Devil's Fruit (21+)

Selamat, Tuan. Kau Akan Menjadi Ayah!



Selamat, Tuan. Kau Akan Menjadi Ayah!

0Fruit 319: Selamat, Tuan. Kau Akan Menjadi Ayah!     

Baru saja mereka terbang beberapa puluh kilometer dari gerbang, sudah ada 2 Nephilim yang sepertinya bertugas sebagai penjaga, menghadang kedua Iblis yang siap melesat masuk lebih dalam.     

"Kalian Iblis! Bagaimana bisa masuk kemari?" tanya salah satu Nephilim penjaga, agak terkejut. Namun ketika dia menatap Pangeran Djanh, dia menyadari perbedaan kekuatan mereka.     

"Kami... hanya ingin mengunjungi teman baik kami. Bolehkah kami lewat, Pak Penjaga?" Pangeran Djanh beramah-tamah. "Ayolah... kami datang dengan damai, tak ingin ribut-ribut."     

Kedua penjaga bertatapan. "Tidak bisa! Apapun alasannya, Iblis tak boleh masuk kemari!"     

"Wah, sayang sekali kalau begitu."     

Blaarrr! Glaarrkkh!     

Dengan dua kali gerakan tangan di udara, kedua penjaga sudah berhasil ditebas oleh Djanh tanpa dia bersusah payah menyentuh tubuh para Nephilim tadi.     

Kenzo terbelalak. Semudah itukah Djanh menghabisi lawan? Betapa menakutkan Iblis satu itu. Para Nephilim penjaga tadi bagai tahu sutra yang diiris pisau panas saja! Sekali gerakan dan langsung binasa!     

"Ayo, Kenz... kita cari apartemen Dante. Itu pun kalau dia punya. Atau... mungkin dia ada di kastil jauh di sana?" Djanh menunjuk ke sebuah bangunan terbesar di alam tersebut yang berada jauh berwarna putih.     

Keduanya kembali melesat. Namun ternyata insiden tadi mengakibatkan penjaga lainnya menyadari keberadaan mereka. Pertempuran antara para penjaga dan dua Iblis tak terelakkan, meski sudah bisa ditebak, Pangeran Djanh bisa mengatasinya sangat mudah.     

Dunia Antediluvian mendadak heboh dengan kedatangan dua iblis kuat yang memporak-porandakan keamanan alam tersebut. Kenzo berkali-kali memperingatkan Pangeran Djanh bahwa mereka datang tidak untuk merusuh, agar tidak perlu memicu terjadinya insiden lebih besar nantinya.     

"Tenang saja, Kenz... aku hanya menyingkirkan para penghalang untukmu. Harusnya kau berterima kasih, bukan?" Djanh santai saja mengucap usai ia menebas 3 penjaga sekaligus. Mereka sudah masuk makin dalam ke alam itu, dan Djanh menggunakan kekuatannya untuk melacak keberadaan Dante.     

Kenzo tak bisa berbuat apa-apa atas kelakuan brutal Djanh yang terkadang di luar dugaan. Tidak bisa dipungkiri, bila Iblis membunuh Nephilim, maka kekuatan mereka bisa bertambah, seolah mengisi energi.     

Djanh melacak Dante berdasarkan aroma pria Nephilim yang pernah singgah di dimensi ciptaannya. Itu adalah data penting bagi Djanh, menurutnya. Pangeran Incubus satu itu memang kuat dan cerdas. Sosok yang pantas memimpin para Incubus di masa mendatang.     

Panglima Kenz tak bisa mengelak dari pertempuran dengan para penjaga. Pedang apinya ia ayunkan menebas para penjaga sehingga ia bisa mendapatkan energi tambahan bila berhasil membunuh.     

"Kenz, Dante ada di selatan bangunan putih di sana!" Djanh menunjuk ke arah sebuah bangunan terbesar di alam tersebut yang tadi sempat mereka perkirakan. "Ayo cepat! sebelum lebih banyak penjaga berdatangan!"     

