Devil's Fruit (21+)

Abusive (21+)



Abusive (21+)

0Fruit 451: Abusive (21+)     
0

"Kau yakin, Andrea?" Terdengar suara King Zardakh di ruang tengah apartemen kondominium dia.     

Andrea yang tengah menyambangi hunian ayahnya, mengangguk mantap. "Iya, lah! Yakin seribu persen! Udahlah, percaya aja ma gue, Beh!"     

King Zardakh kerutkan dahi, tampak memikirkan sesuatu. "Tapi, kau kan sudah ada pekerjaan di properti."     

"Properti bisnis utama. Kafe bisnis sambilan, Beh. Kayak Kak Myren itu, loh! Dia kan juga buka butik selain ngurus bisnis Babeh." Terpaksa Andrea membawa nama kakaknya agar lebih meyakinkan.      

Mau bagaimana lagi? Andrea kali ini sangat optimis dan bersemangat dalam memulai bisnis dia sendiri. Bisnis yang akan dia rintis sendiri tanpa ada gaung nama sang ayah.      

Jika bisnis tersebut sukses, maka akan ada kepuasan tersendiri. Itulah yang ingin didapatkan Andrea. Dia bukan tipe yang bahagia jika terus dibantu.     

King Zardakh menghela nafas. "Hengh~ kalau kakakmu itu aku bisa percaya..."     

Anak perempuan di depan King Zardakh langsung kernyitkan dahi. "Maksud Babeh? Gue lemah, gitu?!"     

Sekarang King Zardakh jadi terpojok akibat celetukan sendiri. "Aduh... bukan begitu, anakku sayank. Ayah hanya tak mau kau kecapekan. Kau kan sudah ada anak. Sedangkan Myren belum."     

Andrea kibaskan tangan kanan. "Halah, Babeh alesan doang! Bilang aja gue lemah, gue payah, gue selalu ketergantungan ma siapapun. Iya, kan?!"     

"Kamu yang bilang, loh."     

"Bukan gitu maksud gue, Beehh! Hghh!"     

Keduanya terdiam saling gencatan senjata. Tak lama muncul Myren. Seperti biasa, ia berpenampilan mengagumkan ala Audrey Hepburn, artis terkenal beberapa dekade lalu. Mungkin Myren sudah menemukan gaya paling ia suka.      

"Sepertinya lagi ribut? Tapi kok pada diam? Ayo, dong... saling adu omongan." Myren langsung duduk penuh keanggunan di sofa. "Atau bagus lagi kalau gunakan tangan sekalian. Itu sungguh menghibur tentunya."     

Ayahnya berpaling ke anak perempuan terkuatnya. "Kamu dari mana, cantikku?"     

"Gak usah ngerayu, bapak jelek. Aku dari butik. Ada klien penting tadi." Myren letakkan topinya ke meja. "Di sini tak ada pelayan, kah?" Meski jawaban ketus meletus dari mulut Myren, tetap saja dia menjabarkan apa yang ditanyakan sang ayah.     

King Zardakh terkekeh. "Aku takut bakal membanjiri kalian banyak adik baru kalau ada pelayan di sini."     

Andrea melotot. Myren putar bola mata, jengah.     

"Hei, bapak koplak, memangnya yang namanya pelayan harus selalu perempuan? Ambil Butler!" Myren tegas memberikan perintah. Eh, itu barusan perintah? Ah, sepertinya demikian.     

"Iya, sayankku Myren. Nanti Ayah cari Butler untuk di sini." King Zardakh  selalu mengalah jika pada Myren. Karena King Zardakh paling mengandalkan anak perempuan dengan ras Centaur itu.     

"Hgh, besok harus sudah ada." Setelah berucap begitu, Myren jentikkan jari. Muncullah dua gelas jus semangka di hadapannya. "Andrea, kau haus? Tentu haus karena berdebat dengan bapak gila seks ini, kan?"     

Andrea meringis. Ia pun mendekat ke kakaknya. "Hihi... Kak Myren paling tau." Ia meneguk jus yang ditawarkan tanpa sungkan-sungkan. Memang haus, ternyata.     

"Kalian ribut apa kali ini?" tanya Myren sembari tatap ayah dan adiknya bergantian.     

"Aku ingin bisnis sampingan tapi Babeh gak ngebolehin, Kak!" Andrea merasa punya amunisi untuk menekan ayahnya. Dan Zardakh tau itu. Ia hela nafas.     

"Lah, kenapa dilarang? Biarkan saja! Biar Andrea bisa berkembang dan mandiri." Sesuai perkiraan, Myren memberikan dukungan penuh pada adiknya.     

"Oke, oke, boleh." King Zardakh tak bakal menang melawan keduanya. "Tapi dengan satu syarat."     

"Apa?"     

"Properti selalu nomer satu, dan tak boleh mengeluh soal kendala bisnis kedua."     

