Devil's Fruit (21+)

Tiada Guna Angin Berbisik Syahdu



Tiada Guna Angin Berbisik Syahdu

0Fruit 388: Tiada Guna Angin Berbisik Syahdu     
0

Hari-hari Andrea terasa kosong. Ia pandangi jendela berharap melihat sesuatu yang ia harap.     

Dante?     

Mungkin.     

Melamunkan suaminya kadang membuat Andrea tersenyum sendiri. Teringat masokisnya Dante demi mendapatkan hatinya.     

Padahal dulunya begitu sengit memburu penuh hawa membunuh padanya.     

Apalagi hari-hari di dalam alam Cosmo yang sangat menakjubkan. Alam Cosmo dan alam ciptaan Pangeran Djanh adalah bukti fluktuasi cinta mereka. Benci, rindu, cinta, dan napsu... semua pernah mereka rasakan di sana selama satu tahun penuh.     

"Papamu, Nak..." bisik Andrea sembari menggendong Jovano. "He is a crazy silly guy. Kamu setuju kan, Nak? Dan saking tololnya papamu, dia sampai tukar dirinya dengan Mama. Bodoh, ya kan?"     

Setelah ucapan itu teralun lirih dari bibirnya, Andrea terisak pelan.     

Tak bisa dipungkiri kalau dia menyesalkan yang terjadi. Andai waktu itu dia mau menemui Dante. Andai dia bisa lebih bersabar pada pria itu dan mempercayai perasaan Dante padanya. Andai...     

Bahkan Andrea teringat dia sempat berteriak bahwa dia tidak ingin melihat Dante... selamanya! Tapi, itu hanya ucapan seseorang saat dilanda amarah berlebihan. Andrea tidak benar-benar menginginkan itu. Ia masih ingin bertemu Dante, masih ingin bersama Dante.     

"Hiks! Hiks!"     

Jovano bergerak gelisah di gendongan. Andrea mendekap pilu anaknya. Penyesalan sudah tak ada guna. Dante sudah ditawan di Antediluvian. Entah apakah mereka masih bisa bertemu.     

Rasa rindu sudah menyeruak seenaknya disela-sela isakan.     

Shelly masuk ke kamar Andrea, mendengar tangis sahabatnya. "Ndree..."     

Andrea menoleh ke belakang, ke Shelly sambil berlinangan air mata. "Aku rindu Dante, Shel... hiks!"     

Shelly memeluk Andrea, ikut menangis. Ia turut merasakan sedih. "Iya, Ndree... aku tau. Aku tau, kok... hiks!" Ia paling tidak kuat jika menyaksikan sahabatnya sedih. Ia sungguh-sungguh berduka untuk Andrea yang malang.     

Sang sahabat merasa iba akan nasib Andrea yang masih saja didera duka. Seolah sang takdir terus saja menguji kesabaran Andrea.     

Dari masa kecil Andrea yang susah, kemudian mendapati dirinya memiliki darah iblis dan dikejar-kejar banyak pihak bahkan dilecehkan, lalu hilang selama setahun dan menjadi korban perkosaan dari pria yang dia percaya, kemudian tragedi sang ibu dan menyusul juga mengenai Opa dan Oma.     

Lalu kini... suaminya.     

"Ndre... tabah, yah! Yakini bahwa nanti pasti Dante balik ke kamu ama anakmu. Pasti. Hiks!"     

"Lah kamu napa ikutan nangis, Shel? Hiks!"     

"Mana bisa aku gak nangis kalo liat kamu nangis, Ndre? Hiks!"     

Jovano menggeliat gelisah, merengek lirih, membuat ibunya melepaskan pelukan Shelly untuk memeriksa apakah anaknya butuh sesuatu.     

"Maafin Mama yang payah ini, yah Nak. Andai Mama tidak buang kekuatan Mama."     

Shelly cuma bisa usap-usap punggung sahabatnya untuk menguatkan. Mereka masih saling terisak.     

