Devil's Fruit (21+)

Pembukaan Kafe Tropiza



Pembukaan Kafe Tropiza

0Fruit 457: Pembukaan Kafe Tropiza     
0

Pembukaan kafe Tropiza bisa dibilang sukses dan ramai. Rekan bisnis King Zardakh dan juga relasi bisnis Myren turut mensukseskan acara tersebut.     

Apalagi Pangeran Djanh dan beberapa kerabatnya juga datang. Mereka termasuk salah satu tamu undangan yang banyak disorot. Itu karena sebagian tamu adalah para Iblis kelas atas kenalan King Zardakh.     

Apa kau pikir Iblis tidak menyukai tinggal di bumi manusia? Sangat suka! Entah karena benar-benar suka atau hanya karena tak mau kalah dengan manusia. Bagaimanapun juga, nenek moyang Iblis sangat membenci manusia karena statusnya dikalahkan oleh manusia.      

Para tamu jadi makin tau bahwa hubungan keluarga King Zardakh dengan keluarga Pangeran Djanh memang dekat. Apalagi Andrea membantu kerabat Pangeran Djanh mencari hunian yang tepat. Itulah kenapa mereka antusias sewaktu tau Andrea mempunyai kafe.     

Revka menggandeng Zevo, putra sulung mereka yang seumuran dengan Jovano, sedangkan suaminya menggendong batita perempuan berusia sekitar dua tahun.      

"Aelah, my kitty beneran jadi kelinci," ledek Andrea sewaktu melihat anak kedua Revka.     

Nyonya Djanh mendesis sebal. "Apaan sih? Sirik, yah?"      

"Enggak, kitty darling..." Andrea masih saja suka memakai panggilan kesayangan Djanh untuk istrinya. "Cuma kaget aja, lu tau-tau udah beranak lagi."     

"Lah, emangnya aku harus laporan ama kau, gitu? Siapa kau, heh?" balas Revka sambil benarkan dasi kupu-kupu anaknya. Lalu mengambil putrinya dari gendongan Pangeran Djanh.     

Tak menghiraukan balasan pedas Revka, Andrea mendekat ke batita lucu berambut blonde, sama seperti kakaknya. "Aiihh... unyu bingit! Siapa nih namanya? Semoga bukan Revka Junior, yah? Gak kreatif kalo gitu." Dia sambil pasang muka lucu di depan si bocah cantik.      

"Namanya Shona," jawab Pangeran Djanh sebelum sang istri menyahut. Ia sudah menggendong Zevo. "Aku dan my kitty sempat adu pendapat untuk nama putri kami."      

Revka menepuk keras lengan suaminya. "Adu pendapat apaan? Jelas-jelas aku ajukan nama dan kau langsung setuju!"     

"Ah, iya, yah! Hehe. Maaf, kitty sayank." Pangeran Djanh nyengir.     

Andrea terkikik. Sangat terang benderang kalau Pangeran Djanh pantas masuk ke klub SSTI (Suami-Suami Takut Istri). Mungkin karma untuk tuan playboy.     

Setelah itu, anak-anak balita dikumpulkan ke sudut ruangan yang memiliki desain full color dari segi interior dan furnitur sebelum acara makan dimulai. Bahkan ada anak Myren yang berusia setahun.      

"Kak, Vava udah sembuh demamnya?" tanya Andrea ke Myren.     

Putri Zardakh dari ras Centaur mendelik ke adiknya. "Minta ditabok, yah? Dibilang jangan panggil Vava. Jelek." protes Myren. "Panggil dia Varga!"      

"Emoh!" eyel Andrea. "Vava kan panggilan kesayangan dari gue. Pokoknya Vava!"     

Myren putar bola mata. Percuma berdebat dengan adiknya yang ini. Sudah tersohor keras kepala. "Demamnya sembuh begitu kuberitahu ada acara pembukaan kafemu."     

Andrea mendelik girang. "Uwaa! Vavaku emang wow!" Ia menoleh ke batita berambut karamel digendongan ayahnya di ruangan khusus anak-anak tak jauh dari tempat dia berdiri. "Don wori, Kak! Nanti aku kasi diskon sepuluh persen saban Vava datang ke kafe."     

"Enak aja sepuluh! Tujuh puluh, dong!" debat Myren.     

Andrea pasang wajah goosebumps. "Trus gue langsung bangkrut, yee..."     

"Bodo amat." Myren mengelus perutnya.     

Gerakan itu tertangkap mata Andrea. "Heh! Jangan bilang, deh!" Pandangannya menyelidik ke perut sang kakak.     

"Apaan?!" Myren bingung. Ia lekas alihkan tangan ke rambut ala artis jaman baheula-nya.     

