Devil's Fruit (21+)

Hari Pertama Sekolah



Hari Pertama Sekolah

0Fruit 462: Hari Pertama Sekolah     
0

"Mommy! Cepat! Kau ini selalu bersantai-santai!" Jovano sudah mencangklong tas baru dan memakai seragam sekolah. Memang seragamnya bukan jenis jas atau kemeja, tapi kaos polo.     

Tiap tingkatan berbeda warna. Untuk tingkatan Jovano, ia harus memakai warna biru.     

"Sebentar, tunggu Mama, oi!" Andrea menyambar tasnya secara tergesa-gesa, kemudian lekas menyusul sang putra.      

"Ampun, deh Jo! Santai dikit, napa? Duuhh..." Andrea bergegas menyusul anaknya yang sudah berdiri di samping mobil.     

"Ini hari pertamaku, ya ampun Mom! Jangan membuatku malu dengan keterlambatan, please!" sanggah si bocah.     

Andrea putar bola mata. Tak lama mereka berdua sudah ada di dalam mobil. Hanya butuh sepuluh menit dari Azabudai ke Kspace di Shirokanedai.     

Sesampai di Kspace, jam di tangan Andrea menunjukkan 7:12 am. Meski masuk sekolah jam 8:50 am, tapi karena Jovano diikutkan Breakfast Club, maka harus sudah hadir sebelum 7:30 am.     

Memasuki ruangan Breakfast Club, sudah banyak anak dari usia setahun lebih hingga enam tahun duduk di kursi masing-masing, menunggu dimulai.     

Andrea anggukkan kepala ke salah satu guru di sana, bicara sebentar mengenai Jovano sebagai murid baru, lalu antar Jovano ke sebuah kursi yang kosong.     

Sebelum acara dimulai, guru tersebut mengumumkan pada anak-anak yang hadir, bahwa Jovano adalah siswa baru dan akan ikut bergabung di Breakfast Club. Semua melambai ke Jovano secara bergiliran. Bocah lucu itu tampak sumringah membalas lambaian teman-teman barunya.     

Sesudah itu, acara dimulai. Jovano suka cita mengeluarkan kotak bekal yang dia bawa dari rumah. Di Breakfast Club, siswa boleh bawa bekal makanan sendiri, atau membeli di kantin sekolah.     

Inti kegiatan adalah makan pagi bersama-sama, karena biasanya anak-anak lebih bersemangat jika sarapan dengan teman sebaya plus suasana yang mendukung.     

Andrea berdiri di sudut ruangan bersama ibu-ibu pengantar lainnya. Ia terus tersenyum simpul menyaksikan anaknya sangat antusias memakan bekal yang tadi pagi disiapkan Shelly. Jangan suruh Andrea memasak. Bisa ada tongue shock nanti.     

Ketika tadi Andrea menawarkan pada Jovano untuk memasakkan bekal pun, Jovano menggeleng. "No, thanks Mom. Aku masih sayang indera pengecapku."     

Ingin menjitak, tapi Andrea takut dilaporkan ke KPA Jepang. Eh, ada tidak yah?     

Sedangkan di dekat Andrea, kasak-kusuk para ibu-ibu berdengung sambil mengamati Andrea. Nyonya Cambion ini memang nyentrik, mengantar anak sekolah memakai kaos dan hotpants plus sandal jepit saja. Apalagi topi bertengger di kepala. Benar-benar seperti bukan emak-emak.      

Andrea yang merasa dibicarakan, menoleh ke mereka sambil ulas senyum. "Hello. Saya Andrea, ibu dari Jovano, itu yang di sana, rambut kecoklatan, kotak bekal warna kuning cerah." Ia ulurkan tangan ke para ibu-ibu di dekatnya.     

"Eh, benarkah Anda ibunya?" tanya salah satu dari mereka.     

Andrea mengangguk.     

"Tapi... Anda kelihatan... sangat muda!"     

"Iya, Anda seperti masih... anak sekolahan. Ah, maaf, bukan bermaksud apa-apa! Maaf!"     

Andrea tertawa kecil. "Saya sudah biasa dikira begitu, tak apa. Hehe... mungkin karena penampilan saya yang lebih suka kasual."     

Para ibu mengangguk-angguk mendengar penjelasan Andrea. Tak lama, mereka diharuskan keluar ruangan oleh guru supaya tidak mengganggu anak-anak dan sekaligus mengusir halus agar mereka pulang.     

Andrea membungkuk hormat ke para Ibu ketika mereka di luar pagar sekolah, lalu ia masuk ke mobil. Hari ini dia ingin masuk kantor agak siang.     

Di town house, Shelly dan Kenzo sudah tidak ada karena keduanya telah berangkat ke kafe. Andrea naik ke kamarnya dan bersiap menyusul ke kafe. Ia mengganti baju lebih formal karena nantinya sekalian berangkat ke kantor.      

Usai mematut ke cermin besar, ia pun melenggang keluar rumah, tak lupa mengunci semua pintu dan jendela. Rumah pasti akan kosong sampai nanti malam.     

