Devil's Fruit (21+)

Menunggu Cinta Menjemput



Menunggu Cinta Menjemput

0Fruit 393: Menunggu Cinta Menjemput     
0

"Ken!  Kita kudu selametin Dante. Pokoknya wajib hukumnya!"     

Kenzo yang didatangi Andrea malam itu langsung pakai bajunya, sedangkan Shelly sudah lelap di samping Tuan Panglima.     

"Ada apa, Puteri?" Kenzo bangkit dari ranjangnya.     

Andrea tatap sang Panglima. Lalu ke sahabatnya yang lelap. "Eeuuwwhh~ kalian abis ngapain? Pasti gituan, ya kan?!"     

Kenzo jadi kikuk. "Anu, Puteri, tadi... Shelly minta ditemani tidur karena katanya ada kecoak."     

Andrea putar bola matanya. Ini antara sohibnya yang ganjen, atau Kenzo yang mesum beralasan. Dia pun kibaskan tangan. "Ahh, whatever dah! Gue mo bahas yang penting aja. Udah gue empet dari tadi sore, nih!"     

Kenzo persilahkan Andrea duduk di kursi ruang tidur itu. "Tadi Puteri menyebut soal Tuan Dante, benar?"     

"Kata si mesum Djanhcuwk, Antediluvian udah kagak ada Ratu. Pimpinan kosong di sono." Andrea tertegun sejenak. Ternyata kini segel di pita suara Andrea yang pernah diberikan Pangeran Djanh sudah lenyap sepenuhnya. Ia kini bisa kembali mengucapkan kata apapun sesuka hatinya.     

"Benarkah?"     

"Perlu panggil si cuwk mesum itu, pa?"     

Kenzo menggeleng. "Baiklah, hamba percaya."     

"Kita musti keluarin Dante dari sono. Mumpung Antediluvian kosong pemimpin!"     

"Tapi kalau justru kosong pemimpin malah diperketat penjagaan dari Angels, bagaimana? Bukankah itu bisa memicu perang lagi?"     

"Errrghh~" erang Andrea.     

Shelly sampai terbangun. "Hnghh? Siapa itu?" Dia berusaha bangun dan mengamati sosok yang sedang duduk di dekat kekasihnya. "Andrea?"     

"Udah kamu tidur aja,  Shel. Kalo bangun ntar kamu liat kecoak gede banget, loh!" seloroh Andrea.     

Shelly karuan saja meloncat dan menghambur ke Kenzo diiringi muka ketakutan. Andrea ingin tertawa tapi tak jadi karena justru kesal melihat kemesraan dua sejoli di hadapannya. Yang satu manja ketakutan, satunya lagi menenangkan penuh lembut. Andrea kan jadi baper lihatnya. Dia iri ingin begitu juga.     

"Plis deh, kalian buruan lepas ato gue pisahin pake kekuatan gue, nih!" ancam Andrea dengan muka ala antagonis klise di sinetron.     

"Dih,  Andrea jahat." Shelly bersungut-sungut turun dari pangkuan Kenzo. "Kalian ngobrol apaan, sih?"     

"Ngobrol tentang misi penyelamatan lakik gue."     

"Hah?! Serius, Ndre?!"     

"Iyalah! Emangnya muka gue kurang keliatan serius?"     

"Aku ikut, dong!"     

"Tak boleh!" Kenzo lekas menyahut tegas.     

"Ahaa~" Andrea manggut-manggut seraya senyum dan naikkan alis. "Akhirnya lu setuju juga rencana gue, Kencrut." Ia merasa menang karena Kenzo terjebak pada ucapannya sendiri.     

"Iihh~ Ndrea kok manggilnya Kencrut, sih?"     

"Lah kok protes? Daripada gue panggil sayank, boleh?"     

"Eehh! Jangan!" jerit Shelly.     

"Ken sayaaank..." Andrea malah makin menjadi-jadi menggoda sahabatnya.     

