Devil's Fruit (21+)

Fast n Miraculous (18+)



Fast n Miraculous (18+)

0Fruit 482: Fast n Miraculous (18+)     
0

"Ah, buset kau, begok!" Lengkingan suara Revka sudah menguasai kafe pagi itu seusai dia mengantar anak-anak sekolah. "Tau-tau hamil tanpa aku ngerti siapa pejantannya terlebih dulu?! Dasar geblek!" sembur Nyonya Nephilim kejam ke Andrea yang duduk menyusut di kursinya.     

"Ah, elu jangan malah bikin gue makin down, dong, Kitty japrak!" Andrea masih bisa balas menyembur meski tidak segahar biasanya. Dia memang sedang kalut. Kehamilannya bukan hal yang ia harapkan.     

"Bacot, Cambion gembel! Salah kau sendiri kagak becus jaga diri. Baru juga jadi janda udah bunting aja! Dasar tolol!" Revka lumayan tidak terima Andrea secepat itu memiliki pria baru.     

Bagaimanapun, Dante adalah sepupu yang dia sayang. Meski ia berharap Andrea lekas mengatasi rasa kehilangan karena Dante, tapi... kenapa cepat sekali hamil? Itu yang Revka tidak bisa terima.     

"Ah, entah kenapa aku bersyukur tak ada anak-anak saat ini." Pangeran Djanh berikan celetukan.     

Revka sadar suaminya sedang menyindir halus padanya. Ia tatap gahar Pangeran Djanh, ganti menyembur ke Pangeran Incubus itu. "Kau! Sono buruan pulang, mandi, ngantor! Berani macem-macem, suram masa depanmu!"     

Andrea menahan tawa. Bibir dikulum kuat-kuat.     

"Hehe, oke Kitty sayank. Pangeran tampanmu ini pulang dulu, yah!" Pangeran Djanh bangkit dari duduk lalu kecup lembut kepala istrinya.     

Revka diam walau dia menikmati kecupan singkat suaminya. Mana mau dia mengakui atau berterima kasih? Ia punya cara tersendiri untuk itu. Yaitu di atas ranjang. Pangeran Djanh sudah paham.     

Sepeninggal Pangeran Incubus, Revka kembali hujani Andrea dengan kalimat pedas dan sarkas. Shelly kadang tak tega mendengar sahabatnya diomel keras oleh Revka, tapi dia tak berani protes.     

"Sekarang kau mo gimana, heh? Udah bunting kayak gitu. Untung Kak Myren tadi ketemu denganku dan dia cerita. Cih! Mo sok-sokan umpetin ini dariku, heh?!" judes Revka.     

Andrea terpekur, memijit-mijit kening menggunakan dua tangannya. "Pusing, nih nek! Gue gak tau musti gimana." Kemudian ia menoleh ke Shelly di sebelahnya yang sedang memangku Gavin.     

Sambil memeluk sang anak yang terkantuk-kantuk, Shelly menjawab, "Kalau saranku, sih... menikah saja, Ndre."     

"Hah? Nikah?!" Andrea seakan melihat hal mengerikan di kata 'menikah' tadi.     

"Heh, tunggu dulu!" Revka sentak lengan Andrea. "Itu... si Giorge-nya udah tau kau bunting apa tidak?"     

Andrea teguk ludah. "Errr... belom."     

"Alamaaakk!" seru Revka saking takjubnya. "Memang geblek kau ini, yah! Kau tau, dulu begitu aku tau aku hamil, aku langsung nekat ke Underworld nemuin lakik geblek itu untuk minta pertanggungjawaban dia! Bahkan aku nemui bapak dia!" Revka berapi-api menceritakan sekilas tentang pengalaman dia dahulunya. Tapi dia tidak membuka cerita bahwa dia sempat menyembunyikan kehamilan dia dari Djanh sewaktu dia kecewa sesudah dari Underworld.     

"Aduh, Mpok! Gimana gue punya muka ngomong gitu ke dia! Gue ogah bikin malu diri sendiri, woi! Gue kagak mau ngemis tanggung jawab dia!" kilah Andrea.     

Revka sipitkan mata. "Kau tidak sedang menyindir aku, kan nyet?"     

"Eh, emangnya elu ngerasa kesindir, yah? Yang mana?" Andrea berlagak polos. Tapi dari wajahnya ketahuan dia menggoda Revka.     

Ctak!     

"Eh, kunyuk lu!" jerit Andrea sambil elus kepala yang dipukul Revka memakai garpu. Tidak keras, sih. Cuma mengagetkan saja.     

"Mo sampai kapan kau sembunyikan buntingmu dari dia, heh? Kau pikir itu perut kagak bakalan buncit?" Revka tunjuk perut Andrea menggunakan garpu tadi.     

"Yah... gue... gue kan bisa minggat bentar ke Underworld beberapa bulan. Hehe..." kelit Andrea.     

"Ah, taik kucing kau! Mental kok mental kecoak! Dasar receh!" hina Revka tanpa ditahan-tahan.     

"Gue kagak mau ngelibatin dia, kurap! Gue yang ngajakin dia TTM. Kalo akhirnya gue hamil, yah ini resiko buat gue aja. Kagak perlu dia-"     

"Rea, kamu... hamil?"     