Andrea berdandan seadanya. Tak ada Shelly yang membantu menata rambut atau memoleskan riasan. Mungkin mulai sekarang dia harus belajar berdandan, tidak melulu bergantung pada bantuan sang sahabat.     

Di kafe, dia duduk santai di dekat meja kasir bersama Shelly. "Zo, inget yah, bini lu kagak boleh capek, kagak boleh ke dapur untuk masak, pokoknya jagain kasir aja. Ngerti, Zo?"     

Kenzo mengangguk patuh. "Baik, Puteri. Hamba mengerti."     

"Ndrea, isshh... aku kan gak selemah itu." Shelly merengek protes.     

"Sshhh... jangan rewel. Pokoknya kalo sayang gue, nurut!" tegas Andrea, membuat Shelly bungkam meski manyun. Kenzo menenangkan istrinya.     

Mereka berbincang hal-hal ringan hingga datang Revka dan putrinya ke Tropiza.     

"Helow, Shosho sayank!" seru Andrea menyambut datangnya dua perempuan beda usia itu. "Manis banget bajunya." Ia membungkuk sedikit mengamati baju Shona.      

"Wohiya, dong!" sahut Revka. "Anakku! Ini aku datang cuma karena Shona kepingin sarapan di sini, loh yah!" ujarnya, tak mau Andrea GR. "Nanti dia ada balet di sekolah."     

"Balet! Waw, kecil-kecil udah belajar balet. Shosho hebat, yah!" puji Andrea sambil dudukkan Shona ke kursi sebelah dia, enggan menanggapi kalimat tsundere Revka. "Mo sarapan apa, Sho? Ayo, pesan aja mana yang Shosho suka, yah!" Andrea bukakan buku menu aneka warna ke hadapan si bocah pirang imut.     

Setelah Shosho mulai sarapan, Andrea melirik jam tangannya. "Gue musti ke kantor, nih! Cabut dulu, yak! Don't miss me!"     

Revka yang sedang mengelap pipi Shona hanya mendecih pura-pura tak acuh pada Andrea yang pamit.     

Shelly melambai ke Andrea yang mulai melangkah keluar.     

"Inget, beb! No sweat! No work hard!" teriak Andrea sebelum mencapai pintu.     

"Iya! Iya! Haiihh!" Shelly mengerucutkan bibir.     

Karena Tropiza satu gedung dengan kantornya, Andrea hanya perlu naik ke lift saja. Hari ini tak ada jadwal penting apapun. Tapi Andrea tetap harus hadir di kantor karena dia sudah berjanji ke ayahnya untuk tetap prioritaskan kantor di atas Tropiza.     

Jam makan siang, Giorge mengajak santap siang di restoran luar, namun Andrea menolak. Ia beralasan sudah punya janji dengan kakaknya.     

Memandang kecewa, Giorge berusaha berikan senyum saat Andrea keluar ruangan untuk menemui sang kakak.      

"Tumben sekali kau mengajak makan siang?" heran Myren ketika mereka sudah bertemu di depan butik sang kakak di kawasan Omotesando.     

Andrea langsung menggamit lengan Myren. "Supaya kita tambah mesra, Sis."     

Myren makin curiga. "Halah, pasti ada sesuatu."     

Adiknya hanya tergelak lalu nyanyikan lagu Sesuatu milik salah satu penyanyi Indonesia.     

Jam dua siang, Myren menyudahi acara makan dia dan sang adik. "Mau jemput Vaga."     

"Ikut, dong! Daripada manyun di kantor."     

"Heh? Memangnya kau tak ada kerjaan?"     

Andrea mengangguk. "Ikut, yah, yah! Ntar abis itu kita ke kafe. Gue kasi diskon lima persen, deh!" rayunya.     

"Dasar Paman Gober! Diskon lima belas persen atau gak usah ikut!" tegas Myren.     

Andrea mengerang. Tapi, pada akhirnya dia mengalah. Daripada di kantor bertemu Giorge, lebih baik menghindar saja. Baginya, Giorge tidak baik untuk kesehatan jantung.     

Dengan mobil masing-masing, Andrea dan Myren menjemput Vargana di Gregg International School. Lalu mereka beruntun ke Tropiza.     

"Anakmu tidak dijemput?" tanya Myren setelah mereka duduk di kafe.     

Andrea menggeleng usai menyesap jus sayurnya. "Jam sekolah Jo emang kelar jam dua ini, sih. Tapi Jo minta ikut after school class. Ntar bubar sekitar jam lima. Dia ambil class menggambar ama musik."     

"Anakmu lagi semangat-semangatnya sekolah, yah!" Myren mengaduk milkshake dia sesudah memotong-motong pancake untuk putrinya.     

"Ho'oh. Lagi antusias. Yah karena kelamaan gue simpen, sih!" Andrea terkekeh.     

"Kamu harus mulai bebaskan dia beraktifitas di luar rumah. Pelan-pelan aja," nasehat sang kakak. "Dia itu anak laki. Harus kuat dan lekas mandiri, jangan terlalu dimanja dan dilindungi. Awasi aja tapi jangan kau kekang."     

Nyonya Cambion mengangguk. Tak ada yang keliru dari ucapan kakaknya.     

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.