Devil's Fruit (21+)

Jiwa Hitam Dante



Jiwa Hitam Dante

0Fruit 468: Jiwa Hitam Dante     
0

Di ruang tengah, sudah duduk Andrea, Jovano, Shelly, Kenzo, dan Zardakh. Pagi ini sengaja ada rapat kecil di situ, mumpung Jovano tidak sekolah.     

"Jadi... makhluk yang mengganggumu... Dante?" Suara Shelly ragu-ragu. Gavin sedang pulas di boks kamar atas.     

Andrea mengangguk. Ia menoleh ke anaknya. "Jo yang bilang."     

"Jo, kamu kok tau itu Daddy kamu?" Shelly menanya ke Jovano.     

"Kakek juga tau, kok!" sergah Jovano sambil menatap Zardakh.     

"Huappaahh?!" pekik Andrea. Ia melotot ke ayahnya, benar-benar tidak menyangka bahwa sang ayah sudah mengetahui itu sejak lama.      

Pertanyaannya: kenapa tidak memberitahu Andrea mengenai indentitas makhluk hitam itu?!     

Zardakh mengangguk-angguk sambil tangan bergerak-gerak seolah menenangkan semua orang. "Tenang, jangan terburu emosi dulu. Semua ada penjelasan dan alasan."     

"Buruan, Kek!" ketus Andrea sembari lipat dua tangan di depan dada.     

"Itu... semacam kloning jiwa Dante. Apa kau paham?" King Zardakh memulai. "Mungkin itu sebuah refleksi dari jiwa Dante yang sangat ingin bertemu denganmu. Itu yang sejauh ini bisa Ayah simpulkan." Sang Raja mengangkat bahunya dengan santai, seolah itu bukan merupakan masalah besar.      

Menilik dari sikap sang ayah, Andrea jadi bisa mengaitkan kenapa ayahnya tidak berlebihan menyerang makhluk hitam itu sewaktu memergoki si makhluk hendak memperkosa Andrea.      

Ternyata King Zardakh sudah tau itu adalah refleksi jiwa hitam Dante yang melesat keluar dari tubuh Dante karena tidak bisa menahan kerinduannya yang menggebu pada sang Cambion Hera.     

"Kenapa kagak bilang dari kemarin waktu lo mergoki dia, Kakek?" tanya Andrea masih beraroma judes ke King Zardakh. Tak habis pikir saja, kenapa hal sepenting itu tidak diberitahukan padanya.     

"Karena... karena nantinya kau akan menyalahkanku, Andrea." Baginda Raja Zardakh berikan wajah memelas.      

"Nyalahin gimana?!" Andrea belum bisa santai. Kepalanya mungkin saja sudah berasap.     

"Karena... dulu waktu dia ikut bertempur membantu kita melawan Angels, Ayah memberikan sebagian kekuatan Ayah ke dia supaya dia bisa bertahan di Underworld. Ingat, kan?" King Zardakh menyebut mengenai momen hiruk pikuk itu.     

"Lalu? Apa hubungannya?" Andrea masih memandang kesal ke ayahnya.      

"Kekuatan itu adalah kekuatan iblis Ayah. Dan tidak heran jika Dante sekarang punya sisi gelap dirinya dari kekuatan itu," jelas sang ayah agar putrinya bisa memahami.      

Andrea sipitkan mata. "Jadi... maksud lo, dia setengah iblis sekarang ini?" Sang Cambion tak bisa bersopan-sopan pada ayahnya dikarenakan marah.     

King Zardakh mengangguk. "Itu membuat dia bisa bertahan hidup di Underworld. Ayah tak punya pilihan lain waktu itu. Kau tau sendiri kan bagaimana kacaunya situasi saat itu? Kalau Ayah tak berikan kekuatan Ayah pada Dante, dia takkan bertahan meski hanya sehari. Apalagi harus melawan pasukan Angels."     

"Apakah Dante merasakan jika sisi gelap jiwanya keluar mencari Tuan Putri?" Kini Kenzo menanya.     

"Sepertinya tidak. Karena dia tidak pernah menyinggung mengenai itu saat kau dan Dante mengobrol, ya kan Andrea?" King Zardakh menatap putrinya.     

Andrea mendengus. Bagaimana bisa hal demikian dia tak tau sama sekali. Lalu, ia ganti menatap anaknya. "Kok Jo gak kasi tau Mama waktu pertama kamu mergoki dia?"     

"Aku tak begitu yakin, Mom. Tapi semalam aku sudah yakin itu adalah Daddy." Sang anak berikan tatapan polos setengah mengiba agar tidak ikut kena semprot ibunya seperti sang kakek.     

Nyonya Cambion tercenung. Ternyata selama ini yang meneror dia adalah suaminya sendiri. Orang yang teramat dia rindukan. Kenapa dia tak bisa merasakan hawa suaminya? Apakah karena itu bukan hawa murni dari Dante?     