"Jangaaan!  Enggak boleh! Panggil Kencrut aja, iya udah gakpapa!" rengek sang sahabat.     

"Ogah! Kayaknya manis juga kalo gue manggil sayank ke dia, hahaha! Sayaaank... Ken sayaaank... Ahahaha!" Andrea memburaikan tawa puas melihat Shelly kesal.     

Andrea lari dikejar Shelly yang gemas. Ndre, tidak kuatir Kenzo kembali baper padamu? Nakal kamu, Ndre. Dia sudah move on dari kamu, Ndre.     

-0-0-0-0-0-     

"Ngapain ke sini?" tanya Andrea tatkala melihat King Zardakh yang muncul di Istana Berlian. Sudah lama raja Incubus itu tidak datang ke istana mendiang istrinya.     

"Ini istana istriku, dan aku kangen cucuku. Tak boleh kah?" balas King Zardakh membuat Andrea terdiam. Dia bisa saja memberi sanggahan pedas, namun ia tau King Zardakh juga terluka akan tiadanya Nivria. Juga, ayahnya itu telah berjuang melindungi dia berbagai cara.     

Andrea juga dengar dari Pangeran Djanh tentang sang ayah rela keluar uang banyak agar bisa beri hukuman ke Voira atas nama Andrea.     

Baiklah. Mungkin sudah saatnya mereka saling rekonsiliasi serta berdamai. Meski, jujur saja itu masih sulit bagi Andrea walau ia bertekad akan mencoba menerima sang ayah.     

Ndre, jangan sampai terjadi insiden Nivria kedua. Sayangi seseorang sebelum dia meninggalkanmu.     

Maka, Andrea biarkan ketika King Zardakh sumringah menggendong baby Jovano. Sang bayi pun tampak nyaman dalam gendongan kakeknya. Oleh karenanya, King Zardakh gemas dan terus menggoda Jovano dengan memasang tampang lucu, lalu si bayi tergelak kecil berkali-kali.     

"Lihat, dia menyukaiku. Dia tampan, mirip aku. Ahahaa..." King Zardakh berucap bangga sambil tetap matanya tertuju ke Jovano.     

"Ceh! Pedenya nyundul langit," lirih Andrea.     

"Jadi... kudengar kau ingin menyelamatkan suamimu?" King Zardakh masih fokus ke Jovano.     

Putrinya mendengus sembari tersenyum lebar. "Jadi kedatanganmu untuk menanyakan itu?"     

"Juga kangen ke cucuku," pungkas King Zardakh, ngotot.     

"Coba sebut nama cucumu." Andrea lipat dua lengan di depan dada.     

King Zardakh terdiam sejenak, tampak berfikir keras. Aduh, Pak! Jangan sampai tak tahu nama cucu sendiri!     

"Jo... Jovan...no. Benar, kan?" tebak King Zardakh.     

"Wow! Baca pikiran gue, yak?"     

"Tidak perlu." King Zardakh angkat bahu. "Cucuku sendiri yang beritau namanya padaku."     

"Beuh! Dusta."     

"Kembali ke pertanyaanku tadi, Andrea. Kau ingin selamatkan suamimu?"     

"Iya. Dan jangan halangi aku. Jangan cegah aku, atau aku ak—"     

"Siapa juga yang akan cegah kau?" King Zardakh menyahut tanpa melepaskan pandangannya dari Jovano yang masih tertawa-tawa kecil.     

Andrea ingin geram dan mengucap apa yang ada di benak untuk King Zardakh, tapi ia tahan. Ia hirup nafas pelan-pelan agar tenang kembali. "Oke, jadi gue boleh pergi selametin suami gue, ya kan?"     

"Tentu saja. Asal kau bawa Kenzo dan Myren bersamamu."     

"Damn!" Andrea loloskan satu umpatan 'halus'. "Ngapain kudu ajak Myren?!"     

