Devil's Fruit (21+)

Lacrimosa: Judgement Day



Lacrimosa: Judgement Day

0Fruit 389: Lacrimosa: Judgement Day     
0

Ratu Voira baru saja keluar dari kamarnya ketika Rean menghampiri.     

"Yang Mulia, ada surat undangan dari Nirwana." Ajudannya menyerahkan sebuah surat yang ditulis di daun papirus dengan tinta emas. "Ada cap dari Tetua Heaven."     

Ratu Voira mengambil dan membukanya. Lalu kembalikan surat itu ke Rean. Kemudian ia berjalan tanpa bicara apapun. Mukanya tampak kesal. Mungkin karena Dante masih tak berhasil ia taklukkan.     

"Rean, kirim dua pemuda tampan ke kolam untuk menemaniku mandi." Hanya itu yang disampaikan Ratu Voira sebelum punggungnya menghilang di balik tembok Istana.     

Sang Ajudan hanya hela nafas akan tingkah Ratunya. Tapi tak mungkin dia menolak atau nyawa taruhannya. Maka ia pun bersiap mencari pemuda yang sesuai dengan selera Ratu Voira. Meski tak yakin apakah pemuda itu akan baik-baik saja usai meladeni berahi Ratunya.     

-0-0-0-0-0-     

"Hamba datang menghadap ke para Tetua semua." Ratu Voira sudah ada di hadapan para tetua Nirwana, yaitu para Seraphim yang sangat berpengaruh.     

"Ratu Voira, kami ingin menanyakan beberapa hal padamu."     

"Silahkan, Tetua." Ratu Voira menundukkan kepala sebentar sebagai tanda hormat.     

"Apa pendapatmu mengenai kekalahan kita yang kedua dari peperangan melawan Underworld?"     

Ratu Voira diam sejenak sebelum mulai memberikan jawaban. "Itu memang hal yang sangat mengecewakan. Kita yang dikenal sebagai ras tinggi, ternyata belum bisa melenyapkan Iblis Underworld. Tapi~ perjuangan dan pengorbanan prajurit kita tidaklah sia-sia, Tetua. Bagiku mereka tidak mati percuma. Mereka adalah pahlawan."     

"Begitukah?"     

"Iya, Tetua," sahut Ratu Voira. Ia melirik sang ayah yang diam saja di kursinya. Jadi was-was mengenai pemanggilan dirinya ini.     

"Kupikir kekalahan kita karena kurangnya persiapan yang matang dan terlalu tergesa-gesa. Kenapa kau seceroboh itu, Ratu Voira?"     

"Maafkan keamatiran Hamba dalam hal perang, Tetua." Ratu Voira terpaksa membungkukkan badan. "Ini akan menjadi pelajaran bagi Hamba."     

"Lalu kenapa kau mengeksekusi semua Nephilim yang dinodai Iblis?"     

Ratu Voira bagai tercekik. Bagaimana bisa berita itu sampai di Nirwana? Padahal dia sudah memerintahkan pada rakyatnya untuk tidak secuil pun membocorkan apapun yang terjadi di Antediluvian pada para Angels. "Hamba..."     

"Bukankah itu kejam, Ratu?"     

"Kau berlebihan memperlakukan rakyatmu sendiri, Ratu Voira."     

"Kredibilitas dirimu sebagai pemimpin jatuh kalau kau seperti itu."     

Ratu Voira panik. "Tapi... tapi Hamba melakukan itu demi-"     

"Kami sudah tau alasanmu, Ratu. Tapi tetap saja kami menganggap itu sangat keterlaluan dan kejam."     

"Hamba hanya berusaha menjaga agar ras kita tidak tercemar, Tetua. Harap para Tetua mempertimbangkan alasan Hamba."     

"Dan kau sudah mengetahui mengenai sudah hilangnya kekuatan Cambion itu sebelum melahirkan, namun mengapa kau masih meneruskan rencana perang?"     

"Ha-hamba tak tau, Tetua!" sangkal Ratu Voira sembari menggeleng kuat-kuat agar meyakinkan. "Kejadian itu hanya beberapa jam sebelum penyerangan kita ke Underworld. Jadi tentu saja aku tak tau."     

"Oh ya? Benarkah? Lalu bagaimana dengan rekaman ini?" Salah satu Tetua memutarkan sebuah rekaman yang diambil dari Istana Antediluvian.     

"Ratu, mata-mata kita punya info penting!"     

"Apa itu, Rean?"     

"Cambion itu kehilangan kekuatannya malam ini. Tadi, tepat tengah malam."     

"Lalu?"     

"Artinya dia dan anak yang akan lahir tidak akan jadi ancaman lagi."     

"Hah! Persetan dengan itu! Perang harus tetap berjalan! Usahakan agar Cambion jalang itu tertangkap dan bisa memancing Dante mau kembali ke sini untuk mendampingi aku. Kau dengar itu, Rean?"     

"Bagaimana kalau para Tetua Nirwana tau, Yang Mulia?"     

"Hah! Orang tua bangka seperti mereka takkan tau. Mereka cukup mendukung rencanaku saja. Toh mereka makhluk bodoh."     

Ratu Voira mendelik ngeri menyaksikan rekaman itu. Ia berkali-kali menggeleng. "Tidak. Itu... itu bukan Hamba. Bukan! Pasti ada kesalahan! Atau... ada yang berusaha menjebak Hamba dengan membuat rekaman palsu seperti itu!"     

"Ratu, tak perlu mengelak lagi. Kami punya banyak bukti mengenai kau."     

"Kami tidak sebodoh yang kau kira, Ratu."     

