Devil's Fruit (21+)

Obrolan Emak-Emak Tak Berdaster



Obrolan Emak-Emak Tak Berdaster

0Fruit 460: Obrolan Emak-Emak Tak Berdaster     
0

Tiba di Kafe Tropiza, sudah ada beberapa pengunjung. Kebanyakan mereka adalah anak muda.     

Andrea memilih duduk di dekat meja kasir. Ada Shelly di sana. Segera, Shelly alihkan tugas kasir ke pegawai lain, sedangkan dia ikut duduk di meja Andrea.     

"Sudah dibeli semua keperluan Jovano besok?" tanyanya sambil elus kepala Jovano.     

"Udah, beb. Tuh borongannya ada di bagasi mobil. Besok dah siap tempur, dah!" Andrea meneguk es kuwut pesanannya.     

"Mau kubuatkan lunch? Nasgor? Atau martabak telur?" tawar Shelly. "Jo mau makan apa, nih?"     

"Apapun mau kok, Te. Asalkan bisa dimakan dan mengenyangkan," jawab Jo disertai muka polos lucunya.     

"Oke, Tante buatkan nasgor keju kesukaan kamu yah, Jo. Tunggu bentar. Ndrea nasgor seafood, yah?" Shelly mulai berdiri, bersiap ke dapur.     

"Boleh, beb. Tapi kalo bisa jangan kamu yang masak. Suruh chef aja, yah!" pesan Andrea, teringat sahabatnya sedang hamil muda.     

Shelly mendesah, "Ndre, kalo cuma masak dua nasgor itu nggak akan bikin aku capek."     

"Sstt... no excuse, no argue." Andrea acungkan telunjuk ke atas secara tegas memberi kode ia ingin dipatuhi.     

"Hghh... oke, aku kasi tau dulu chef-nya." Shelly pun patuh. Dia masuk ke area dapur.     

Tak lama, datang Revka bersama anak perempuannya.      

"Shosho!" seru Andrea ketika melihat ibu-anak itu memasuki kafe. Ia melambai girang ke arah dua perempuan beda usia tersebut.     

Revka mendelik kesal. Setelah dekat dengan meja Andrea, ia langsung menyemprot, "Berapa kali aku mesti monyong untuk kasi tau kalo nama anakku ini Shona. Sho-na!"      

"Shosho... hehe." Andrea tak gentar pada hardikan Revka.     

"Auk, ah! Bisa cepet keriput aku kalo ngurusin kau, jelek!" Revka meski kesal, toh tetap duduk satu meja dengan Andrea. "Sini, darling... pilih mana yang kau mau." Ia ambil buku menu dan sodorkan ke sang putri.     

"Cupcake Surprise aja, Shosho. Enak, loh!" Andrea mempromosikan dagangannya.     

Revka menoleh ke Andrea. "Cupcake Surprise? Maksudnya apa?" Mata menyipit, karena nama-nama menu di Kafe Tropiza memang aneh dan unik.     

"Tenang aja, Mpok kitty. Kagak beracun. Itu cupcake biasa yang isiannya tergantung mood yang bikin." Andrea aduk-aduk es kuwut yang hampir habis.     

"Heh? Tergantung mood?" Revka makin kaget.     

"Hilih, gak usah lebay reaksinya, Mpok. Isiannya bisa buah kering, atau saus buah, atau coklat pasta, atau pasta rootbeer. Pokoknya suka-suka yang bikin gitu, deh!" jelas Andrea, santai.     

"Eh, jangan rootbeer lah! Anakku belum bisa yang begituan, begok!" Revka bereaksi keras.     

"Ini rootbeer nol alkohol, Mpok! Kagak bahaya untuk anak kecil. Asalkan dia udah setahun lebih, aman makan menu kafe gue! Lu parnoan banget, sih?" jelas Andrea.     

Revka mendecih sambil silangkan dua tangan di depan dada. "Ya udah, terserah anakku aja mo makan apa. Gih, darling... pilih apa yang kamu mau. Kalau tak enak, nanti Mami ratakan ini kafe." Ia tersenyum lembut ke putrinya.     

"Duilee, Mpok kitty sereemm! Tatuuttt!" Andrea terkikik geli.     

Tak lama nasi goreng untuk Andrea dan Jovano datang diantarkan Kenzo dan Shelly yang membuntut.     

Melihat nasi goreng itu, Revka langsung bersuara. "Lah, ada menu berat di sini, nih?"     

"Sori, ini khusus untuk owner, yak!" Andrea senyum-senyum meledek Revka sembari seret piring nasi goreng dia mendekat ke arahnya.     

"Gak bisa! Aku juga mau yang begitu!" Revka tak terima. "Shel, buatkan satu lagi untukku, kayak yang dimakan Andrea!"     

Shelly cuma bisa nahan geli. Dua wanita itu seperti anjing dan kucing, bahkan Revka terkesan kejam bila berkomentar ke Andrea, tapi justru Revka yang terus ingin dekat dengan Andrea, juga meniru Andrea.     