Keduanya pun menggunakan energi baru mereka untuk melesat lebih cepat berkali lipat sehingga dalam hitungan 3 detik saja sudah sampai di depan bangunan tersebut. Kecepatan mereka belum terdeteksi penjaga di bangunan itu.     

Pangeran Djanh melayang ke salah satu arah diikuti Kenzo, kemudian ia sunggingkan senyum lebar. "Ke-te-mu!" ujar Djanh girang sambil melesat masuk menembus jendela besar bangunan tersebut. Kenzo segera mengikuti setelah Djanh membuat lingkaran mantra agar bisa menembus jendela tadi.     

Di dalam, sosok pertama yang ditemui adalah seorang pelayan yang langsung dilenyapkan Djanh tanpa kesulitan sama sekali. Jeritan perempuan Nephilim tadi mengagetkan tuan rumah yang sedang di ruangan lain bersama asisten kepercayaannya.     

Dante segera memburu ke ruangan di mana terjadi keributan kecil. Ia terbelalak melihat siapa yang berdiri di depannya. Erefim yang menyertai, segera melemparkan bola ungu Vreth ke arah Djanh dan Kenzo. Tentu saja Djanh hanya memberikan tepisan tangan pada serangan itu. Erefim terkesima. Serangan sihir kuat milik kaum Nephilim hanya ditangkis tangan kosong saja!     

Saat Kenzo akan memberikan serangan balik pada Erefim, Djanh malah menahan tangan Kenzo. "Tunggu, Kenz. Jangan terburu-buru begitu. Kita kan sedang bertamu."     

"Untuk apa kalian ke sini?!" teriak Dante masih kaget dengan kedatangan dua Iblis di kediamannya.     

"Sudah kukatakan, bukan?" Djanh yang maju. Erefim bersiap maju sebagai perisai majikannya. "Kami hanya ingin bertamu."     

"Omong kosong apa itu?!" Dante mengerutkan dahi. Seketika ia paham perbedaan kekuatan dia dan Pangeran Djanh terlalu besar. Mungkin dia imbang bila dengan Kenzo. Namun bila Djanh? Oleh karena itu Dante tak bisa gegabah atau ia bisa mati konyol.     

"Tidak bisakah kau mempersilahkan kami duduk atau memberi kami minum. Kami haus sekali selama perjalanan jauh. Astaga, kalian ini tidak sopan pada tamu." Djanh malah menggoda tuan rumah.     

Dante menggertakkan geraham. "Katakan apa mau kalian datang kemari."     

"Aku ke sini ingin membunuhmu, Nephilim keparat!" Kenzo akhirnya buka suara. Ia sudah maju meski lagi-lagi Djanh menahannya.     

"Hei, hei, Kenz... sungguh tidak sopan bila mengatakan hal demikian pada tuan rumah." Djanh menahan dada Kenzo. Jelas terasa tubuh itu mulai membara, siap bertempur hidup dan mati. Djanh tersenyum diagonal pada Kenzo yang... membara.     

"Tapi, Pangeran Djanh-"     

Dante tercengang. Rupanya orang ini adalah Pangeran Djanh! Pantas saja fluktuasi energi yang terpancar dari sosok yang memiliki alam ciptaan sendiri itu sangat besar. Dulu dia bertemu dengan Djanh dalam wujud berbeda. "Kau pikir gampang membunuhku, hah?!" Dante mulai meradang menatap sengit ke Kenzo. Rasanya sungguh terhina bila kediamannya mampu ditembus dengan mudah oleh Iblis, makhluk yang ia benci. "Memangnya apa alasanmu ingin membunuhku, Iblis sialan?!"     

Djanh menggeleng-gelengkan kepala. "Apakah kalian tidak bisa berbicara sopan satu sama lain? Atau aku harus menyumpalkan Dovz ke pita suara kalian seperti yang kulakukan pada Andrea manisku?"     

