Devil's Fruit (21+)

Sekeping Gusar



Sekeping Gusar

0Fruit 471: Sekeping Gusar     
0

Andrea melongo. Ia merasa kacau. Otaknya terasa hampa. Sesudah ucapan Ratu tadi, ia tak bisa mendengar lainnya meski sang Ratu jelas-jelas masih berbicara, namun Andrea seolah tuli mendadak. "Dante... Dante mana?" lirihnya.      

"Andrea." Myren lekas mencekal lengan adiknya. Tenyata tubuh Andrea limbung tanpa disadari siempu tubuh. "Andrea, kuatkan dirimu."      

"Kak..." Dengan suara bergetar, Andrea menatap Myren. "Dante mana? Dante di mana sekarang, Kak?"      

Myren menunduk.     

"Kak?"     

Revka tiba-tiba mendekap kepala Andrea. Ia menangis sesenggukan sambil memeluk Nyonya Cambion. "Dante jadi korban peledakan, bodoh! Hiks! Apa kau tuli, heh? Ratu sudah bicara tadi! Hiks!"     

Andrea lepaskan pelukan Revka, menatap nanar istri Pangeran Djanh. "Gak. Lo pasti bohong. Gak mungkin Dante jadi korban! Semalem dia..." Andrea langsung terdiam. Apakah semalam jiwa gelap Dante mendatangi dia sebagai sebuah pamit? Karena itukah si bayangan hitam tampak sedih dan terus meminta maaf?     

"Andrea..." Myren mulai berkaca-kaca, sama seperti adiknya. Ia berempati pada sang adik. Jika dia di posisi Andrea pun pasti dia takkan ingin menerima kenyataan yang disampaikan.     

"Kalian... kalian semua bohong, kan? Ya, kan? Ini... cuma troll aja buat ngerjain gue, iya kan?" Matanya mulai lelehkan buliran bening. Ia tatap semua yang ada di ruangan.     

"Belajarlah terima kenyataan, Nyonya." Roxon, tetua yang biasa ketus, menyahut ke Andrea.     

"Tetua Roxon, jangan begitu. Itu bukan hal mudah untuk didengar. Bersimpatilah," bijak Ratu Nexima ke tetua ketus tersebut. Roxon lekas palingkan muka pemarahnya.     

"Ratu, tolong beri gue berita yang benar." Andrea sudah gemetar, baik itu suara maupun tubuhnya. Myren dan Revka sudah membantu memeganginya.     

Ratu Nexima menghela napas terlebih dahulu. "Hnghh, memang kuakui tentu hal sangat berat mendengar orang yang kita sayang tiba-tiba tiada. Andrea, aku ikut berduka, sedalam-dalamnya. Namun, berita ini sudah akurat kuterima dari Nirwana. Mereka sudah mengonfirmasi siapa saja korban ledakan bom dahsyat di sana, dan suamimu salah satunya. Maaf."     

"Gue mo ke Nirwana! Gue mo ke sana! Gue kudu liat sendiri!" histeris Andrea. Myren dan Revka berusaha tenangkan Andrea.     

"Heh! Dikasih jantung minta ampela, dasar kau keturunan iblis!" tegur keras Roxon ke Andrea yang sedang kalut.     

"Tetua Roxon, tolong kendalikan bicaramu," sergah Ratu Nexima.     

"Roxon, saudaraku, jangan mengumbar emosi. Tidak baik." Greory turut menasehati.     

Andrea lepaskan pegangan Myren dan Revka, lalu maju dan bersimpuh di depan Ratu Nexima. "Plis, Ratu, plis ijinkan gue ke Nirwana. Tolonglah, Ratu. Gue harus benar-benar yakin kalo Dante emang udah gak ada lagi." Pandangan mengibanya meluluhkan sang Ratu.     

"Baiklah. Aku tau sesak ngilu hatimu." Ratu kemudian membuat sebuah jembatan berwarna putih dengan cahaya sangat terang yang berujung ke pintu masuk Nirwana. "Sebrangi itu bersama tiga Tetua. Mohon mereka diantar, Tetua sekalian." Nexima menunduk hormat ke trio tetua Heaven.     

"Tentu kami akan antar jika itu kehendak Ratu Nexima." Greory balas menunduk. Lantas, menoleh ke rombongan Andrea. "Kuharap yang ikut hanya Nyonya Andrea dan Nyonya Revka saja, karena kami tak mau mendapat kesusahan jika kami memasukkan iblis murni ke Nirwana. Semoga kalian mau mengerti."     

King Zardakh mengangguk. "Tak masalah, asalkan putriku bisa ke sana. Tolong antar dan jaga dia dan Revka."     

Akhirnya, Andrea dan Revka masuk ke portal berbentuk jembatan terang benderang bersama tiga tetua Heaven, sedangkan Ratu dan sisa rombongan tetap di Antediluvian, menunggu.     

Sampai di Nirwana, keadaan sungguh berbeda jauh dengan Underworld. Semua tempat tampak berseri, jernih, dan terang namun tidak menyilaukan dan juga matahari walaupun terik, namun tidak membuat gerah. Rupanya begini suasana di Nirwana, nyaris seperti yang disiratkan di dongeng dan kitab-kitab indah.     

Tetua mengantar dua Nyonya itu langsung ke penjara. Mereka punya wewenang kuat di Nirwana, makanya tak ada satupun Angel yang menegur atau berani menanya kenapa ada ras lain masuk ke wilayah suci tersebut.     

Begitu mendekati area penjara, ternyata dari jauh saja sudah tampak puing-puing berantakan. Andrea meneguhkan hati. Ia tak mau sembarangan percaya yang serba katanya-katanya. Harus melihat sendiri yang sesungguhnya.     