-0-0-0-0-0-     

Di Antediluvian, Ratu Voira melampiaskan kekesalannya pada benda-benda di dekatnya. Meja, kursi dan beberapa pilar istana porak-poranda akibat amukan sang Ratu.     

Apa gerangan sehingga dia sekesal itu?     

Rupanya semenjak Dante ditawan, dan dibujuk menggunakan cara sensual apapun, Dante sama sekali tidak bereaksi. Batang perkasanya mendadak lunglai tak bisa bangun sama sekali meski Ratu Voira sudah mengerahkan jurus-jurus erotis terbaiknya.     

Pria pujaannya tak bergeming. Tetap diam seperti mayat hidup.     

"Kenapa kau tetap begitu, Dante?!" teriak sang Ratu ketika lagi-lagi Dante tak bisa dipaksa menggaulinya.     

Jika pria memaksakan dirinya ke wanita, itu mudah. Namun, tidak berlaku untuk hal sebaliknya. Wanita takkan bisa memaksakan dirinya ke pria jika pria itu tidak bisa 'bangun'.     

"Kau sudah tau jawabannya, Paduka. Karena aku tidak mencintai Anda." Dante terlihat tenang menjawab tanpa menatap Ratu Voira.     

Sungguh bagai sebuah penghinaan bagi Ratu Voira yang seksi dan banyak digilai pria-pria Nephilim dan banyak Pangeran Iblis.     

Justru pria yang diinginkan tidak tertarik sama sekali, baik secara hati maupun fisik.     

"Tapi kudengar dari si jalang kau pernah menggauli Ruenn keparat itu!" Ratu Voira belum terima akan penolakan Dante.     

"Waktu itu Ruenn memberiku sihir sehingga dia tampak seperti Andrea." Pria itu tetap tenang menjawab.     

"Haruskah aku menyamar juga jadi si jalang itu?" Seketika Ratu Voira bergidik mual membayangkan dirinya harus menjadi Andrea yang ia benci.     

"Memangnya kau sanggup, Paduka?" Dante kali ini menoleh ke Ratu Voira seolah tau pikiran sang Ratu.     

"Grrrhhh!" Geram, akhirnya Ratu Voira menerjang ke Dante hingga mereka terbaring bersama di ranjang. "Bedebah kau yang sudah kena sihir Iblis jalang itu!"     

Dante tetap bagai mayat hidup, diam tak bergerak.     

Ratu Voira tak perduli lagi akan keterdiaman Dante. Dia membuka semua baju dia dan juga baju Dante. Lalu dengan posisi Dante rebah telentang, Ratu Voira mengangkangi wajah Dante.     

"Jilat! Cepat jilat!" teriak Ratu Voira memberikan perintah. "Jilat kalau kau tak mau aku menculik jalangmu lagi, Dante! Jilat yang benar sampai aku merasa enak! Kau dengar itu, heh?!"     

Dante menatap tajam ke wajah kacau Ratu Antediluvian. Andai tatapan bisa membunuh, Ratu Voira sudah terbunuh berkali-kali sejak tadi.     

-0-0-0-0-0-0-     

Peperangan dua hari antara Underworld dan pasukan Nirwana dimenangkan kembali oleh pihak Iblis. Pihak Nirwana banyak berjatuhan korban. Hanya sedikit saja yang berhasil selamat kembali ke Nirwana.     

Para Seraphim mengadakan pertemuan internal.     

"Bagaimana bisa kita kalah dari Iblis?"     

"Kita sepertinya terlalu meremehkan Underworld."     

"Jangan lupa bahwa banyak mantan teman kita di sini telah menjadi penghuni Underworld. Tak heran mereka begitu paham cara mengalahkan kita."     

"Jangan jadikan itu alasan!"     

"Tak perlu menyangkal! Itu kenyataan! Terima saja kita salah langkah."     

"Yang kudengar... Cambion yang melahirkan bayi terkutuk itu sudah kehilangan kekuatannya... sebelum melahirkan."     