Sang adik menunjuk ke perut. "Melendung lagi, Kak?" curiga Andrea.     

Myren mendadak salah tingkah. Andrea mengerang. "Kenapa, sih?" protes Myren.     

"Abisnya... kalian pada enak-enakan jadi kelinci. Lah gue... gue masih nelangsa nungguin lakik gue." Wajah dibuat sememelas mungkin oleh Andrea.     

Kakaknya justru terbahak. "Ya udah, nanti kau puas-puaskan jadi kelinci kalau Dante sudah bebas. Jangan demen sirik!" Ia menoyor gemas dahi adiknya.     

Nyonya Cambion nyengir.     

Myren menunjuk ke pintu menggunakan dagu. "Tuh bucin kamu."     

Tampak Giorge datang berdandan parlente. Setelan jas memang tampak pantas di tubuh atletisnya.      

"Haih, Kakak apaan sih, bucin apaan?" elak Andrea.     

"Pfftt! Dikira aku tidak tau, heh?" Myren mengerling.     

Giorge mendekat ke Andrea. "Sori, Rea. Tadi terhalang macet karena ini golden week."     

Myren lekas dekatkan mulut ke telinga adiknya untuk membisik, "Bahkan dia punya panggilan sayang ke kamu, tuh!"     

Andrea bergidik. "Dih, Kakak. Gosip, deh!"     

Giorge senyum simpul. Tentu dia mendengar bisikan Myren. Telinga vampirnya tidak mengecewakan.     

Acara berlangsung meriah dan lancar. Shelly dan tim dapurnya bekerja sangat solid. Semua hidangan berhasil tersaji begitu baik dan memuaskan dari segi rasa, juga penampilan.     

Andrea duduk satu meja dengan Myren, Ronh, Pangeran Djanh, dan Revka, beserta anak masing-masing.     

Kenzo sibuk membantu istrinya di dapur.     

Andrea sengaja menyuruh Giorge ke meja lain dengan alasan ingin satu meja dengan kerabat terdekat saja.     

Myren menyuapi anaknya. Sedangkan anak-anak Pangeran Djanh dibiarkan orangtuanya makan sendiri. Jovano juga sudah asik dengan makanan di depannya.      

"Ini enak. Apa namanya tadi?" tanya Myren tentang makanan yang sedang dia suapkan ke Vargana, nama lengkap Vava.     

Andrea menoleh. "Oh, itu Bloody Muddy Cream Cheese. Enak, kan? Resep temuan gue, tuh Kak. Cream cheese pake contong gelas untuk es krim yang bisa dimakan, terus ada serbuk oreo untuk bahan lapisannya. Nah, tepinya yang kayak darah meleleh ke bawah contong itu dari saus kental stroberi. Keren, kan?"     

Revka mendecih. "Biasa aja. Gak spesial."     

"Hilih, kiti wini biti... Itu keren, tauk! Noh bubuk oreo di lapisan teratasnya kan kayak lumpur, tuh. Trus ada saus ala darah-darah gitu." Andrea tak terima resep temuannya diejek.     

"Anakku suka, kok. Nih dia lahap." Myren seperti membela adiknya. Lalu dia tersenyum sayang ke putrinya.     

"Nah mpok kitty, yang dimakan ma Zevzev itu namanya Pai Membara. Pai stroberi biasa ukuran mini yang atasnya dibakar biar bisa terkaramel dengan ciamik plus nambah cita rasa." Andrea menunjuk ke hidangan yang disantap Zevo.     

"Jangan seenaknya ganti-ganti nama anak orang!" Revka merengut kesal anaknya dipanggil Zevzev.     

"Zevzev, enak gak pai-nya?" Tak perduli protes Revka, Andrea bertanya ke Zevo.     

Sayangnya Zevo malah mengangguk tanpa indahkan kode ibunya untuk diam. Andrea menyeringai puas.     

"Nah, yang dimakan Shosho, namanya My Lovely Teddy. Itu short-cake biasa yang atasnya dikasi coklat praline bentuk teddy bear warna-warni. Lucu, iya kan, Sho?" Andrea ganti menanya ke putri Revka.     

Shona cuma balas menatap Andrea tanpa menjawab, namun mulutnya terus mengunyah kuenya usai memakan coklat praline hingga tak heran sekitar mulut bocah itu belepotan krim dan coklat.     

"Ah, Shosho ternyata pemalu. Saking enaknya ampe dia gak bisa berkata-kata. Thanks, Shosho." Andrea mengedip lucu ke Shona yang masih menatap bingung.     

"Anakku bukan pemalu, tapi dia heran kenapa ada makhluk jelek kayak kau, Andrea!" ledek Revka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.