Devil's Fruit (21+)

Menyamar



Menyamar

0Fruit 394: Menyamar     
0

"Semua sudah siap?" Andrea menanya ke 'timnya'.     

"Sudah, Puteri." Kenzo mantap menyahut.     

"Hum!" Ini jelas-jelas Myren.     

"Ya, Puteri." Dan ini sudah pasti Ronh.     

Andrea mengangguk puas. Mereka sudah merundingkan semua semalam. Pagi ini harus lekas terbang ke Antediluvian. Kalau ada pesawat jurusan ke sana sih mungkin akan lebih mudah.     

Sayangnya tak ada.     

Atau... mereka tidak tau apabila ada?     

"Ndre..." Shelly pegang lembut tangan sahabatnya. "Masih inget kan janji yang kemarin?"     

Andrea menepuk ringan punggung tangan Shelly yang berdiri menggendong Jovano. "Iya, jangan kuatir. Dah, gak usah mewek. Ntar Kenzo mules gak jadi berangkat liat lu mewek."     

"Ndrea, isshh~ sebel, ah!" Gadis manusia itu mencubit gemas pinggang Puteri Cambion.     

Andrea terkekeh meski sempat mengaduh sebentar.  "Oke, gue berangkat dulu, yak! Kamu di sini aja ama Druana ama para Soth en Roxth. Kalo ada apa-apa, suruh mereka telepati gue. Ternyata tuh ability masih bisa, kok!"     

"Hu-um." Shelly mengangguk.     

"Baby honey bunny..." Andrea dekatkan wajahnya ke Jovano. "Jangan nakal di sini, yah! Tungguin Mamak pulang bawa Papak." Ia kecup lembut pipi dan kening anaknya. Ampun, Ndre, sebutanmu sungguh tidak kekinian.     

Jovano tergelak kecil, lalu diam mengamati ibunya. Siapa tau dia akan bicara sesuatu. Oh, ternyata tidak.     

Kenzo ganti maju menggantikan Andrea, mengecup kening Shelly secara lembut. Memangnya dia akan mengecup siapa lagi kalau bukan kekasihnya? Jovano? Punya hak apa dia atas bayi itu? "Jaga dirimu di sini. Makan yang banyak dan bergizi."     

"Hu-um." Shelly kembali mengangguk tersenyum syahdu.     

"Ini musti berapa jam lagi acara pesta perpisahan kalian?" Myren menginterupsi. "Kalau takdirnya mati, ya mati aja. Nggak usah janji muluk-muluk. Haihh!" Puteri Centaur pun melesat ke udara meninggalkan ketiga orang yang sibuk mengucapkan perpisahan.     

Andrea putar bola mata. "Belom insaf juga dia mulut cabe kritingnya."     

Akhirnya keempat personel penyelamat Dante sudah melesat terbang menuju ke pintu Afrath agar bisa ke dunia manusia dan lanjut ke Antediluvian.     

Namun, baru saja mereka menjejak dunia manusia, sudah ada Pangeran Djanh dan satu orang lagi.     

"Dih! Lama sekali kalian." Orang itu lipat dua lengan di depan dada.     

"Revka?" Andrea melotot tak percaya. Segera saja dia bersiaga akan lemparkan gadis Nephilim itu andai Revka membuat gerakan yang mencurigakan.     

"Iya, ini aku. Kenapa?" Revka naikkan dagunya, seakan masih sengit pada Andrea.     

"Sudah, sudah, ladies..." Pangeran Djanh melerai sebelum ada adegan jambak-menjambak nantinya. "Kalian tak boleh lagi bermusuhan. Revka sayank, Puteri Andrea, tolong saling akur dan bekerja sama mulai sekarang."     

Revka diam sejenak, sama seperti Andrea. Mungkin saling redamkan semua emosi masing-masing. Bagaimana pun Andrea masih ingat jahatnya Revka pada dirinya yang memakai metode ala Ruenn, berpura-pura akrab padahal ingin menusuk celaka.     

"Tuan Puteri Andrea, perkenalkan, ini istri baruku, Revka." Pangeran Djanh berucap sambil tersenyum penuh arti.     

"Hah?! Dia? Istrimu?!" Andrea terbelalak kaget. "Kok-"     

"Cinta menyatukan kami, Puteri. Kami tak bisa lagi dipisahkan." Pangeran Incubus itu menambahkan kalimat yang membuat Andrea tersenyum miring.     

"Gak gue sangka. Yang dulu sok-sokan jahatin gue, sekarang malah terkintil-kintil ama si Djanhcuwk mesum." Mulut tajam Andrea susah di-rem kalau menemukan suasana yang tepat. Maksudnya... tepat untuk nyinyir.     

"Huh! Jangan pancing emosiku, Cambion!" Revka berusaha sabar dan palingkan muka ke arah lain.     

