Devil's Fruit (21+)

Kepergok



Kepergok

0Fruit 456: Kepergok     
0

==========[[ Rape scene, bagi yang tidak nyaman dengan scene ini, bisa gulir sampai bertemu garis batas lainnya ]]===========     

"Erggh!" Andrea menjerit tertahan. 'Plis, jangan sekarang!' jerit batinnya. Ia tau ini pasti ulah makhluk itu.     

Si makhluk yang tak bisa mengetahui benak Andrea, hanya terus memaksakan nafsunya ke nyonya Cambion secara beringas.     

Semua piyama Andrea dilucuti tanpa Andrea bisa mencegah. Wanita itu merintih kesakitan saat putingnya dihisap kasar sembari vaginanya terus dipompa keras-keras.     

=======[[ Rape scene selesai ]]=================     

"Aarrghh!" Tiba-tiba terdengar jeritan lain di kamar itu. Ternyata Shelly. Ia syok melihat ada makhluk hitam sedang memperkosa sahabatnya. "Siapa kau?!" teriak Shelly histeris.     

Makhluk itu terpaksa berhenti dan lekas minggat dari sana, meninggalkan Andrea yang terkapar menyedihkan. Shelly lekas selimuti tubuh sang sahabat tepat sebelum Kenzo masuk.     

"Ada apa?! Puteri?!" Kenzo panik melihat Andrea sudah terbungkus selimut dan Shelly tampak syok memeluk Andrea.     

"Ada... ada yang... memperkosa..." Shelly menunjuk ke arah balkon kamar Andrea.     

Kenzo melesat ke balkon, namun tidak menemukan siapapun. "Tak ada siapa-siapa, Ma." Ia menoleh ke Shelly.     

"Tadi... tadi... item... gak ada wajah... po-pokoknya... item... hiks! Ken... hiks!" Shelly terus memeluk Andrea yang lunglai di dekapan Shelly.     

Malam itu terpaksa Andrea menceritakan semuanya pada Kenzo dan Shelly.     

Shelly meraung sedih. "Kenapa kamu baru ngomong sekarang, Ndre?" ratapnya dengan wajah basah karena air mata.     

Inilah yang dia tak mau. Andrea tak ingin melihat tangisan Shelly, makanya enggan bercerita. Tapi kalau sudah begini, mau bagaimana lagi? Malahan Shelly yang memergoki.     

Kacau.     

"Besok pagi akan aku tanyakan ke Paduka. Atau sekarang saja?" Kenzo bersiap pergi.     

Andrea menahan tangan Pengawalnya. "Jangan. Plis jangan kasi tau dia dulu malam ini. Kalo perlu... dia kagak perlu tau. Ntar lu bisa dikepret karena dianggap gak jagain gue. Gue ogah lu diapa-apain dia."     

Kenzo surut. Ucapan Andrea ada benarnya. King Zardakh bisa murka andai tau kelengahan Kenzo. Bisa-bisa nyawanya terancam jika King Zardakh sudah terlalu murka. Dan juga ada kemungkinan Shelly akan kena getahnya.     

Tuan pengawal teringat dulu King Zardakh sempat bertanya apakah Kenzo akan tetap bisa mengawasi anaknya meski menikahi Shelly. Kenzo mantap menjawab "bisa" tanpa ragu-ragu.     

Namun faktanya, Andrea berkali-kali terancam bahaya dan juga sempat mendapat pelecehan sebelumnya.     

Kenzo pun bersimpuh di depan anak junjungannya. "Puteri. Maaf. Maafkan Hamba yang tak becus menjaga Puteri selama ini. Maaf. Maaf. Hamba benar-benar payah. Maaf."     

"Udah, ah Zo. Gak usah gitu." Andrea lemah menyahut. "Ini bukan gegara elu. Ini gue lagi apes doang. Dah, dah, jangan nyalahin diri lu gitu. Gue malah sedih ntar."     

