Devil's Fruit (21+)

Bergegas Menuju Antediluvian



Bergegas Menuju Antediluvian

0Fruit 318: Bergegas Menuju Antediluvian     
0

Lagi-lagi Druana tersenyum dan mendekat ke Oma. "Selamat, Nek. Sebentar lagi kau akan memiliki cicit." Ia kedipkan satu matanya secara genit ke Oma yang masih termangu di tempatnya.     

Namun Oma sama sekali tidak merasa haru atau bahagia atas kabar tersebut. Memangnya siapa yang bisa bahagia jika bocah masih sekolah malah hamil?! Bahkan Oma tak tau siapa pelaku yang menghamili cucunya! Apakah tragedi dalam keluarga mereka musti terulang kembali?     

"Druana, ikut aku!" Kenzo lekas berucap pada sang iblis medik.     

Iblis medik itu pun tak bisa mengelak saat Kenzo menyeretnya keluar dari rumah itu untuk bicara.     

"Sekarang katakan padaku mengenai kekuatan sangat besar yang kau sebut tadi." Kenzo sudah berada di luar bersama Druana. Mereka berdua sama-sama melayang di udara di pagi menjelang siang ini.     

"Panglima ganteng, Kenz... apakah kau tidak merasakan banyaknya untaian kekuatan dan energi besar dari tubuh Tuan Putri itu? Dia sangat kuat, Panglima! Bahkan sepertinya dia lebih kuat dari iblis pada umumnya." Druana membeberkan apa yang dia ketahui.     

Kenzo bingung. Sejak kapan Andrea bisa dikatakan sangat kuat begitu. Kemudian, dia teringat akan kehebatan kemampuan bertarung Andrea sewaktu menyerang Dante waktu itu. Serangan-serangan Andrea sangat tajam dan sistematis. Sungguh jauh berbeda dengan Andrea dulunya.     

"Apakah..." Kenzo bertanya-tanya sebenarnya apa saja yang terjadi selama setahun Andrea berada di alam milik Pangeran Djanh? Apakah sesuatu itu telah membuat Andrea menjadi sosok yang kuat dan terampil dalam bertempur?     

"Apakah kau tak tau, Panglima, bahwa Cambion hamil itu kekuatannya bisa berkali-kali lipat besarnya. Tapi itu tergantung janinnya, sih. Jika dari ras manusia, maka hanya 2 kali lipat. Jika ras Iblis, bisa 3 hingga 4 kali lipat, tergantung level Iblisnya." Druana menyambung ucapan Kenzo yang menggantung.     

"Jika Nephilim?" Sebenarnya Kenzo amat sangat keberatan mengucapkan itu. Namun, rasanya hanya itu saja kemungkinan terbesar mengenai misteri kehamilan Andrea. Apalagi jika ditilik dari begitu membencinya Andrea sepulang dari alam milik Pangeran Djanh.     

Alis Druana langsung terangkat dengan bola mata membelalak, sampai seluruh irisnya terlihat. "NEPHILIM! Astaga!"     

"Kenapa astaga?" Kenzo makin penasaran.     

"Itu ... lebih wow lagi, Panglima! Aha ha hah! Tapi masih kalah jika beradu dengan benih Malaikat murni. Nephilim hanya... menambah 7 kali lipat kekuatan saja bagi Cambion hamil. Sedangkan Malaikat bisa 10 kali lipat." Druana malah memaparkan analisa yang ia ketahui dari segala penelitian selama ia hidup.     

Swoosshh!     

"Hei, Panglima Ken! Mau ke mana?!" teriak Druana yang tiba-tiba saja ditinggalkan Kenzo. Sayangnya sang panglima tidak menyahut karena keburu menghilang di pintu langit yang terbuka celahnya dari sibakan tangan Kenzo sendiri. "Tsk! Dasar Incubus, tak ada yang punya sopan santun. Huh! Terpaksa aku pulang sendiri. Tapi... rasanya tidak afdol kalau tidak jalan-jalan dulu di sini, hi hi..."     

Kenzo sudah melayang melesat jauh ke sebuah destinasi. Wajahnya terlihat tegas dan menahan amarah, rahang mengeras dengan geraham saling beradu kuat di dalamnya. Ia menampakkan wujud aslinya.     

Wujud sesosok Panglima Incubus yang tak ada ganteng-gantengnya (sebenarnya), bahkan terkesan menyeramkan, terutama dengan pedang api besar di tangan dan jubah yang berfungsi bagai sayapnya untuk terbang cepat.     

Swoosshh~     

Dreepp!     

Saat ia sudah setengah perjalanan, tiba-tiba ada yang mendampingi dia terbang. Kenzo segera menoleh ke samping. "Pangeran Djanh!" pekiknya kaget.     

Sosok yang dipanggil pun memulaskan senyuman pada wajah tampannya. "Halo, Panglima Kenz." Djanh memanggil nama asli Kenzo bila di dunia Iblis.     

Kenzo segera hentikan lesatannya dan melayang di udara. Pedang apinya ia matikan terlebih dahulu. Djanh ikut berhenti. "Untuk apa Tuan mengikuti saya?"     

