Devil's Fruit (21+)

Let's Tango! (21+)



Let's Tango! (21+)

0Fruit 340: Let's Tango! (21+)     
0

Dante sudah merebahkan Andrea ke atas rerumputan pendek di tepi danau. Ia juga turut rebah meski menyamping ke arah gadis Cambion.     

Tuan Nephilim telah melakukan apa yang diminta Andrea, membersihkan nona Cambion dari segala kotoran yang ditinggalkan kelima pria brengsek sebelumnya menggunakan air danau sekaligus usapan dia di semua lekuk tubuh sang Cambion.     

Tangan sang pria sudah merayap mengelus dada membusung Andrea diiringi lenguh lirih gadis tersebut. "Aku tak pernah lupa dengan semua lekuk tubuhmu, Andrea..." ujar Dante seraya memilin puting merah dadu yang mengeras di dalam kuasa tangan sang Nephylim.     

"Haannghh... dasar Nephilim mesum, eemmghh..." Andrea masih tak mau terlihat lemah pasrah meski tubuhnya sudah menyatakan demikian. Lihat saja pinggul telah bergerak naik-turun tanpa disadari empunya sendiri.     

Dante terkekeh senang melihat respon Cambion di sebelahnya. "Kau menggemaskan sekali, sayank. Boleh kupanggil sayank?"     

"Dih! Ermmhh... emangnya siapa kamu seenaknya manggil aku gitu?" Gadis itu masih keras kepala. Rupanya ia anti untuk terlihat kalah.     

"Aku? Aku adalah suami kamu, Andrea sayank. Ayah dari anak yang sedang bersemayam di dalam perutmu. Anak yang manja minta dipegang olehku meski ibunya berlagak tak mau."     

"Di-diam, deh! Bacotan aja kamu!" Andrea langsung palingkan pandangan ke arah lain. Wajahnya terasa panas. Dante suka melihat rona itu. Pertanda positif, bukan?     

"Jadi kamu inginnya aku langsung beraksi tanpa banyak bicara. Iya, kan? Baiklah..."     

"Aku enggak maksud gi-aarrnnghh!" Manik mata Andrea membulat ketika tiba-tiba saja jemari Dante sudah menguasai kewanitaan dia, mengelus benda tersensitif yang ia miliki. "Haa-angghhh... Daaannhhh..."     

Akhirnya Andrea kalah. Usapan pada klitoris telah menaklukkan ego-nya. Dante patut tersenyum penuh kemenangan.     

Bahkan elusan seduktif Dante mampu membuat basah liang vagina Andrea, hal yang sangat dicari oleh Javier sebelumnya. Sayangnya Andrea ternyata lebih bisa berahi pada sentuhan Dante.     

Mata sayu nona Cambion makin memberikan semangat Dante untuk lebih memberikan usapan terbaik yang dia mampu. Terasa bahagia saat Andrea makin kencang melenguh, mendesah, mengerang dan merintih akibat perbuatannya.     

Kekalahan Andrea diperjelas dengan makin lebarnya paha yang ia buka untuk Dante.     

Pria itu sudah menyesap lembut puting payudara Andrea, beserta tangan terus saja mengelus-elus klitoris basah Andrea diiringi rintihan syahdu perempuan itu.     

"Slrrpphh... Ermmssllhh... Arrllhhh... Ermmhh..."     

"Haannghh... Daaannhhh... Daaannhhh... Jangaaann... Aanghh... Nephilim sialan... Haa-angghhh..."     

Dante tak perlu berikan sahutan atas makian Andrea. Ia justru kian bersemangat agar suara Andrea makin kencang membahana. Maka dari itu, Dante makin menggeseki klitoris tersebut.     

Lidah Tuan Nephilim masih menari nakal di kedua puting Andrea. Pinggul sang gadis naik-turun sambil matanya terpejam dan kedua tangan meremas rumput di samping tubuhnya. Ini terlalu nikmat. Terjangan berahi yang diakibatkan sentuhan Dante begitu intens menguasai Andrea.     

"Haaakkhh! Aarkkhh! Daaannhhh! Kau... kau bajingannnhh... Aarrgghhh!" Andrea makin kacau. Berhelai-helai rumput sudah tercerabut gara-gara pelampiasan Andrea. Kepala kian mendongak dengan mata kuat terpejam, menolak menyaksikan apa yang sudah diperbuat sang Nephilim atas tubuhnya.     

Jangan lupakan dada dan pinggul bergantian naik-turun secara erotis. Dante mabuk. Apalagi aroma Andrea mulai menguar. Semoga saja tak ada Iblis ataupun manusia tamak kekuatan yang mengganggu kedua insan dimabuk libido itu.     

Setidaknya para pengganggu harus siap dihanguskan oleh Andrea, tentunya.     

Dante merubah posisinya. Sekarang dia telah berjongkok di depan selangkangan Andrea. Menatap belahan vagina berwarna merah muda segar, sungguh membangkitkan gairah besar.     

"Annghh!" Lenguhan itu muncul saat lidah Dante telah dijejakkan pada klitoris peka Andrea. "Haannghh! Arrngghh! Danteeeee..." Gadis Cambion mulai tak ragu-ragu menyebut nama pemberi benih di perutnya. Bahkan suaranya bertambah keras saja tanpa disadari.     

Dante yang sudah merunduk berjongkok, makin memacu lidah demi bisa mendengar suara erotis Andrea, pujaannya.     

Iya, kini gadis Cambion itu sudah menjadi pujaan jiwa Dante. Entah sejak kapan. Terjadi begitu saja. Rasa cinta juga sayang pada Andrea telah menyusup secara misterius ke kalbu Dante.     

