Devil's Fruit (21+)

Dear, Karma



Dear, Karma

0Fruit 391: Dear, Karma     
0

Semua Iblis saling bergumam. Ada sekitar puluhan Iblis di atas telaga, memandang tak berkedip ke Voira yang sibuk menutup tubuhnya dengan cara merendam tubuh hingga leher. Meski itu sia-sia karena telaga kecil itu sangat jernih bening.     

"Kalian! Mau apa kalian, heh?! Iblis laknat!" Voira memandang sekeliling, mendongak sambil lipat dua lengan di atas dada, berusaha melindungi payudaranya dari tatapan lapar yang merubung dia.     

"Mantan Ratu Antediluvian, Voira!" Pangeran Djanh bersuara menggelegar. Semua perhatian langsung tertuju padanya. "Kau kubawa ke sini dan kupertemukan dengan puluhan Raja dan juga Pangeran Iblis dari Underworld. Suatu kehormatan bagimu, man-tan ra-tu Voira."     

Voira menggigit bibirnya, membalas ucapan Pangeran Djanh. "Cih! Kehormatan kepalamu! Lekas kembalikan aku ke duniaku! Kau tentu tak ingin diperangi Ayahku, bukan?! Beliau Tetua Nirwana!"     

Pangeran Djanh goyang-goyangkan telunjuk. "No, no, no... Kau jelas-jelas sudah diusir dari Antediluvian. Dan juga sudah membuat keributan di Nirwana. Jadi, masih bisa sok menggertak aku dengan menyebut ayahmu? Hahaha!"     

Voira ingin menangis. Kenapa nasibnya begini naas? "Itu... itu berita bohong!" Ia masih berupaya membalas Pangeran Djanh.     

"Yah~ anggaplah itu bohong. Tapi kau sudah di sini dan kau milikku, man-tan ra-tu Voira. Hahaha. Nah~ silahkan gentlemen sekalian~ Anda boleh menawar." Pangeran Djanh rentangkan dua tangan usai berdiri melayang. "Kubuka dengan seribu damh."     

"Dua ribu damh!"     

"Dua ribu dua ratus damh!"     

Damh adalah mata uang di Underworld. Kau kira hanya manusia yang punya mata uang saja?     

"Tiga ribu!"     

"Empat ribu lima ratus!"     

"Hahaha! Ayo! Apakah ada yang berani lebih dari empat ribu lima ratus damh?" Pangeran Djanh kembali duduk santai.     

Voira pun paham. Dia sedang dilelang oleh Pangeran Djanh. Sebagai apa? Budak? Pelayan? Kalau istri rasanya tak mungkin. Terlalu indah.     

"Sepuluh ribu damh!" pekik salah satu Raja Iblis memecah sepi.     

"Woaahh! Sepuluh ribu? Adakah yang berani menandingi? Ayolah gentlemen. Ini barang yang sangat langka dan bagus!" Pangeran Djanh memprovokasi.     

"Tiga puluh ribu!" Iblis lain lantang mengucap, membuat rekan-rekannya menoleh ke arah dia. Raja buruk rupa itu tersenyum arogan. Uangnya banyak ternyata.     

"Hei, kau tidak menggunakan uang korupsi, kan?"     

"Apa masalahnya kalau iya, hahaha!" balas si buruk rupa diiringi tawa semua yang ada di situ. Kecuali Voira.     

"Masih adakah yang berani lebih?" Pangeran Djanh kembali menanya.     

Suasana hening meski ada bisik-bisik terdengar lamat-lamat. Mungkin mereka sedang berhitung apakah tabungannya cukup atau tidak.     

"Tiga puluh ribu damh, satu! Tiga puluh ribu damh, dua! Tiga puluh ribu damh, ti--"     

"Lima puluh ribu damh!" Sebuah suara menyeru.     

Semua Iblis menoleh ke sosok yang menawar tinggi.     

"Waahh... Baginda Zardakh..." Pangeran Djanh tersenyum lebar. "Luar biasa..."     

"Humm..." Zardakh menggeram santai. Namun tatapannya tajam ke Voira.     

Mantan Ratu Antediluvian memandang takut ke Zardakh. Namun dia bersyukur karena yang menawar tinggi untuknya adalah pria bersosok gagah dan tampan. Setidaknya jauh lebih baik daripada yang buruk rupa sebelumnya. Ia bernafas lega.     

"Lima puluh ribu damh, satu!" seru Pangeran Djanh. Semua pembesar Iblis terdiam, menimbang-nimbang dulu.      

"Lima puluh ribu damh, dua!" Pangeran Djanh menyeru lagi. Para Iblis masih tak bergeming.     

"Lima puluh ribu damh, tiga! Yak! Baginda Zardakh pemenangnya!" Pangeran Djanh menjulurkan lengan ke arah Zardakh. Semua menggeram kesal. Zardakh memang tergolong raja yang kaya raya meski bukan nomor satu. "Silahkan dinikmati barangnya, Baginda!"     