Kenzo tertunduk, menitikkan air mata sedih tiada kira. Ia sungguh merasa sebagai pengawal tiada guna. Ia pernah menyayangi Andrea sebelumnya. Andrea adalah prioritas utama dia. Namun, kini dia malah lalai.     

-o-o-o-o-     

Esoknya, Shelly memaksakan agar Andrea tidak berangkat kerja dulu. "Kamu harus istirahat, Ndre. Pokoknya jangan ngantor dulu hari ini, please. Aku ingin bareng kamu sehari ini. Yah?!"     

Andrea luluh. Ia mengangguk patuh. Toh tak ada urusan penting di kantor. Kalaupun ada yang harus ia tandatangani, bisa lewat e-mail atau Rioko membawakan langsung ke rumah.     

Shelly mengajak Andrea dan Jovano ke Mall. Kenzo ikut sebagai sopir dan pengawal.     

"Yuk!" Shelly sudah selesai berdandan kasual girly untuk acara having fun siang ini. Atasan yang perlihatkan bahu mulusnya berwarna nyaris senada dengan jins birunya ditambah high heels dan tas kecil bertali panjang. Rambut ia gerai.      

Andrea tersenyum. Dia juga sudah selesai berdandan dan juga mendandani anaknya. "Hayok, dah!"     

Hanya memakai atasan santai warna peach berbahan chiffon lengan pendek dipadu celana pendek kain warna putih. Rambutnya juga digerai seperti Shelly.      

Kenzo sudah siap di mobil. Pintu ia bukakan untuk Andrea yang menggendong Jovano. Juga untuk istrinya sendiri. Lalu mobil meluncur ke kawasan pusat pertokoan.      

Jovano tampak senang, sibuk tersenyum lebar tanpa mau digendong. "Aku kan sudah besar, Ma," dalih Jovano tiap Andrea ingin menggendong anaknya. Andrea pasti tersenyum lega, sang anak ternyata bisa cepat berpikir dewasa. Tapi, jangan dewasa yang 'itu', ya Ndre!       

Mereka langsung menuju ke area belanja. Selain ingin relaksasi untuk Andrea, Shelly juga harus belanja kebutuhan rumah. Untuk kafe, dia sudah punya pemasok bahan-bahan berkat koneksi bagus dari kakak Andrea, Myren.      

Jovano terkadang ingin mendorong troli, namun Andrea tak tega. "Tenang saja, Ma. Aku bisa, kok!" Si kecil pun berkeras menggerakkan troli yang mulai penuh ke depan, meski agak kepayahan. Kenzo berikan tenaga dorongan ke troli secara diam-diam. Rupanya Jo tau. Ia menoleh ke 'Paman Panglima'. "Jangan, dong Om. Aku bisa, kok!"     

Kenzo berlagak bingung. "Heh? Apa, yah?"      

Jovano putar bola matanya. "Please, Om. Sangat jelas, you know!"     

Shelly dan Andrea terbahak.      

Belanja pun dilanjutkan dengan Jovano mendorong troli sekuat tenaga tanpa mau dibantu, hingga menimbulkan perhatian orang yang ada di situ.     

Ada yang kasak-kusuk, ada yang senyum gemas. Semoga tidak dianggap eksploitasi anak.     

Selesai membayar belanja rumah tangga, Shelly mengajak Andrea berbelanja baju. Kenzo mengerang, ia paham itu takkan singkat, pasti lama!      

"Jo, ayo kita lihat-lihat ke tempat lain," ajak Kenzo ke Jovano. Si kecil melihat ke mamanya, kemudian mengangguk.      

"Hu-um, mereka bakalan lama, iya kan Om?" bisik Jo.     

"Hei, hei, jangan nyinyir, yah cowok-cowok ini!" Andrea berkacak pinggang, sementara Shelly terkikik.     

