly menoleh ke suaminya. "Kenapa?"     

Kenzo kerutkan kening. "Agak... kependekan."     

Andrea terkikik. "Bisa cemboker juga elu, Zo. Kirain pria kulkas. Hahah!"     

"Puteri meledek saya. Itu karena... karena..."     

"Hahaha! Udah, gak usah dijelasin. Lakik ternyata di mana aja sama. Pasangan sendiri gak boleh tampil seksi tapi demen liat yang seksi-seksi di luaran, hahah!" Andrea terpingkal.     

Kenzo usap tengkuknya. "Hamba... Hamba tidak pernah..."     

"Pfftt! Udah, ah! Yuk kita kemon!" ajak Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.