Devil's Fruit (21+)

Kini, Kau Adalah Duniaku



Kini, Kau Adalah Duniaku

0Fruit 485: Kini, Kau Adalah Duniaku     
0

"Apakah ini tempat pernikahan Giorge?" Seorang wanita berparas oriental muncul bertanya.     

"Ah, iya benar, Nyonya." King Zardakh berikan sahutan. "Anda...."     

"Aku ibunya Giorge. Semoga ini belum terlambat." Wanita itu sangat menawan meski usianya pasti sudah lebih dari satu abad.      

"Karin, astaga, kau ini tak sabaran." Ada suara lain di belakang wanita itu.      

Ibunda dari Giorge menoleh ke belakang, tersenyum lebar. "Kau yang lamban, Olivo."     

King Zardakh maju untuk menjabat tangan pria bernama Olivo.     

"Halo, saya Zardakh, ayah dari mempelai wanita. Ini putri saya, Andrea." Raja Incubus itu mendekatkan Andrea agar tidak berdiri jauh-jauh darinya.     

"Oh, jadi ini menantuku?" Pria itu terkekeh sambil menerima jabatan tangan Zardakh. "Aku Olivo Ferruchi. Ayah Giorge. Dan ini istriku tercinta, Hagimori Karin."     

Wanita berparas oriental itu maju untuk memeluk Andrea. "Menantuku cantik sekali. Rupanya Gio pintar memilih kali ini. Haha."     

Andrea balas pelukan ibu mertuanya. "Ah, Ibu bisa saja. Memangnya sebelum saya, ada berapa puluh? Atau... ratus?" Mereka saling melepaskan pelukan.     

Karin mendecak. "Ah, jangan terlalu dipikirkan. Hanya sedikit. Tak sampai puluhan. Percayalah."      

Selanjutnya, Olivo, pria Italia berambut serta berjenggot putih nan gagah ganti memeluk Andrea. "Pantas saja Gio terus mengiba agar kami datang. Rupanya pilihan dia secantik ini. Hahaha! Ah, tapi maaf jika hanya kami yang datang."     

"Oh, tidak masalah, Tuan Besan. Kalian berdua sudah merupakan kehormatan bagi kami bila bersedia hadir. Hahaha," balas King Zardakh.     

"Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Tiba-tiba Kenzo muncul. Lalu dia pun paham ternyata ada tamu baru. "Oh, kupikir di sini ada hambatan apa, karena Giorge sibuk menanyakan kenapa mempelainya tidak kunjung masuk ruangan."     

Para orang tua terbahak sambil membayangkan wajah tak sabar dari Giorge.     

"Ayo, ayo, kita masuk bersama-sama. Kita kejutkan Giorge."     

"Ah, ide bagus!"     

Ketika pintu ruangan dibuka, empat Succubi menjadi pembuka jalan bagi mempelai wanita.      

Andrea menggamit siku ayahnya, melangkah masuk. Di belakang dia, ada kedua orang tua Giorge, lalu Shelly beserta Kenzo, dan paling belakang ada Revka dan putrinya.     

Giorge seakan lupa bernapas ketika melihat pengantinnya. Tapi kaum Vampir memang tidak terlalu butuh napas, kan?      

Giorge tidak memakai tuxedo. Hanya jas warna hitam.  Andrea yang meminta agar dia cukup pakai setelan jas biasa saja. Apapun ucapan Andrea, Giorge selalu iyakan.     

Tuan Vampir hampir berteriak girang ketika melihat orang tua dia ternyata datang. Tidak sia-sia dia memohon sampai bersujud agar keduanya sudi datang. Tadinya dia sudah putus asa ketika hingga pagi hari ini dia masih saja tidak mendapatkan kabar mengenai kedua orang tuanya.      

Ternyata mereka berdua bersedia hadir di hari terspesial Giorge.     

Sebenarnya, dua orang tua Giorge kurang menyetujui pernikahan anaknya dengan ras Iblis. Keduanya memiliki sejarah tidak bagus satu sama lain. Namun, Giorge tak kenal menyerah, terus meminta kedua orangtuanya bersedia hadir di hari istimewanya.      

Tadinya sang ayah sempat tak ingin datang karena desakan tetua Vampir lainnya yang menganggap pernikahan Giorge dengan Iblis termasuk tabu. Tetapi berkat rasa cinta dan kegigihan seorang ibu, Karin membujuk suaminya agar mengabaikan para tetua lain demi anak mereka.      

Bagi Karin, pernikahan petama anaknya ini tidak boleh sampai terlewatkan. Dia sudah cukup lama melihat anaknya lebih sering sendiri saja tanpa menggandeng wanita seperti vampir lainnya. Bahkan, tadinya Karin mengira anaknya penyuka sesama gender karena jarang melihat putranya bersama wanita.      