"Udah, Ndre, biarin aja mereka jalan ke tempat yang mereka suka, nanti bisa telepon kalau kita sudah kelar," bujuk Shelly. Andrea dan lainnya setuju. Mereka pun berpencar dalam dua kelompok sesuai gender.     

Di butik ternama, Shelly berkali-kali memekik jika menemukan baju yang menurutnya fantastis. "Liat, Ndre! Liat! Ini baru nangkring di majalah mode terbaru! Ternyata udah ada di sini!" Ia seketika mengambil baju tersebut dari gantungan khusus baju-baju branded.      

Andrea melirik malas. Bukan selera dia. Hanya sepotong gaun terusan selutut bermotif bunga berbahan beludru warna marun. Lehernya berbentuk draperi ala baju kelas atas wanita-wanita Eropa.      

Nyonya Cambion tidak tertarik. Ia lebih terpikat di rak kaos tak jauh dari tempatnya berdiri. "Lu beli buat lu sendiri, lah beb. Itu cocok banget di kulit putih mulus elu."     

"Beneran?"     

"Sumprit!" Andrea mengangguk. "Gue cari di sono dulu, yak!" Ia menunjuk ke rak baju kasual.     

Shelly hela napas. Selera Andrea masih saja tak berubah. Meski perawakan sudah feminim, namun jiwa masih tetap tomboi. Mungkin butuh waktu lama agar bisa menyusupkan feminisme ke jiwa sang sahabat.     

"Tak kusangka bertemu denganmu di sini, Cambion jelek."      

"Revka my kitty!" pekik Andrea sambil menghambur memeluk Revka yang malahan jengah.      

"Jangan panggil aku gitu! Dasar Cambion tak punya sopan santun!" galak Revka sambil lepaskan diri dari pelukan Andrea.      

Shelly mendekat, lalu mengangguk hormat ke Djanh yang melambai ke arahnya.     

"Kenapa tak boleh? Huhuhuu..." Andrea berakting sedih.      

"Karena hanya Djanh yang boleh manggil gitu, bodoh!" ketus Revka, meski wajah memerah semu.     

Andrea lekas menoleh ke Djanh yang berdiri tak jauh, "Cuwk, boleh kan aku ikutan manggil my kitty ke emak-emak satu ini?"     

"Kau juga emak-emak, tolol!" Gemas, Revka menoyor dahi Andrea. Djanh cuma bisa senyum mengambang tanpa bisa menjawab. Sungguh suasana dilematis.     

"Aku..." Djanh celingukan.      

"Iya, iya, sana cari spesiesmu!" Revka kulum bibir dengan sikap kesal tanpa menatap suaminya.      

"Spesies?" Andrea mulai bingung dengan bahasa kode dua orang itu.     

"Iya, spesies laki-laki! Kau ini memang tolol alami, yah?" jelas Revka masih ketus.     

Tapi Andrea sudah terbiasa, dan justru senang bila Revka sudah mulai mengomel. Apakah kau ini masokis, Andrea?     

"Owhh... ahahah! Kenzo ma Jo palingan ada di bagian otomotif. Mereka sama-sama demen nongkrong di tempat begituan." Andrea berasumsi. Karena memang faktanya demikian.     

Biasanya dua lelaki beda umur itu akan betah di stand otomotif. Atau senjata mainan seperti air-soft gun.      

"Serius? Baiklah!" Wajah Djanh berseri. Tak butuh semenit untuk sang Pangeran melenggang pergi secepat kilat.     

Revka mendengus. "Dasar! Bilang aja mau tebar pesona ke perempuan penjaga stand!"     

"Heh?" Andrea dan Shelly nyaris berbarengan.     

"Emangnya kalian tidak tau kalau perempuan di sana, di stand otomotif itu berpakaian setengah telanjang!"     

"NOOOO!" Andrea dan Shelly kali ini kompak melolong. Keduanya tak ingin mata suci prianya masing-masing ternodai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.