Devil's Fruit (21+)

Membelai Duka



Membelai Duka

Fruit 381: Membelai Duka     
0

Dante segera datang ke kamar dan mendapati Andrea histeris bersimpuh di depan sesuatu berwarna merah.     

"Andrea!" Dante menggapai istrinya. Lalu dia menengok ke Ruenn. "Apa yang kau lakukan, heh?!"     

Ruenn tampak santai memandang keduanya. "Hanya memberikan hadiah atas kelahiran keponakanku. Itu saja. Hihii!"     

Kenzo dan Druana yang biasa ikut menjaga Andrea pun melesat datang pula.     

Andrea sudah tersedu-sedu di pelukan Dante.     

Druana terperanjat melihat dua potong kepala Oma dan Opa Andrea ada di lantai. "Puteri Ruenn... Anda..."     

"Ya, aku! Aku yang baik hati sudah memberikan kado atas kelahiran keponakanku! Hahah! Bagaimana, Cambion tengik? Bagaimana rasanya kau melihat orang yang kau sayangi mati, heh?" seru Ruenn dengan seringai puas memenuhi bibirnya.     

"Ruenn!!! Kau tega! Tega sekali!!!" raung Andrea dengan wajah berlumur air mata.     

"Tapi aku kan tidak membunuh ibuku sendiri..." jawab Ruenn santai.     

"Puteri Ruenn! Kenapa terus meneror Puteri Andrea pada hal begitu?!" Druana tak habis pikir kenapa Puteri Ruenn begitu mendendam pada Andrea.     

"Kenapa? Kau berani bertanya kenapa padaku, budak?!" Ruenn melotot ke Druana. Iblis medis itu pun terdiam, sadar statusnya yang hanyalah bawahan.     

"Ini sudah sangat keterlaluan, Puteri Ruenn!" Kenzo kini ikut bicara. Ia sangat tidak menduga perbuatan keji Ruenn pada Oma dan Opa. Kedua lansia itu begitu baik padanya selama dia berada di dunia manusia.     

"Aku hanya membunuh kakek nenek orang lain! Bukan membunuh ibuku!" balas Ruenn berteriak. "Kalian semua tak akan paham yang aku rasakan! Kalian semua... BEDEBAH!" Lalu ia pun menghilang.     

Baby Jovano terbangun. Druana lekas menggendong agar tidak menangis. Dante membopong istrinya untuk direbahkan ke kasur. Kenzo hanya bisa diam terpaku di tempatnya. Tak menyangka Ruenn bisa melakukan hal keji.     

Ohh, mereka kan Iblis. Tak ada yang diherankan bila melakukan perbuatan jahat dan kejam.     

Tapi Kenzo tetap tidak membenarkan perbuatan Ruenn. Itu sungguh kejam pada Andrea.     

Sedangkan Andrea masih menangis histeris menelungkupkan wajah pada bantal. Berkali-kali ia menyeru memanggil Opa dan Oma.     

"Ayo, Panglima... kita bawa keluar dulu Jovano agar Tuan Dante menenangkan Puteri Andrea," ajak Druana pada Kenzo.     

Setelah mereka membawa Jovano keluar agar tidak gelisah mendengar suara tangis keras ibunya, Dante sibuk mengelus-elus punggung istrinya.     

"Kenapa? Kenapa aku terus dibeginikan?" ratap Andrea disela-sela tangisnya. "Apa salah Opa dan Oma sampai harus mengalami nasib tragis?" Ia pun menoleh ke Dante. Mukanya kacau oleh air mata dan ingus.     

Dante mengelap semua cairan di wajah istrinya penuh sabar. "Mereka tidak bersalah. Ruenn lah yang salah."     

"Kalau Ruenn ingin balas dendam, kenapa tidak aku saja yang dia bunuh?!" jerit Andrea.     

Sang suami lekas mendekap istrinya. "Dia hanya ingin kau marah dan sedih. Tapi kumohon, kuatkan dirimu, Andrea. Jangan terseret permainan Ruenn. Yakinlah bahwa semua akan baik-baik saja setelah ini."     

Tangan Andrea meremas kuat baju suaminya. Tangis masih belum bisa reda. "Kenapa Opa dan Oma harus menanggung dosaku? Kenapa? Mereka orang yang sangat baik. Mereka lah yang tegar merawatku dari bayi. Mereka tetap menerima aku meski aku begini. Danteee... hiks!" Ia benamkan wajah ke dada suaminya.     

Dante terus mendekap sang istri sembari elus punggungnya penuh sayang. Ia juga syok melihat potongan kepala tadi. Meski dia baru sebentar mengenal kakek dan nenek Andrea, namun dia tau persis kedua orang tua itu sangat baik dan penuh sayang pada Andrea. Bahkan Oma pernah berpesan padanya untuk selalu menjaga Andrea dan anaknya.     