"Bisa kasi tau ini apaan? Kenapa ada Pangeran Djanh dan..." Myren menatap ke Djanh lalu beralih ke Revka. "Kau bau busuk Nephilim."     

Revka sudah akan bereaksi keras jika tidak dicegah suaminya.     

Ya, mereka sudah menikah seusai Revka melahirkan seorang anak lelaki. Bayinya masih berumur sebulan lebih. Dan kini sedang dititipkan pada kuasa ayah Pangeran Djanh.     

Keduanya direstui penuh oleh ayah sang Pangeran karena bayinya memiliki darah unik, yang diharapkan memiliki kekuatan super bila sudah besar. Itulah alasan Raja Huvr menerima Revka sebagai satu-satunya menantu.     

"Mohon maaf, Puteri Myren. Istri hamba memang seorang Nephilim. Namun dia sudah mengabdikan hidup di Underworld, sama seperti Andrea." Pangeran Djanh membungkuk hormat ke Myren.     

"Heh! Siapa bilang gue ngabdiin diri ke Underworld. Lu dasar tukang hoax!" Andrea memotong, ketus. Pangeran Djanh cuma tertawa.     

"Lalu..." Myren amati Revka. "Apa tujuan dan maksud Pangeran serta nyonya kemari menemui kami? Bahkan menunggu kami di depan pintu Afrath!"     

Pangeran Djanh tersenyum misterius. "Kami ingin menyertai perjalanan anda semua ke Antediluvian."     

"Hah?!" Myren terperanjat. "Bagaimana kau bisa ta-"     

"Kebetulan hamba punya banyak informan di segala penjuru dunia." Pangeran Djanh mengemukakan sekilas alasannya. "Saya yakin, jika kita berenam pergi bersama, akan menguntungkan dari segi kekuatan."     

"Apalagi Dante itu sepupuku." Revka menyela.     

"Oh yeah," sahut Andrea. "Sepupu yang lo pengenin." Ia tersenyum diagonal, menyindir Revka.     

"Itu dulu, Cambion bodoh!" pekik Revka kesal. "Sekarang aku sudah menaklukkan Iblis bodoh ini jadi bawahanku!"     

Ya, ya, ya, silahkan saja sebut suamimu sebagai apapun, Nyonya Revka. Toh suamimu hanya terkekeh saja mendengar denial-mu. Mungkin dia sudah menyiapkan apa hukuman untukmu nanti.     

"Sudah, sudah, jangan bertengkar, ladies." Lagi-lagi Pangeran Djanh musti melerai. Kalau benar keenamnya pergi bersama ke Antediluvian, pastikan kau tabah mendengar pertengkaran demi pertengkaran tak jelas mereka nantinya, Pangeran.     

"Oke, aku akan lupakan sejenak urusan kita, Cambion. Sekarang aku akan beritau apa saja tata cara menyelinap ke Antediluvian tanpa menimbulkan kecurigaan warga sana." Revka kibaskan rambut pendeknya yang trendi.     

"Oh, oke." Andrea angkat dua bahu, santai.     

"Pertama-tama, please ganti baju kalian atau mereka akan curiga asal usul kalian. You know, style kami lebih elit dan berkelas ketimbang style kalian yang... agak membosankan." Revka tatap baju dari keempat Iblis itu. "Diam sebentar."     

Semuanya patuh dan tak bergeming saat Revka membacakan sebuah mantra. Lalu tangannya diarahkan ke Andrea.     

Andrea pandangi dirinya dan pegang rambutnya. "Kok kuncir dua? Ini kekanakan banget!"     

"Diam, bodoh!" bentak Revka. "Kuubah wajah dan style-mu supaya kau tidak dikenali sebagai Andrea si Cambion tolol." Nona, kau sedang meluapkan dendam lama atau apa? "Apalagi dua makhluk tolol itu..." Dia menunjuk ke Kenzo dan Pangeran Djanh. "...pernah menyerang Antediluvian. Siapa tau bakal ada yang mengenali mereka, kau tau itu?!"     

"Hei!" Andrea sudah akan memprotes. "I looked stupid!"     

"Yah, kau kan memang bodoh. Ingin Dante bebas, nggak sih? Bawel amat!" tukas Revka tegas.     

Andrea terdiam.     

Lalu Revka tatap ke Myren dan mulai bacakan mantra penyamaran. Sekejap kemudian Myren sudah berganti baju.     

Myren mengamati dirinya dan tersenyum puas. "Wow, ini keren." Ia melirik ke belakang tubuhnya dan terlihat senang. "Ternyata begini dandanan warga Antediluvian. Not bad."     

"Heih!" Andrea kembali bersuara. "Kenapa Kak Myren bajunya asik sedangkan gue kayak gini?!"     

Revka putar bola mata. "Terima aja kenapa, sih? Masih untung aku baik hati bantu kalian biar misi cepat rampung. Style ini sedang tren di Antediluvian." Style yang dibicarakan Revka adalah style ala steampunk leather.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.