Devil's Fruit (21+)

Lil' Prince's Birthday



Lil' Prince's Birthday

0Fruit 467: Lil' Prince's Birthday     
0

Sesampai di rumah, Shelly menyambut mereka. Andrea melarang Shelly ke kafe sebelum Gavin berusia setahun. Urusan kafe banyak ditangani Kenzo yang rela mondar mandir kafe dan rumah saban beberapa jam sekali menjenguk anak istrinya. Ia tak mau kecolongan seperti dulu.     

"Beb, nanti minta Kenzo kasi selubung tolak kuman ke Gavgav, yah! Dia harus dateng juga ke ultah Jo," pesan Andrea usai kecup pipi Gavin.     

Jovano main sebentar dengan Gavin usai mandi. Sedangkan Shelly dan Andrea sibuk berdandan.     

"Kau tau, Gav, perempuan itu lama sekali kalau mandi. Apalagi dandan. Ugh, kau bisa berlumut menunggu mereka," celoteh Jovano ke Gavin yang menatap tanpa kedip.     

Gavin juga Cambion, makanya tak punya detak jantung seperti Andrea dulu di awal hidupnya.     

Jovano beda. Meski ibunya Cambion, namun darah Nephilim ayahnya membuat dia tetap punya denyut jantung sejak lahir.     

Baby Gavin sempat menghebohkan rumah sakit. Kenzo terpaksa melakukan hipnotis massal sehingga tidak sempat lama kehebohan Gavin yang tetap hidup meski tanpa detak jantung.     

"Heh, ngoceh apa barusan, hm?!" Andrea menggusak rambut anaknya, gemas. "Dikira Mama gak denger?"     

"Look, Gav, perempuan juga suka seenaknya saja mengobrak-abrik rambut keren kita. Terutama perempuan yang sudah tidak belia," sambung Jovano.     

"Woiii, masih bisa ngoceh gaje?" Andrea tambah menggusak rambut Jovano.     

"Mommy, stop! It's so childish of you!" protes Jovano.     

Shelly malah terbahak. "Udah lah, Ndre. Jangan emosi, ntar bedakmu luntur, loh!"     

"Abisnya... ni anak kadang ngeselin kalo ngomong."     

Andrea berkacak pinggang, lalu memeriksa baju pink longgar sepaha berpotongan feminin. Meski tidak ketat, namun terlihat sangat elegan manis.     

Shelly menyematkan anting-anting ke telinga kanan. "Kan kayak kamu juga, Ndre. Kadang ngeselin kalo udah ngomong. Hahaha."     

"Beb, oh beb, jadi selama ini aku ngeselin bagimu?" Andrea berlagak syok.     

Sang sahabat terkekeh. "Gak selalu kok. Cuma kadang-kadang aja. Haha, santai aja. Oke, semua udah rapi, kan? Yuk berangkat!"      

Shelly membenarkan letak kerah bajunya yang terbuat dari chifon tipis, melambai turun menyatu sebagai penutup lengan. Gaun terusan selutut model A-line warna biru dengan motif kupu-kupu yang makin banyak di bagian bawah, amat menguarkan aura feminin Shelly.     

"Hayuk, dah kita capcus!" Andrea mengangkat Gavin pelan-pelan. "Udah pake pampers, kan? Sip dah! Kita kemon!"     

Diikuti Shelly dan Jovano, mereka keluar rumah, masuk ke mobil Andrea. Gavin diserahkan ke pangkuan Shelly yang duduk di belakang. Jovano tersenyum riang sebentar lagi akan menjadi bintangnya pesta.     

Suasana Tropiza disulap ala luar angkasa. Jovano yang meminta. Ia menolak tema disneyland yang ditawarkan ibunya dengan alasan dia sudah dewasa.     

Saat mereka masuk, kafe sudah dalam keadaan ramai. Semua menyapa Jovano penuh semangat. Teman-temannya sudah berdatangan, bergiliran menyalami Jovano.     

Andrea menggendong Gavin, bergabung di meja yang berisi kerabat dan sobat dekatnya. Myren juga sudah datang dengan kedua anaknya. Ronh sang suami sesekali mengawasi putri sulung mereka.      

Myren ini tergolong kuat, meski baru melahirkan belum ada sebulan, dia sudah bisa berjalan-jalan bersama sang anak. Yah, disamping dia bukan manusia, si anak pun juga tidak berdarah manusia. Jadi, tidak perlu heran kalau daya tahan mereka lebih kuat ketimbang manusia.     

Revka sibuk membetulkan gaun putrinya. Sedangkan Shelly mulai sibuk memberi komando pada para chef di dapur, dibantu Kenzo.     

Acara pesta sungguh semarak. Andrea menyewa pembawa acara terkenal untuk menjadi host. Sesekali royal untuk anak tidak mengapa, begitu pikirnya.     

King Zardakh sudah asik di sudut lain bersama Pangeran Djanh dan beberapa rekan bisnis. Bapak satu itu tak menyia-nyiakan kesempatan secuilpun untuk melobi soal bisnis.     