"Karena dia kuat dan bisa melindungimu."     

"Kenzo juga kuat!"     

"Kalau dia lebih kuat dari Myren, tak mungkin dia hanya kujadikan Panglima. Paham?"     

"Bah! Gue pikir kau nepotisme."     

"Oh~ tidak semudah itu, Andrea... Hahaha!" Lalu King Zardakh letakkan Jovano kembali ke boks. "Aku bisa beri kau kekuatan tambahan agar bertahan di sana."     

"Cih! In your dream, old man!" decih Andrea tanpa ragu. "Menerima kekuatanmu sama aja kagak hargai pengorbanan ibu gue. Ogah!"     

"Terserah. Yang penting ajak Kenzo dan Myren."     

"Tapi ntar Myren bakalan ajak pacarnya juga..." rengek Andrea.     

"Pacar?"     

"Itu... yang biasa buntutin Myren."     

"Oh,  itu Ronh. Anak buah kepercayaan Myren, kakakmu. Jadi mereka pacaran?"     

"Dih!  Dasar bapak kagak perhatian, ampe gitu aja kagak ngeh."     

King Zardakh terbahak, bukannya marah. Baginya ucapan Andrea masih tergolong halus dibandingkan Myren. "Aku justru heran kenapa mereka masih ditaraf pacaran, kenapa Ronh belum melamar? Hahaha!"     

Raja Zardakh menghilang di hadapan Andrea yang mendecih.     

-0-0-0-0-0-     

"Ndre, jadi misi selamatin Dantenya?"     

Suatu sore Shelly dan Andrea mengobrol di teras ruangan tengah ditemani teh hangat dan beberapa camilan kue.     

"Iya. Jadi, kok." Andrea menyesap teh hangatnya. "Dua hari lagi berangkat."     

"Tapi, Ndre. Kan kamu udah nggak punya kekuatan." Shelly menggigit kecil potongan cheese cake bagiannya.     

"Tenang aja. Kan gue masih punya kekuatan lemparin benda ke mana aja. Hahaha. Jangan remehin kekuatan terakhir gue itu, loh! Tetep aja fatal, tauk!"     

"Iya, deh. Iya, percaya kamu masih bisa bertarung."     

"Nah itu paham. Hehe..."     

"Cieee... yang ngebet pengen bareng Dante lagi, cieee..." goda Shelly membuat rona wajah Andrea muncul.     

"Dih! Apaan, sih! Kagak, keleus! Gue cuma ogah rawat anak gue sendirian, kok! Dia kan juga kudu ikutan capek, lah!" sanggah Andrea.     

Shelly terkikik karena paham tabiat sahabatnya. "Eh tapi, Ndre. Boleh nitip sesuatu, nggak?"     

"Astaga, Shel! Kami lagi kagak piknik plesiran, oi!"     

Sahabat sang Cambion menggeleng. "Enggak minta oleh-oleh, kok. Cuma~ nitip bawa pulang calon suamiku pulang dengan selamat bareng Dante."     

Andrea mendengus. Senyum terburai di wajah yang terharu akan ucapan sahabatnya. Ia memeluk Shelly saking harunya. "Iya, gue janji. Doain gue, yah!"     

"Hu-um," balas Shelly seraya menepuk-nepuk punggung Andrea.     

Nyonya muda melepaskan pelukannya. "Bentar! Lu tadi bilang apa? Calon suami?"     

"Ho-oh." Shelly mengangguk mantap.     

"Gak boleh!" jerit Andrea. "Kalian kagak boleh nikah!"     

"Ndreaaaa..."     

Dan sore pun diisi dengan perdebatan kembali mengenai Andrea yang masih belum bisa menerima hubungan Shelly dan Kenzo.     

'Dante, tunggu yah! Buruan dandan, gih! Gue mo datang! Hihih! Gaje banget gue sekarang, anjiirr!' batin Andrea sembari masih debat kusir dengan Shelly.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.