"Itu bukan satu tapi dua, oi!" Andrea protes.     

Ayahnya terkikik geli. "Pokoknya begitu, sayank. Itu syarat dariku. Ayah tak keberatan berikan modal, asalkan kau benar-benar mengelola dan tidak mengeluh."      

"Gak, gak, gue ogah dibantu modal kali ini. Gue masih punya duit banyak di tabungan," tolak Andrea.      

"Tapi, Andrea..." King Zardakh membujuk. "Memulai suatu bisnis... merintisnya dari nol, itu membutuhkan biaya sangat banyak, meski itu hanya sebuah kafe sekalipun."     

Andrea terdiam sejenak, merenungkan ucapan ayahnya. "Ya udah, gue bakalan nerima bantuan modal kalo emang ternyata duit gue kagak nyukup." Ia pun menyerah. "Tapi gue maunya itu dianggap utang aja, yah! Bukan dikasi!"      

-0-0-0-0-0-     

"Dan, gue mo bisnis kafe." Malam itu Andrea menghubungi Dante, suaminya.     

"Kafe? Apa sudah dipikir masak-masak semuanya?" Dante menyahut.     

Andrea mengangguk. "Hu'um. Untuk perabotan, gue dah punya pandangan pasti kudu cari ke mana. Sekarang tinggal nyari tempat doang."     

"Kamu cuma sebagai pemilik atau merangkap juru masak atau bagian lain di sana?"     

"Gue cuma pemilik. Ntar yang masak Shelly, en pramusaji biar Kenzo. Gimana menurutmu?"     

"Lalu siapa yang menjaga Jovano?"     

Andrea terdiam. "Mungkin... gue akan cari babysitter."     

"Tidak kuatir?"     

"Gue bakal cari yang dari pagi ampe sore aja." Andrea langsung menemukan solusi soal Jovano.     

"Takkan merepotkan kamu, yank?"     

Andrea menggeleng. "Kayaknya enggak, kok. Toh di kantor properti kerjaan gue manyun doang. Cuma periksa file, tandatangan, rapat. Dah, gitu doang tiap hari. Palingan kalo urusan klien penting doang gue turun tangan."     

Dante mengangguk-angguk setuju. "Aku percayakan semua ke kamu, yank. Pokoknya kalian harus jaga diri, jaga kesehatan, dan jangan lengah hal apapun."     

"Hu'um."     

"Jovano dah tidur?"     

"Iya, barusan."     

"Yank... boleh minta?"     

Andrea hela nafas. Sudah bisa ditebak ending saban menghubungi suaminya pasti tak jauh dari kemesuman Dante. Tapi, Andrea sekarang lebih kooperatif mengenai permintaan khusus tersebut.     

Tak sampai setengah jam, suara lenguh erotis Andrea sudah mengalun lirih di depan layar hologram.     

"Iya, sayank. Aku suka kalo kamu mulai keenakan begitu. Terus, yank... pegang, elus-elus begitu seperti aku biasa elus kamu."     

"Daann... aanghh..." Andrea makin gencar gerakkan jari pada klitorisnya. Sedangkan Dante sibuk mengocok miliknya.     

Vid-call erotis itu berakhir sebelum tengah malam, nyaris dua jam.     

Setelah Andrea menyudahi kontaknya ke Dante, ia menyimpan gelang Malachite-nya di laci nakas, bersiap tidur.     

Namun, baru saja ia akan pejamkan mata, tiba-tiba saja muncul sosok bayangan hitam menyergapnya dan Andrea dibuat tak berkutik.     

Tak bisa bergerak, tak bisa menjerit minta tolong. Tapi, kali ini dia bisa melihat sepenuhnya sosok itu. Meski hanya bayangan saja.     

Andrea mendadak takut. Ia tau sosok itu ternyata bukan manusia. Apakah Iblis? Atau... Vampir?     

"Arngkh!" jeritnya tertahan ketika merasakan lehernya digigit. Dua tangan tak bisa bergerak karena ditahan dengan kekuatan besar makhluk tersebut.     

Andrea melelehkan air mata. Ia tak sudi disetubuhi selain suaminya. Bulir bening makin deras ketika penis makhluk itu menghujam kejam vagina Andrea lalu menghentak kuat hingga tubuh Andrea bergoyang keras.     

Ternyata yang selama ini hal-hal erotis yang dialami dirinya bukanlah mimpi. Itu benar terjadi.     

Apakah ia harus menanyakan ayahnya tentang identitas makhluk demikian? Tapi itu memalukan. Atau bertanya ke Soth? Tapi, dengan begitu, dia jadi ketahuan disetubuhi selain oleh Dante. Itu lebih memalukan.     

Akhirnya Andrea hanya bisa menangis keras-keras dalam hati karena suara tak bisa keluar. Ia memilih pejamkan mata kuat-kuat dan berharap lekas selesai.     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.