Kemungkinan jauh sebelum dia memperkosa Andrea dan itu terus terbayang—akan rasa bersalah sekaligus nikmatnya tubuh Andrea—di otak. Dua kontroversi yang selalu Dante rasakan semenjak itu. Sangat membuat dia frustrasi.     

Kini dia telah memetik hasil dari kesabaran menerima perlakuan sengit Andrea. Sang Cambion sudah mulai membuka diri padanya. Bahkan rela disentuh secara intim.     

Lihatlah... Dante tak perlu membelenggu kedua tangan Andrea atau memaksa gadis itu, karena sekarang Andrea sudah membuka kakinya lebar-lebar agar akses untuk lidah Dante makin mudah menjelajahi klitoris dan sekitarnya.     

Dua tangan Dante tak mau menganggur begitu saja. Keduanya dikaryakan pada payudara favoritnya. Kegiatan meremas dan memilin berbarengan dengan lidah yang terus menelisik liar di klitoris dan vagina Andrea.      

Andrea rasanya menggila. Tubuhnya terus menggeliat tak tenang. Otot betis kian menegang. Apakah dia akan sampai pada limitnya? 'Ampuunn! Kenapa enak sekali?! Nephilim sialan! Dante keparat! Kenapa dia piawai sekali membuat kenikmatan seperti ini?! Apakah... dia sudah biasa begini dengan perempuan lain?' Andrea sibuk dengan pemikirannya yang kacau.     

Memikirkan tentang itu, menyebabkan Andrea jadi ingin marah. Ia kesal membayangkan Dante juga melakukan hal yang sama dengan perempuan lain. Namun dia lekas mendapatkan kesadaran. 'Ngapain gue pusing soal itu, cobak?! Emangnya ngapa kalo dia biasa gituan ama cewek laen?! Bukan urusan gue, yekan?!'     

Kembali, dia teringat Dante dan Revka. Oke, tak usah perduli! Tapi... kok kesal itu tidak juga raib? Justru kian bertambah?     

Rasanya Andrea berhak kesal. Berhak cemburu. Berhak meminta hak eksklusif ke Dante bahwa mulai kini hanya Andrea yang boleh disentuh Dante!     

Tunggu! Andrea, kau serius dengan pemikiran kau itu? Jadi sekarang kau... menginginkan Dante secara eksklusif? Hanya untuk dirimu saja?     

Andrea menggeleng. Dilema dan kesal bercampur baur. Sebagai pelampiasan, dua tangannya erat mencengkeram helai legam Dante, menjambak sesukanya sembari Dante terus memberikan kenikmatan tiada jeda.     

Dante membiarkan saja perlakuan Andrea padanya. Justru dia menyukai karena itu pertanda Andrea amat terangsang pada permainan dia. Ahh, Dante... andai kau tau apa yang sedang dipikirkan Andrea, kau akan sibuk menjelaskan macam-macam nantinya.     

Bahkan menjelaskan bahwa kau pernah bersenggama dengan gadis selain Revka? Serius akan mengatakan itu pada Andrea, tuan Nephilim? Siap konsekuensinya? Siapa tau kau akan dilempari bola energi Andrea yang berbahaya. Kau siap, Dante?     

"Haaarrkkhh! Daaannhhh! Danteeeee! Hampirrhh! Hammmpiirrhh! Aarrgghhh... sialan! Kau... hhhh sialan!" racau Andrea sembari terus menjambaki rambut legam Dante. Semoga saja Dante tidak menderita kerontokan dini.     

Coba bayangkan Dante botak.     

Bukannya menjawab atau berikan sahutan, Dante kian agresif beraksi. Lidah dan tangannya sudah cukup memberikan jawaban, bukan?     

"Scllrrpphh! Erllccpphh! Scrrtthh!" Bunyi decapan lidah sang Nephilim berpadu dengan erang dan lenguh Andrea. Apalagi saat dua tangan Dante mulai turun ke bibir vagina dan membuka labia mayora Andrea agar klitoris itu bisa lebih mudah disesap juga digigit-gigit kecil.     

Nona Cambion makin merasa pusing. Pusaran berahi menyelimuti tubuhnya, mengakibatkan vagina basah kuyup akan cairan pelumas. Semuanya disesap Dante.     

Tak apa. Itu bisa dijadikan tambahan kekuatan bagi sang Nephilim agar bisa bertahan di Underworld sekaligus melindungi anak-istrinya.     

Basahnya vagina Andrea mengisyaratkan restu sang Anak di dalam rahim, bahwa dia sudi Bapaknya mendapatkan cairan spesial sang Ibu. Cairan untuk menambah kekuatan dalam porsi besar.     

Bahkan Dante bisa merasakan adanya energi besar bergulir masuk melalui tenggorokan dan mengalir ke sendi-sendi tubuh.     

"Danteeeee! Daaannhhh! Akuuuhh! Akuuuhh!" Geliat pinggul Andrea kian tak tenang diiringi lenguhan menyebut nama tuan Nephilim berulang kali. Dia sudah tak tahan lagi. Ketika pinggul diangkat tinggi-tinggi beserta menegangnya otot betis dan paha, saat itulah dia menjeritkan kepuasannya.     

"AARRGGHHH! DAANNTEEE!" Lalu setelah kejang-kejang kecil, pantat Andrea kembali ambruk ke rumput dibarengi sengal nafas. 'Payah! Kau payah sekali, Andrea! Klimaks cuma gegara jari ama lidah dia doang! Receh lo, Andrea!' Ia merutuki dirinya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.