Giorge juga hadir. Memberikan kado besar ke Jovano yang menerima penuh suka cita, dia ikut bergabung di meja Andrea. Meski agak diabaikan, tapi Giorge senang bisa berdekatan dengan nyonya Cambion.      

Acara potong kue, Jovano dibantu ibunya, diiringi nyanyian selamat ulang tahun.     

"Mommy, this is for you." Jovano serahkan potongan pertama ke Andrea. Lalu potongan kedua juga dia serahkan ke ibunya. "And this is for Daddy."     

Andrea nyaris menangis jika tak ingat itu sedang di tengah acara. Ia tersenyum, menggigit bibir dan menerima kedua potongan kue. Anaknya tidak melupakan sosok ayahnya. Dia bahagia, ternyata Jovano menganggap sang ayah tetap hadir meski tidak secara ragawi.     

Kerjap-kerjapkan mata basahnya, Andrea turun dari panggung sambil membawa dua kue tersebut. Myren dan Shelly mengusap punggung serta lengan Andrea, seolah menguatkan.     

Giorge mengamati itu semua.     

Berbagai acara permainan sungguh seru diikuti semua teman Jovano. Acara tersebut ada hadiahnya, tak heran jika banyak yang ingin berpartisipasi. Dari hadiah mainan mahal, sampai ponsel, juga PS5 dan Nintendo Switch terbaru.     

Pelayan pun sibuk keluarkan berbagai makanan ke para tamu. Riuh, ramai, dan penuh pekik anak kecil... suasana pesta begitu hidup. Jovano terus sunggingkan senyum tiada henti. Ia puas.      

Usai acara, tamu mulai pulang satu demi satu. Tinggal keluarga dan sahabat dekat yang masih bertahan. Mereka asik mengobrol soal bayi baru Myren dan Shelly.     

Hampir mendekati tengah malam, semua memutuskan pulang ke rumah masing-masing. Jovano terlihat lelah meski rautnya terus sumringah. Ia menolak di gendong karena beralasan sudah besar. Namun sewaktu Giorge menggendong di bahu, Jovano girang mengiyakan.     

Andrea tak habis pikir, kenapa vampir satu itu bisa menundukkan keras kepala Jovano?     

Setelah saling berpamitan dan masuk ke mobil masing-masing, semua pun bubar jalan. Andrea dan Jovano menumpang di mobil Giorge karena Jovano sudah tertidur di pangkuan Andrea sewaktu di perjalanan.     

Ketika sampai di rumah, Giorge pelan-pelan mengambil alih Jovano dari pangkuan Andrea dan membawa ke kamar atas.     

Andrea deg-degan. Serasa dejavu. Apakah akan ada pencurian bibir lagi? Maka dari itu, ia segera jaga jarak dengan Giorge.     

Ternyata Giorge tidak melakukan seperti yang dikuatirkan Andrea. Ia mengucap selamat malam, selamat beristirahat, dan kemudian langsung pulang.     

Nyonya Cambion lega. Ia pun naik ke kamarnya. Melihat sang anak sudah lelap kelelahan, ia bergegas ke kamar mandi untuk ganti baju.     

Setelah itu, ia mengubungi Dante sebentar, menceritakan mengenai pesta ulang tahun anak mereka. Dante antusias mendengarkan.     

"Andai aku di sana, sayank. Tsk!" keluh Dante berulang-ulang.     

"Udeehh, gak usah gitu. Tahun depan kan lu udah bisa bebas, yekan? Ntar kita rayain lagi deh ultah Jo bareng-bareng." Andrea menenangkan suaminya yang galau.     

Mengobrol selama hampir tiga puluh menit, akhirnya disudahi karena Andrea sudah sangat mengantuk.     

Dua menit Andrea pejamkan mata, ia merasa tubuhnya ditindih. Perasaannya jadi tak enak. Pasti...     

Benar saja. Makhluk hitam itu sudah mengungkungi tubuh Andrea. Dua tangan Cambion ditahan di sisi kepala.     

'Jahanam! Makhluk jahanam kau! Mati saja! Mati saja kau!' teriak batin Andrea karena dia tak bisa bersuara.     

Ketika penis makhluk itu merangsek paksa memasuki vaginanya, Andrea melelehkan air mata. Sampai kapan dia diteror begini. Ah, lagi-lagi dia lupa memakai kalungnya setelah dari kamar mandi. Bodohnya. Teledornya.     

Ditengah pergulatan, tiba-tiba ada suara. "Kalau kau sangat mencintainya, kenapa menakuti Mommy?"     

Makhluk hitam bersama Andrea menoleh ke sumber suara.      

Jovano.     

Dengan segera makhluk itu melesat keluar melalui celah jendela.     

Andrea buru-buru mengenakan mantel kamar untuk menutupi tubuh separo telanjangnya. "Jo, kau... kau kenal siapa dia?" Ia bersimpuh di depan anaknya, menyamakan tinggi.     

Jovano mengangguk. "That's Daddy."     

"HAAHH?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.