"Haruskah kami putarkan juga rekaman tentang kau yang foya-foya di istana sedang mengumbar syahwat dengan banyak pria juga... Ajudanmu sendiri?"     

Ratu Antediluvian menggeleng. "Tidak! Itu fitnah! Jangan ngawur!"     

"Ratu, sudah berapa manusia yang kau santap usai bercinta dengan mereka?"     

"TIDAK!" Ratu Voira mundur beberapa langkah sembari meremas rambut emasnya. "Kalian semua memfitnah aku! Kalian terperdaya berita bohong!"     

"Sudah kukatakan, bukan. Kami tidak sebodoh yang kau pikir, Ratu. Kami banyak mendapat rekaman mengenai semua aktifitas kau di istana."     

Ratu Voira menyipitkan matanya. "Maksudmu?" Ia sudah tidak menyebut dengan hormat lagi para Tetua. "Kalian semua memata-matai aku?! Benarkah?! Kau... kau... benar-benar tua bangka tak tau malu!"     

"Rasanya sudah waktunya kau melepas gelar ratumu. Kami sepakat itulah hukuman untukmu."     

"Enak saja!" teriak Ratu Voira sambil mendelik gahar. "Ini kudapat dengan susah payah! Enak saja kalian ingin mengambil!"     

"Kami punya kuasa itu, Ratu Voira."     

"Tidak bisa!" tolak Ratu Voira. Ia menoleh ke arah Ayahnya. "Ayah! Katakan sesuatu! Bela aku, Ayah!"     

Ionolus mendesah. "Nak, menyerah saja. Toh kau tidak akan kiamat jika tidak menjadi ratu."     

"TIDAK MAU!" teriak Ratu Voira hingga Rean yang tadinya menunggu di luar pun merangsek masuk ke ruangan.     

"Yang Mulia?"     

"Rean, mereka semua jahat. Mereka seenaknya memfitnah aku!"     

Rean tampak bingung. Ia menoleh ke Ratu Voira lalu ke para Tetua.     

"Wahai Ajudan, tak perlu membela Ratu Voira, karena kami sudah tau semua kelakuan dia. Kami hanya ingin melepas gelar ratu dia saja. Dan dia bebas menjalani hidup sebagai warga biasa Antediluvian."     

"Gelar ini adalah milikku mutlak! Kalian tuli, heh?! Dasar tua bangka semua!" Ratu Voira kalap dan keluarkan kekuatan untuk menyerang para Tetua. Bagaimana dia bisa merelakan kekuasaan yang dia punyai saat ini? Ia sudah nyaman dengan kehidupan sebagai ratu. Terlebih lagi, Dante masih ada di istananya!     

Tapi para Tetua tentu saja lebih kuat dari yang disangka Ratu Voira.     

"Berani-beraninya kau menyerang kami!"     

Salah satu Tetua melemparkan serangannya. Ratu Voira menghindar meski lengannya kena sambaran dan terluka.     

"Paduka!" Rean menghambur ke Ratu Voira, cemas. Lalu menoleh ke Tetua Nirwana. "Tak bisakah kalian mengasihani Ratu Voira? Beliau sudah banyak berjasa bagi Antediluvian."     

"Kami menghargai kesetiaanmu pada Voira, Nona Ajudan. Namun kami harus memberikan jabatan ratu pada orang lain yang tepat dan lebih lemah lembut hatinya."     

Voira kembali lemparkan serangan ke Tetua. Kena. Tetua yang terkena serangan dahsyat Voira pun terbakar dan musnah.     

Keadaan mulai kacau. Para Tetua bangkit dari duduknya dan kerahkan tenaga secara bersamaan ke Voira.     

Voira tau ia akan kewalahan menahan serangan para Seraphim yang kuat.     

Sreettt!     

Voira menarik Rean dan menjadikan gadis itu perisainya. Tak ayal lagi, Rean yang harus menerima serangan dahsyat Tetua Seraphim.     

Rean mengerang kesakitan saat dadanya terhantam serangan para Tetua. Tak menyangka Ratu junjungannya tega mengorbankan dia. "Ratu..."     

Voira melemparkan tubuh Rean ke arah Tetua sebelum dia melesat keluar dari istana Seraphim, berusaha meloloskan diri dari sana.     

Namun, kepakan sayapnya terhenti ketika ada sesuatu yang menahan tubuhnya.     

Sang Ayah!     

"Lepaskan aku, bodoh!" teriaknya pada Ionolus, ayahnya sendiri.     

Ionolus sedih menyaksikan kelakuan asli anaknya. Ia pun tetapkan hati. Tak mungkin lagi berlembut-lembut pada Voira setelah semua ini.     

Seraphim terhormat itu pun melafalkan mantra Angel pada Voira. Anaknya terus memberontak. Lalu tak lama tubuh Voira seperti meledak mengeluarkan banyak cahaya.     

Tetua lainnya melihat Ionolus sedang menghukum anaknya.     

"Gadis itu sudah tersesat."     

"Kasihan. Dia harus kehilangan semua kekuatan dia."     

"Sudah sepantasnya dia dihukum demikian."     

Ya, Ionolus memusnahkan semua kekuatan Voira. Namun menyisakan kemampuan terbang bagi sang anak. Oleh karena itu, ketika prosesi pemusnahan kekuatan Voira selesai, sang Seraphim melepaskan anaknya dan membiarkan Voira terbang menghilang dari pandangan.     

Tetua lainnya menepuk-nepuk bahu Ionolus seolah menguatkan. "Jangan bersedih, kawanku. Doakan saja agar dia bisa kembali mendapatkan sinar terang Tuan Besar."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.