Di sekitar penjara, banyak Angels yang sibuk membereskan puing dan sebagian lainnya mengurus narapidana yang selamat.     

Jantung Andrea kian berdebar tak menentu. Ia terus berharap dalam hati, apa yang dia kuatirkan tidak terjadi.     

"Nah, di sinilah tempat suamimu ditahan." Tetua Greory berhenti di sebuah sel.     

Andrea menutup erat mulutnya yang ingin berteriak nyaring saking kalutnya. Tempat yang ditunjukkan sebagai sel Dante, sudah luluh lantak tidak berbentuk.     

Ada cekungan besar berdiameter sepuluh meter sedalam setengah meter yang sepertinya itu adalah pusat bom. Jadi, pengebom memang mengincar sel Dante.     

Tubuh Andrea melorot langsung ke lantai.     

Salah satu Angel mendatangi Greory, menyerahkan sesuatu. Greory mengangguk, mengucap terima kasih dan Angel itu pun pergi lagi.     

"Nyonya Andrea, ini... abu suamimu yang sempat terkumpul sesudah ledakan. Tubuhnya tidak bersisa sedikitpun karena... kau lihat sendiri, pusat ledakan ada di sel dia." Greory menyodorkan wadah dari kayu serupa peti kecil ke Andrea.     

Karena Andrea sedang syok, maka Revka yang menerima. Mereka membiarkan Andrea menangis sepuasnya di sana, sebelum akhirnya Revka mengajak pulang. "Ayo, kita udah tau semuanya. Jangan lama-lama di sini. Aku sesak, Andrea," ucap Revka sembari terisak. Dia juga sama syoknya dengan Andrea.     

Berpikir bahwa ucapan Revka masuk akal, Andrea pun mengangguk usai usap semua air mata, dan mereka kembali ke Antediluvian.     

King Zardakh dan yang lainnya hanya bisa menatap iba ke Andrea yang gamang, kosong, mendekap peti kayu berisi abu Dante.     

Setelah mengucap terima kasih pada Ratu Nexima, rombongan King Zardakh kembali ke Tokyo, ke rumah Andrea.     

Shelly terus memeluk sahabatnya, Myren mengelus lengan sang adik. Revka menangis di pelukan suaminya.     

"Gue harus bilang apa ke anak gue?" getar Andrea, parau. Teringat betapa dia dan Jovano sudah semangat membicarakan mengenai ulang tahun kelima Jovano akan ada Dante di tengah-tengah mereka, Andrea makin tenggelam ke isaknya.      

Kabut terus saja bertengger di kehidupan Andrea. Orang-orang yang dia sayang, satu persatu berguguran. Oma, Opa, Nivria, bahkan Dante. Nanti siapa lagi setelah ini? Kenapa nasib berlagak keji pada Nyonya Cambion?     

Semenjak berita duka Dante, Andrea banyak diam, bahkan terlihat linglung di beberapa kesempatan. King Zardakh meminta Giorge untuk mengambil alih wewenang Andrea, dan menyuruh putrinya mengambil cuti untuk waktu tak terbatas.     

King Zardakh pernah mengalami apa yang dialami anaknya. Ya, ketika dia kehilangan Nivria. Amarah, murka, benci, dan segala kecamuk perasaan gelap sempat menguasai dia hingga nyaris menghabisi Andrea jika tidak teguh mengingat pesan terakhir Nivria.      

Andrea meminta agar Jovano jangan diberitau dulu mengenai ayahnya. Ia ingin dia sendiri nantinya yang akan menyampaikan kabar duka itu.     

Sudah hampir sebulan sejak Dante tiada. Andrea macam mayat hidup.     

Senyum menghilang, meski memaksakan menarik ujung bibir ke atas jika di depan putranya.     

Sehari-hari hanya berkubang di kamar dan menangis. Tiap detik yang dia ratapi adalah penyesalan. Andrea menyesal sering bersikap kasar pada sang suami. Dia menyesal kerap tidak jujur pada apa yang dia rasakan di depan Dante. Ia menyesal berkali-kali mempertahankan ego dan harga dirinya menolak untuk berkata betapa dia mencintai Dante.     

Teringat bagaimana perjuangan mereka di alam ciptaan Pangeran Djanh, betapa Dante terus melindungi Andrea dengan segenap kekuatan yang ada setiap Nyonya Cambion dalam bahaya. Bahkan Dante bisa tiba-tiba sengit hanya dikarenakan cemburu yang terusik di jiwa.      

Juga teringat betapa Dante pernah sangat memusuhinya hanya karena alasan konyol ingin naik ke Nirwana agar bisa menjadi Angel dan diakui oleh ayahnya. Namun setelah mereka terus hidup bersama di alam Pangeran Djanh, perasaan mereka mulai berkembang jauh.      

Hingga terasa sesak di dada.      

Andrea yang kerap menggoda Dante di mimpi, lalu Dante akan uring-uringan saban pagi usai didatangi Andrea malamnya di mimpi.      

Semua kenangan itu satu demi satu menyeruak begitu saja tanpa Andrea harap. Karena itu, perih di hati Andrea kian dalam. Sembilu cintanya melubangi hatinya.     

Akhirnya, Andrea jatuh sakit. Shelly paling panik. Dia lekas menelpon Zardakh, mengabarkan Andrea panas tinggi hingga 40°C lebih. Untung saja tidak terjadi stuip.     

Nyonya Cambion dilarikan ke rumah sakit, diinapkan di ruangan VVIP terbaik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.