Revka, Andrea, dan Shelly spontan menoleh ke sumber suara. Di dekat meja mereka, Giorge sudah berdiri kaku.     

Andrea menepuk dahinya. Revka menyeringai. Shelly mengulum bibir sambil melirik ketiganya secara bergantian. Anaknya sudah tertidur. Gavin biasa lelap meski ada keributan di dekatnya. Mungkin sudah terbiasa sejak bayi mendengar suara ayah dan ibunya saban malam. Ups!     

Giorge bergerak cepat ke Andrea. Dua tangannya menangkup tangan sang Cambion. "Rea, kumohon bicara yang jelas. Apa kau... benar hamil? Hamil anak kita?" Matanya berbinar sedangkan senyum lebar terhias di wajah.     

Andrea hela napas seraya bola matanya bergerak tak tenang menghindari tatapan Giorge. "Hahh... lu salah denger kali, pret!"     

Giorge ganti menoleh ke Revka. "Apakah Andrea hamil? Revka? Tolong jawab."     

"Tanya aja sendiri ama si tolol itu." Revka buang muka.     

Giorge beralih menatap Shelly. "Shelly...?"     

Yang ditanya mulai bersikap gugup. Ingin menjawab, tapi kuatir sahabatnya tidak berkenan. Ia bingung. Melirik ke Andrea, berharap sang sahabat memberikan jawaban pada Giorge.     

Andrea membalas lirikan Shelly. "Haish!" Ia sentakkan tangan tuan Vampir. Tiba-tiba berdiri. "Ikut gue, pret!" Tanpa menunggu reaksi Giorge, dia melangkah keluar kafe.     

Giorge lekas mengikuti.     

Setiba dia rumah Andrea yang kosong, mereka duduk di ruang tamu.     

Silangkan kaki di atas paha, Andrea memulai pembicaraan. "Dah, buruan tanya apa yang elo pengin tanya, mumpung gue lagi baek."     

Giorge melesat ke hadapan Andrea, berlutut sambil remas dua tangan Andrea. Matanya berbinar penuh harap. "Jawab aku, Rea. Apakah kau hamil?"     

Hela napas terlebih dahulu, kemudian Andrea menjawab, "Iye, gue hamil. Puas?"     

"Hamil anak kita?"     

Andrea melotot galak. "Lu pikir gue ngentot ma siapa aja, heh?! Gue tampol pake meja, nyaho dah lu!"      

Grepp!     

Giorge memeluk erat Andrea. "Syukurlah! Syukurlah! Rea, aku bahagia! Sangat bahagia!"     

Andrea risih, bebaskan diri dari pelukan tuan Vampir. "Apaan, sih? Lebai, deh!"     

Giorge ganti meremas dua lengan kecil Andrea. "Aku bersumpah aku bahagia, Rea. Ini sangat spektakuler! Berita yang sungguh melambungkan aku!"     

Andrea menatap malas. "Biasa aja, keleus!"     

Giorge menggeleng. "Tidak! Sangat luar biasa bagiku! Dan kuharap juga demikian bagimu, Rea! Pantas saja kau tak mau membalas chat-ku sejak kemarin. Kamu seperti menghindari aku. Ternyata karena hamil dan malu mengatakan padaku! Ah, Rea, kau ini..."     

"Dih! Siapa yang ma—WOIII!" Andrea tak sempat selesaikan kalimat, karena Giorge sudah membopong dia secara tiba-tiba. "Woi! Ngapain lu gendong gue kayak gini?!" Ia mencoba berontak dari gendongan bridal Giorge.     

"Rea, mendengar kau hamil, libidoku mendadak bangkit." Ia pun melesat bersama Andrea ke kamar sang Cambion.     

"Ah, setan lu. Elu mah naik mulu libido lu mo gue hamil apa kagak!"     

Giorge tersenyum lembut. "Syukurlah kalau kau sudah paham."     

"W-woiii!" Andrea seketika panik ketika direbahkan ke ranjang. Namun dia tak bisa berlama-lama protes karena Giorge sudah memberikan berbagai stimulasi ke titik-titik erogenusnya. "E-errnghh... sialan kau—angh, Gio..."     

Nyonya Cambion luluh, mengganti protes dengan erangan ketika lidah Giorge sudah menjelajahi lekuk tubuh Andrea. Dan erangan makin keras ketika lidah bermuara di klitoris.     

Sepreinya langsung kusut akibat remasan Andrea yang pejamkan mata kuat-kuat sewaktu klitoris dia dihisap-hisap Giorge. Paha dibuka lebih lebar tanpa disadari agar mendapatkan lebih dan lebih dari tuan Vampir.     

Saat keduanya menyatu, Andrea meremas punggung Giorge sebagai ungkapan nikmat yang ia terima. Apalagi ketika hentakan penis Giorge kian cepat, Andrea memeluk erat tubuh pria di atasnya.     

Tak sampai tiga puluh menit, keduanya sama-sama mengerang kencang sambil bertukar cairan di rongga vagina sang Cambion.     

Giorge terus berada di kamar Andrea hingga sore. Ia terus saja menggumuli Andrea saking bahagianya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.