Shelly dan Kenzo kembali ke dapur.     

"Mana lakik lu, Mpok? Tumben kagak lu jinjing?" Andrea sambil mengaduk nasi gorengnya yang masih kepulkan asap. Kemudian dia beralih ke Jovano dan bantu si anak untuk mengaduk nasi gorengnya agar lekas dingin.     

"Setan, kau kira suamiku tas koper, dijinjing?" protes Revka.     

Andrea terkikik.     

"Mom, aku bisa sendiri. Please, jangan anggap aku anak kecil melulu." Sekarang Andrea mendapat protes dari anak dia.     

Revka mendengus senang. "Tuh, anakmu aja ogah ama perlakuanmu. Makanya jadi emak-emak itu yang gaul, jangan serba kekang anak. Biarkan mereka mencoba sendiri, biar mandiri."     

Andrea kedip-kedipkan mata ke Revka seraya pasang senyum palsu. "Ini kan karena gue sayang banget ke anak gue, Mpok. Cuma bantu ngaduk doang, kok. Kagak ampe gue suapin. Tenang aja."     

"Rasa sayangmu itu bisa menjerumuskan anakmu nantinya, bodoh." Nyonya Nephilim membalas.     

"Huaahh! Es gue habis!" Andrea sengaja berdiri. "Cari yang enak-enak, aahh... Mbak, tolong bikinin es teler, dong! Satunya lagi Milkshake Tralala." pinta Andrea ke salah satu pelayan yang melewatinya. Karena semua pegawai Tropiza orang Indonesia, maka tak ada kendala bahasa bagi Andrea.     

"Suamiku lagi jemput Zevo." Revka akhirnya berikan jawaban setelah Andrea kembali duduk.     

Sambil menyuapkan nasi, Andrea menanya, "Jemput? Emang dari mana Zevzev?"     

"Sekolah."     

"Wah! Anak sulung lu udah sekolah?"     

"Kenapa? Sirik? Jovano belum?"     

Andrea meringis. "Dia mulai besok sekolah, kok. Iya, kan Jo my boy?" Ia menoleh ke Jovano yang sedang mengunyah nasi goreng kejunya.     

Usai menelan, Jovano menyahut, "Akhirnya Mommy bolehkan aku sekolah."     

"Yaelah, Cambion idiot!" seru Revka tertahan. "Kau baru sekarang masukkan Jovano ke sekolahan? Parah!"     

Andrea hentikan makannya. "Heh? Kenapa? Usia empat tahun kan gak wajib sekolah!"     

"Mo sampai kapan kau umpetin anakmu, heh?" Revka mendelik tegas ke Andrea.     

Nyonya Cambion sadar, dia terkadang masih susah melepaskan Jovano ke ruang publik dikarenakan sang anak sering diburu dahulunya untuk dimusnahkan. Andrea hanya ingin melindungi Jovano.     

"Anak lu sekolah di mana? Kspace juga gak, kayak Jo?" Andrea segera alihkan pembicaraan sebelumnya.     

Revka senderkan punggung ke kursi bentuk macaron. "Eton Internasional Preschool and Kindergarten."     

"Pasti sekolah elit, tuh Mpok!"     

"Pasti, dong! Untuk anakku harus yang terbaik." Revka senyum bangga. "Di Kspace bayar berapa?"     

"Hampir tujuh juta yen," jawab Andrea cepat sambil suapkan nasinya.     

Revka tercekat. Nyaris sama dengan di Eton. Dia pikir sekolah yang dia pilih sudah paling wah, ternyata masih ada langit di atas langit. "Tau, gak, sekolah preschool di daerah Ginza ada yang seragamnya buatan Armani!"     

"Heh? Buset, dah! Ngapain anak kecil dipakein branded gitu?"     

"Yah karena kata kepala sekolahnya biar sesuai dengan aura daerahnya, Ginza."     

"Lu kagak masukin anak lu ke sono, Mpok?"     

"Jauh. Kasian anakku kalau perjalanan lebih dari lima belas menit dari rumah. Bisa ketiduran di mobil kalo terlalu lama di jalan."     

"Ah, iya bener juga lu, Mpok. Tumben otak lu sehat, Mpok!"     

"Eh! Justru otakmu yang gak pernah sehat, goblok!"     

"Hahaha! Oh iya, lu tinggal di mana? Hiroo apa Kichijijo?"     

"Kichijijo. Kan kau yang pilih area itu dulu untukku? Pikun!"     

"Ahahaha! Sori, Mpok! Hiroo itu yang sodara elu, kan? Yah, maklum... bisnis gue bejibun. Wajar kalo kagak inget satu persatu klien gue pernah gue buatin rumah di mana."     

Siang itu suasana terasa santai dan akrab antara Andrea dan Revka yang sibuk bicarakan mengenai sekolah anak-anak mereka.     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.