"Harus di sini? Tak boleh kubawa ke tempatku?" Zardakh memastikan.     

"Maaf, Baginda. Tidak bisa. Sudah ketentuan dariku." Pangeran Djanh membungkuk hormat.     

"Ya sudah kalau memang harus di sini." Zardakh melayang mendekat ke telaga, di mana Voira berdebar menanti nasibnya. Mereka bertatapan. Satu menatap ketakutan. Satu lagi menatap penuh benci.     

Swoosshh!     

Tak disangka, Zardakh ulurkan tangannya ke depan dan muncullah sekitar sepuluh Iblis rendahan buruk rupa. "Nikmati jalang itu sesuka kalian," titahnya pada para bawahannya.     

Iblis-Iblis jelek itu mendekat ke Voira yang menjerit ketakutan, tak mengira bahwa yang akan menyentuhnya bukan Zardakh yang tampan, namun Iblis buruk. Sangat jauh dari kata tampan. Manis pun tidak! Jangan harap.     

"Tidak! Tidak mau! Tiiiidaaaakkk!!!!"     

Sayangnya para Iblis yang didatangkan Zardakh tak perduli. Mereka meraih dan menjambak Voira, menggerayangi tubuh Voira dengan rakus tanpa belas kasihan meski gadis Nephilim itu berteriak meminta ampun.     

"Hei, apakah itu diperbolehkan, Pangeran Djanh?" Salah satu raja Iblis bertanya mengenai Zardakh yang malah mengundang anak buah untuk menikmati tubuh Voira.     

"Tidak mengapa, Baginda Thokar. Yang terpenting dibayar dan dieksekusi di sini. Tak masalah siapa yang mengeksekusi." Pangeran Djanh menyahut santai sambil senyum licik. Uang yang dibayarkan Zardakh tergolong besar bagi Iblis.     

Satu damh sama dengan sepuluh ribu dolar Amerika. Bisa kalian kalikan saja.     

Zardakh menggeram puas menyaksikan para anak buahnya memperkosa Voira secara brutal. "Rasakan itu, jalang."     

Voira menjerit-jerit pilu tatkala kedua lubang selatannya ditembus brutal oleh makhluk-makhluk kiriman Zardakh. Akhirnya dia pun teringat akan Zardakh. Terutama namanya. "Kau! Kau ayah Cambion keparat itu! Arrkghh!"     

Seluruh tubuh Voira terasa ngilu. Dua payudaranya diremas kuat dan kuku para Iblis kadang menggores dadanya seraya mencengkeram. Ia tak bisa terus berkutik dan menjerit karena kadang mulutnya dipenuhi kelamin besar dan berlendir hijau para Iblis yang menggagahi dia.     

Antara jijik, marah, dan juga pilu. Voira tak percaya dia berakhir di sini. Dijadikan koleksi Pangeran Djanh sebagai barang istimewa yang setiap hari dilelang ke para Raja dan Pangeran-Pangeran Iblis agar digauli seharian. Sedangkan Iblis lainnya berhak menonton acara spesial itu.     

Harga diri Voira tercabik tanpa sisa. Dia yang biasanya bergelimang pemuda tampan, kini hari-harinya dipaksa melayani nafsu pria mengerikan dan kasar serta ditonton pula oleh yang lainnya.     

Voira hanya bisa tentram jika waktu pelelangan usai di sore hari dan dia bisa makan serta membersihkan diri di telaga itu.     

Meski tubuhnya tetap terawat, namun martabat sudah lenyap tak bersisa.     

Demikianlah ujung nasib Voira. Menjadi budak seks penghasil uang untuk Pangeran Djanh.     

Pangeran Djanh tak perduli jika nantinya Ionolus, ayah Voira tak terima akan perlakuan dia pada anak sang Seraphim, Pangeran Djanh sudah siap perang. Semua karena dendamnya pada Voira yang sudah berlaku kejam pada Revka.     

"Duhai mantan ratu..." ucap Pangeran Djanh suatu hari pada Voira. "Kalau hargamu kian turun sampai ke titik seribu damh, maka bersiaplah kulempar kau ke hutan kerajaanku. Di sana kau kubiarkan dinikmati para monster yang jauh lebih kasar dan beringas dari pada para raja dan pangeran yang selama ini menggaulimu. Hahahaha!"     

Voira terisak mendengar itu. Rasanya ingin mati tapi dia tak berani bunuh diri. Akankah ia terus mengalami pelecehan tiada henti begini?     

Terngiang ucapan penduduk Antediluvian sebelumnya, bahwa karma akan singgah padanya secepat mungkin.     

Inikah?     

Inikah?!     

INIKAH?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.