"Karena kulihat kau sedang konyol saat ini," jawab Djanh santai sembari lipat dua tangan di depan dada.     

"Konyol?" ulang Kenzo sambil memicingkan mata.     

"Bukankah perbuatan konyol jika kau pergi ke Antediluvian hanya seorang diri? Atau kau sedang baik hati mengantar nyawamu agar ada Nephilim menebasmu dan membuatnya bisa naik ke Surga? Mereka tidak hanya membasmi keturunan Iblis saja, loh! Iblis murni seperti kita juga mereka gunakan sebagai sarana naik ke Surga," sindir Djanh telak.     

Kenzo segera saja buang muka.  Tebakan Djanh memang benar. Atau itu bukan tebakan? Tapi sebuah analisa tepat? "Saya rela mati asalkan bisa membunuh Nephilim keparat itu!"     

"Kupikir bukan suatu tindakan bijaksana jika kau membunuh Dante, Kenz. Apa kau ingin anak Andrea tak memiliki ayah?"     

Kenzo langsung menoleh ke Pangeran Djanh. "Bagaimana Anda-"     

"Ohh, please Kenz... apa sih yang tidak aku ketahui di dunia ini? Ha ha ha..." Tawa Djanh terburai lepas. "Kau lupa bahwa aku diberkahi kemampuan mengetahui segalanya semenjak lahir?"     

Kenzo pun terdiam. Ia baru ingat bahwa Pangeran Djanh punya darah malaikat di tubuhnya. Ya, Pangeran Incubus itu ber-ibu-kan malaikat ras Cherubim. Tak mengherankan kekuatan dia sangat besar dan mumpuni melebihi ribuan saudaranya yang lain, bahkan melebihi sang ayah-Raja Huvr, dari klan Huvro.     

"Apakah itu... terjadi saat Puteri Andrea dan Dante masuk ke dimensi ciptaan anda, Pangeran?" tanya Kenzo, memastikan.     

Djanh mengangguk. Sungguh, andaikan Kenzo bisa meluapkan sedikit saja emosinya, ingin rasanya ia memukul keras wajah tampan Pangeran Djanh. Namun ia tak yakin tinjunya akan sampai ke wajah itu, mengingat betapa kuatnya Djanh.     

"Ayo, Kenz! Aku temani kau ke Antediluvian!"     

Kenzo tersentak kaget. "Pangeran?!"     

"Jangan bengong saja! Mumpung aku sedang bosan tak ada kerjaan. Siapa tau kita bisa menebas separuh dari penghuni di sana, aha ha ha!" Djanh enak sekali berucap. Sungguh, Kenzo ingin sekali membogem muka tampan Pangeran sialan di dekatnya itu.     

"Tidak. Tak perlu membuat huru-hara apapun di sana, Tuan. Misi saya hanya tertuju pada satu orang saja." Kenzo berusaha mengingatkan. Dia memang berencana hanya menemui satu Nephilim saja.     

"Apa kau lupa dia anak siapa?" Djanh tak mau kalah berargumentasi. "Tak mungkin dia tidak dijaga ketat. Keturunan Mikhael yang masih lucu-lucunya, wi hi hiiii..."     

Ya, Kenzo tau itu. Dante memang keturunan malaikat Mikhael, salah satu ras Archangel terkuat. Yang tentunya diperlakukan sangat spesial di alam Nephilim, karena kebanyakan dari para Nephilim biasanya hanya keturunan Angel pada umumnya saja.     

Tak ada jalan lain selain menerima tawaran Djanh. Anggaplah ini salah satu bentuk tanggung jawab Djanh karena turut serta berperan atas kehamilan Andrea.     

Tak berapa lama sesudah menembus beberapa lapis awan, mereka sebentar lagi akan tiba di Antediluvian. Tekanan udara sangat terasa hingga dada Kenzo terasa akan pecah. Kalau dia tidak punya kekuatan sihir yang besar, mustahil dia bisa bertahan pada kondisi demikian.     

Namun itu tidak terjadi pada Pangeran di sebelahnya yang masih saja bisa tersenyum santai seolah tidak mengalami apa yang Kenzo rasakan. Benar-benar perbedaan kekuatan yang sangat jauh. Tak heran Pangeran Djanh banyak ditakuti dan disegani para Iblis tingkat tinggi.     

"Kau siap, Kenz?" tanya Djanh ketika nyaris memasuki gerbang Antediluvian.     

"Tentu saja, Pangeran."     

Dan sang Pangeran pun menjulurkan tangan ke depan, membuat sebuah lingkaran cahaya berisi mantra. Kenzo mengenali itu sebagai Diabolicord. Sejenis sihir kuat untuk menembus pintu masuk dimensi berbeda, dan hanya Iblis-Iblis tingkat tinggi saja yang bisa melakukannya.     

Memang tak sia-sia Pangeran Djanh ikut perjalanan ini.     

Begitu Diabolicord  ditembus keduanya, segera saja hamparan alam destinasi mereka terpampang luas di depan mata.     

Mungkin jika tak ada bantuan dari Pangeran Djanh, butuh waktu agak lama bagi Kenzo menemukan pintu gerbang alam tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.