"Jadi... mereka sudah tak punya kekuatan apapun?"     

"Benar."     

"Lalu kenapa kita malah berperang?!"     

"Entahlah."     

"Bodoh! Untuk apa berperang jika ancaman untuk kita sudah tak ada?!"     

"Kau pikir aku yang menginginkan perang?"     

"Hei, bukankah kau menyetujui saat ide perang itu berkumandang di sini?!"     

"Aku hanya menyetujui, bukan yang merencanakan!"     

"Bukankah anakmu yang merencanakan perang, Ionolus?"     

Seraphim yang sedari tadi terdiam terpaksa berdehem begitu namanya disebut rekannya. "Yah, memang anakku yang meminta ijin untuk perang ini."     

"Boleh aku mengatakan sesuatu yang kudengar dari informan pribadiku?"     

"Silahkan, Cruixo."     

"Informanku berkata konon anakmu melakukan genosida bagi para Nephilim perempuan yang sudah dinodai Iblis, Ionolus."     

"Oh my Lord!"     

"Astaga! Benarkah itu?!"     

"Ionolus! Astaga tak kusangka anakmu..."     

"Kenapa bisa sekejam itu dia pada rakyatnya?"     

"Tunggu, aku selesaikan dulu ceritaku. Jadi, Ratu Voira mengeksekusi semua wanita yang dinodai Iblis dengan alasan agar tidak ada anak hasil keturunan Iblis merusak martabat bagi para penghuni Antediluvian."     

"Tapi bukan berarti harus dengan cara membunuh mereka!"     

"Benar. Itu tindakan brutal dan berlebihan. Sangat kejam."     

"Ionolus, apakah kau tau tentang ini sebelumnya?"     

"Tidak. Aku tidak tau sama sekali. Dan aku pun sama kagetnya seperti kalian."     

"Ada lagi yang disampaikan informanku."     

"Apa itu?"     

"Bahwa Ratu Antediluvian mengobarkan perang hanya demi ambisi pribadi dia semata."     

"Maksudmu?"     

"Dia menyukai salah satu anak dari Archangel Mikhael. Suami si Cambion. Makanya dia bermuslihat agar bisa melenyapkan Cambion itu dan mengambil anak dari Mikhael."     

"ASTAGA!"     

"GILA!"     

"Bagaimana itu bisa terjadi?!"     

"Keterlaluan! Sangat keterlaluan! Memperalat Nirwana hanya demi ambisi nafsunya pribadi!"     

"Ionolus! Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan! Kau harus tegas!"     

Ionolus sebagai ayah dari Ratu Voira cuma tertunduk lesu. Ia juga tak menyangka anaknya bisa berbuat sejauh itu hanya demi lelaki yang disukai. Mengorbankan banyak pihak hanya demi lelaki. Sungguh keterlaluan.     

"Ionolus, apa yang akan kau lakukan atas anakmu kalau sudah begini?"     

"Iya, Ionolus. Ini benar-benar mencoreng martabat kaum kita!"     

"Ya! Bayangkan jika sampai Tuan Besar tau mengenai ini, kita takkan punya muka lagi di hadapan Tuan!"     

"Lepas jabatannya!"     

"Copot gelar Ratu dia!"     

"Jadikan dia rakyat biasa!"     

Ionolus menengadah, pejamkan mata. Ia tau kesalahan anaknya sudah di luar batas wajar. Susah ditoleransi lagi.     

"Sekarang anak Mikhael dikurung di istana dia untuk memuaskan hasrat pribadinya."     

"Sungguh, jika Tuan Besar tau mengenai ini, jatuh harga diri kita."     

"Ionolus, lakukan sesuatu!"     

"Iya! Ini aku sedang berfikir!" Ionolus terpaksa membentak saking gusarnya. Menghela nafas, ia pun meminta maaf.     

"Besok undang dia ke sini. Kita adili dia dengan seadil-adilnya."     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.