Meskipun di masa remaja, Giorge termasuk cukup sering bersama wanita, namun itu hanyalah sekedar cinta monyet biasa.      

"Anakmu tidak setiap hari menikah, Olivo." Begitu bujukan Karin yang akhirnya meluluhkan ego Olivo.     

Kini, Giorge merasa hidupnya sempurna. Sangat sempurna. Ia ingin berteriak girang sekaligus menangis haru. Tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan sebesar ini. Menikahi Andrea, memiliki anak dari wanita yang dia cinta, dan kedua orang tuanya bersedia memberi restu.     

Bagi Giorge, tak ada yang bisa melebihi apa yang ia dapatkan sekarang.     

"Thank you, Mom and Dad," bisik Giorge dari jauh ke orangtuanya. Kedua orangtuanya mengangguk paham.     

Upacara pernikahan berlangsung khidmat dan sakral. Penghulunya adalah walikota Roppongi, kenalan King Zardakh. Terasa istimewa dan elit.     

Usai upacara, Andrea dan Giorge masuk ke mobil pengantin untuk dibawa ke sebuah hotel bintang lima. Nanti malam, acara pesta diadakan di hotel tersebut.     

Jovano ikut dengan sang kakek ke kondominium mewahnya. Shelly sekeluarga pulang ke rumah. Begitu juga Myren dan Revka sekeluarga, pulang ke hunian masing-masing usai mobil pengantin sudah tidak terlihat lagi.     

King Zardakh mengajak kedua orangtua Giorge ke kondominium dia, sekedar menjamu basa-basi sebelum memesankan kamar president suite di hotel yang sama dengan Andrea.     

Di hotel, Andrea lekas buka gaunnya. "Hadeh, ribet banget pake ginian!" keluhnya sambil letakkan gaun ke sofa.     

Giorge memandangi istrinya tanpa kedip sembari usap-usap bibir menggunakan ibu jari.     

Andrea pun sadar dia sekarang hanya memakai dalaman saja. Cepat-cepat dia raih mantel kamar. Sayangnya, Giorge lebih cepat.     

"Kenapa harus ditutup jika ini sekarang sah menjadi milikku?" Tangannya melempar mantel tadi dan mulai mengelus leher Andrea, kemudian turun ke dada.     

"Ja-jangan mulai, deh! Gue... gue capek! Mo tidur! Minggir, oi!" elak Andrea seraya tepis tangan Giorge.     

"Ayo, aku bisa membuatmu tidur lebih nyenyak." Giorge remas pantat istrinya, lalu bopong untuk direbahkan ke ranjang. "Lihat, bahkan ranjang pengantin kita sudah dipenuhi kelopak mawar merah. Fantastis, bukan?"     

Andrea tak berkutik. Terlebih saat tubuhnya mulai digerayangi Giorge. Ingin menolak pun, tapi ternyata tubuh dia berkata lain. Gelenyar-gelenyar nikmat menutup akal sehat, sehingga ia hanya bisa mendesah, mengerang, melenguh sembari menggeliat bagai jalang binal.     

Andrea pasrah ketika bagian tersensitif dia disentuh secara intens. Dikuasai dan dieksplor sedemikian intim oleh suaminya.     

"Haanghh..." Lagi-lagi Andrea kalah pada berahinya. Ia membiarkan, bahkan menikmati tiap hujaman penis Giorge. Tubuhnya tunduk patuh pada semua hentakan-hentakan tuan Vampir. Merespon semuanya seperti mau Giorge.     

Dinginnya AC tidak mampu lenyapkan peluh yang terus bermunculan tak tau diri seiring perjuangan keduanya menggapai puncak asmara.     

Giorge tidak bermain terburu-buru. Ia bersikap lembut, menghanyutkan istrinya hingga ke sungai nirwana ciptaannya.     

Permainan intim itu selesai di menit ke empat puluh sembilan. Giorge hanya sekali saja mendapatkan ejakulasi, sedangkan sang istri... sepertinya tiga atau lebih.     

Well, pria sejati bukankah harus begitu di atas ranjang? Memberikan kenikmatan berlimpah untuk pasangan tercinta tanpa mengambil egoisme sendiri.     

Pun itu merupakan sebuah kebanggaan bagi pria jika bisa membuat pasangan bercintanya klimaks lebih banyak dari dirinya. Tak ayal, Andrea terkapar pulas begitu Giorge menuntaskan libidonya.     

Tuan Vampir tersenyum geli menatap istri yang terkulai lelap. Hati-hati, ia benarkan posisi Andrea, lalu menyelimuti tubuh molek itu agar tidak jatuh sakit.     

"Selamat tidur, istriku tercinta. Kini, kau adalah duniaku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.