Dari penjelasan King Zardakh, itu memang Dante. Sejak Dante memiliki sebagian kekuatan Iblis, jiwa Dante juga memiliki sisi kegelapan yang mungkin Dante sendiri tidak menyadarinya.     

Jiwa gelap Dante selalu bisa melepaskan diri dari raga Dante setiap dia sangat merindukan Andrea dan dia merasa marah karena dikurung dalam sel.     

Dari rasa amarah itulah dia tak sengaja melepaskan jiwa gelap dia dan terbang ke Andrea.     

Sayangnya, dia terlalu menggebu menginginkan dan merindukan Andrea hingga akhirnya tampak seperti pemerkosaan bagi Andrea. Sebenarnya, itu hanyalah akumulasi dari rasa rindu dan napsu yang sudah memuncak.     

Andrea sedih.     

Andai ia tau ini lebih awal, tentu dia takkan menolak apapun yang dilakukan makhluk hitam itu padanya.     

Andai dia tau itu Dante, ia akan menyambut si makhluk hitam, manifestasi jiwa rindu Dante, tanpa keraguan sedikitpun.     

Maka, Andrea berikrar pada dirinya sendiri, jika makhluk hitam yang ternyata Dante itu datang lagi... Dia akan lebih menyambut dan memeluk tanpa melawan.     

Yang rindu di sini bukan hanya Dante. Andrea pun demikian.     

-0-0-0-0-     

Teka-teki mengenai makhluk itu pun terungkap. Dan itu tandanya, Andrea musti mencoret Giorge dari daftar tersangka. Alangkah malunya jika dia teringat bagaimana dia menuduh Giorge, bahkan menjauhi pria itu.     

Seminggu setelah itu, Andrea berjanji untuk lebih ramah pada Giorge. Toh, pria itu tidak melakukan suatu kesalahan apapun padanya. Tak ada alasan memusuhi dia.     

Kini setelah Andrea tau makhluk hitam itu Dante, ia sudah bersiap andai makhluk itu datang lagi, ia akan lebih menerima penuh kerinduan. Meski itu sisi gelap Dante, tetaplah itu bagian dari suaminya. Ia berjanji akan menanti kapanpun makhluk itu datang.     

-0-0-0-0-     

"Nyonya, mobil sudah siap." Rioko mengajarinya melalui telepon interkom.     

"Oke," jawab Andrea di teleponnya, lalu mengemasi file di atas meja ruangan dia. Menoleh ke Giorge. "Oi, sekarang. Buruan siapin semua berkas."     

Giorge mengangguk cepat. Ia senang, beberapa minggu ini Andrea bersikap lebih ramah dan lunak padanya. Meski tak tau apa yang melatarbelakangi, tapi Giorge senang akan perubahan tersebut.     

Ia bangkit dari kursinya, berjalan di belakang Andrea keluar ruangan, siap pergi ke sebuah tempat untuk ikut pelelangan tender.     

Nantinya, Giorge yang akan bertindak, Andrea cukup duduk manis mengawasi saja.      

"Nyonya Andrea! Suatu kehormatan Anda sudi datang." Pemilik rumah pelelangan menyambut Andrea yang datang berdua dengan Giorge. Di kalangan pebisnis properti, nama Andrea dan Giorge sangat disegani dan ditakuti. Duet keduanya nyata adalah maut bagi para pesaing.     

"Wah, kalau Andrea-san sudah sudi datang, rasanya kami tak punya kesempatan untuk menang sedikitpun. Hahaha."     

"Ah, Fujiko-san terlalu berlebihan." Andrea merendah sembari beri bungkukan hormat pada yang lebih senior.     

Setelah berbincang sedikit dengan berbagai kolega, akhirnya mereka masuk ke ruangan lelang.     

Seperti diduga banyak orang di situ, pihak Andrea berhasil memenangkan beberapa tender besar dan penting. Andrea menyuruh Giorge hanya mengambil yang penting saja, menyisakan yang kecil untuk yang lainnya.     

Usai itu, ia dan Giorge makan siang di restoran terdekat, Robata Jinya Ebisu, restoran khusus hot pot di daerah Shibuya. Andrea mencoba Oyster Mizutaki Nabe. Sedangkan Giorge lebih memilih Straw-grilled Katsuo.     

Puas makan siang, keduanya kembali ke kantor. Andrea masih harus mengurus beberapa hal sebelum pulang.     

"Apa kau mau nonton nanti malam, Rea?" tanya Giorge.     

Andrea menoleh. Ia ulaskan senyum sebelum menyahut. "Sori, bro. Gak bisa. Gue masih bini orang. Gak boleh nge-date ama cowok lain."     

"Bagaimana kalau mengajak Jo?" Giorge belum ingin menyerah.     

"Dude, lo kerad juga, yah?" Andrea terkekeh. Giorge pantang mundur juga ternyata.     

"Oke, kalau renang? Ajak Jo, Shelly, atau Myren dan anak-anak mereka."     

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.