Malam itu sesudah Andrea tenang dan tertidur akibat lelah menangis, Dante mengubur dua kepala itu di belakang Istana Berlian. Memberi nisan dengan menggunakan batu sebesar kucing agar nanti Andrea bisa datang mendoakan.     

Sedangkan di tempat lain, usai mengantar baby Jovano kembali ke boks bayinya, Kenzo merenung di kamarnya. Tiba-tiba dia jadi kuatir pada Shelly. Akankah gadis itu selamat? Bagaimana jika Ruenn juga mengincar Shelly?     

Tanpa pikir panjang lagi, ia pun melesat ke dunia manusia untuk menemui Shelly.     

"Ken!" pekik Shelly senang. Sudah sekian Minggu mereka tidak bertemu.     

"Kau harus ikut aku ke Underworld." Kenzo tegas mengucap.     

"Hah? Ke Underworld?"     

"Ya, agar aku bisa menjagamu tiap saat. Dan kau juga... bisa bertemu dengan Puteri Andrea."     

Shelly mundur satu langkah, merunduk merenungkan kalimat Incubus terkasihnya. Pergi ke Underworld, lalu... berjumpa dengan Andrea.     

Tapi... bagaimana dia meminta ijin pada kedua orang tuanya? Walau dia pun tak tau mereka ada di mana saat ini. Shelly hanya tau kedua orang tuanya sering bepergian bersama keliling dunia untuk urusan bisnis.     

"Ken..." Shelly melangkah maju dan sentuhkan telapak tangan ke dada pujaannya. "Apakah aku dalam bahaya?"     

"Sepertinya begitu."     

"Kau akan selalu menjagaku di sana?"     

"Aku usahakan. Jangan kuatir. Kau bisa menemani Puteri Andrea dan bayinya nanti."     

"Bayinya sudah lahir!" pekik Shelly senang. Rasa rindu langsung saja menyeruak. Ia sampai menangis bahagia. "Iya, bawa aku ke sana. Aku juga ingin bertemu Andrea... dan... ponakanku? Hihi..."     

Shelly sudah mantap. Ia akan ikut Kenzo. Dia akan memberi surat untuk kedua orang tuanya nanti. Toh mereka juga jarang memperhatikan Shelly. Tinggal bilang kalau Shelly pergi hidup bersama lelaki yang dicintai. Ia yakin kedua orang tuanya tak akan ambil pusing dan tetap fokus pada bisnis mereka.     

Malam itu Kenzo membawa Shelly ke Underworld. Sebelumnya, dia sempat memakamkan tubuh Oma dan Opa di sebuah pemakaman umum tanpa ada yang tau. Biarlah nanti ia akan katakan itu pada Andrea sesudah Nyonya Cambion mulai tenang.     

Shelly diberikan kekuatan agar bisa bernafas leluasa di Underworld. Kenzo merencanakan akan meminta ijin pada King Zardakh untuk turut memasukkan Shelly di dimensi khusus nanti bersama Andrea. Ia tak mau kuatir pada gadis itu ketika ia sedang di medan pertempuran.     

Begitu keduanya tiba di Istana Berlian, Kenzo langsung membawa Shelly ke ruangan Andrea.     

"Tuan Puteri, coba lihat siapa yang aku datangkan." Kenzo mengetuk kamar Andrea.     

Ibu muda yang sedang menggendong anaknya pun melangkah ke pintu dan membuka. Wajahnya seketika berseri saat melihat siapa yang ada di sisi Kenzo. "BEBEB SHELLY!!!" serunya gembira.     

Kedua wanita itu saling berpelukan. Shelly menjerit gemas menatap baby Jovano. "Ya ampun, ponakanku! Dia lucu dan tampan sekaliiiii!"     

Kenzo meninggalkan kamar itu, membiarkan Andrea dan Shelly melepas kangen masing-masing. Dante sedang tak ada di tempat.     

Di mana bapak muda itu?     

"Aannghh~" Terdengar desahan di sebuah ruangan di Istana Berlian.     

"Ounncchh~" Desahan lain menimpali.     

Tampak dua tubuh bergumul di atas sofa. Dante di bawah.     

Ruenn ada di atasnya, menggeliat binal sambil mencumbui bibir Dante. "Oummchh... aannghh... kau memang lelaki nakal, Dante sayank... ummsshh..."     

"Kau yang membuatku nakal, sayank... hmmccpphh..." Dante rakus melumat puting Ruenn yang terkekeh senang menggelinjang di atas tubuh Tuan Nephilim.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.