Mendengar nama Andrea disebut, Dante langsung saja tersadar. "Andrea. Apakah... apakah sesuatu terjadi padanya?" Wajahnya mendadak cemas. Djanh menangkap itu dan entah kenapa ia suka.     

Namun belum sempat ada jawaban dari pihak Iblis, di luar jendela sudah ramai para Nephilim yang mengepung meneriaki agar Djanh dan Kenzo keluar. Rupanya para pengawal tingkat atas dunia tersebut sudah datang.     

Karena Djanh dan Kenzo tidak segera keluar, para ksatria pengawal pun memberikan serangan terlebih dahulu hingga ruangan itu jadi berantakan. Tak ada jalan lain bagi dua Iblis untuk menanggapi serangan. Kali ini Djanh tidak bisa terlalu santai. Pengawal-pengawal yang datang bukan jenis remeh seperti sebelumnya.     

Keduanya bertarung cukup sengit. Kekuatan sihir saling dilempar ke lawan. Rupanya kekuatan para pengawal tidak bisa diremehkan. Djanh mulai sedikit serius menanggapi serangan mereka. Sedangkan Kenzo, dia mencari kesempatan untuk bisa membunuh Dante.     

Pertarungan pun terjadi dua kelompok. Yang satu, Djanh melawan para pengawal keamanan. Dan satunya lagi antara Kenzo, Dante dan Erefim.     

"Katakan padaku, apa yang terjadi pada Andrea!" teriak Dante ke Kenzo yang membabi-buta melemparkan serangan bola api dan juga ayunkan pedang api ke arah lawan. "Erefim, jangan bunuh iblis brengsek ini sebelum dia menjawab aku!"     

"Tutup mulutmu dan jangan sesekali menyebut nama Tuan Puteri! Kau tidak pantas, makhluk buangan!" balas Kenzo sembari menangkis serangan Erefim.     

"Apakah dia terluka? Kenzo! Jawab!" Dante masih penasaran. Pasti Kenzo menemuinya sehubungan dengan Andrea. Tak mungkin orang yang ia sebut-sebut sebagai kacung setia Andrea rela datang jauh-jauh ke negeri ini, membahayakan diri sendiri hanya untuk sekedar menemui dan membunuh dia.     

Pasti ada apa-apa dengan Andrea! Dante yakin itu.     

"Tutup mulutmu dan matilah kau, Nephilim keparat! Graaaghh!" Kenzo menyabetkan pedang ke arah Dante yang langsung ditangkis Erefim menggunakan pedang cahaya. Djanh tak sempat mencegah Kenzo karena dia sendiri sibuk menghadapi para pengawal elit.     

"Kalian! Berhrentilah bertempur! Kenzo! Erefim! Berhenti!" Dante berusaha mencegah sang Panglima Incubus dan Erefim bertempur sengit. Namun keduanya seolah menulikan telinga dan terus saja bertarung.     

Djanh mulai kewalahan. Rupanya atmosfir alam tersebut berbahaya untuk Iblis. Tak heran ia lekas lelah dan kekuatannya mulai menguap sedikit demi sedikit. "Kenz! Kita harus segera pergi dari sini!"     

Kenzo melirik ke Djanh saat ia sedang mengadu pedangnya dengan pedang cahaya milik Erefim. Ia juga sadar kekuatannya mulai melemah. Memang tidak boleh terlalu lama di alam yang berbeda atmosfir begini. Sangat membahayakan diri sendiri.     

Sekuat tenaga ia mendorong pedang Erefim menggunakan sisa-sisa tenaga. Djanh sudah berhasil lolos dari kepungan para pengawal dan mendekat ke Kenzo. "Kenz, tak ada waktu lagi. Kekuatan kita bisa habis kalau terlalu lama di sini. Ayo pulang!"     

Pangeran Incubus itu pun membuat sebuah Diabolicord , siap untuk masuk dan menghilang dari sana bersama Kenzo.     

"Tunggu! Katakan dulu padaku, Andrea kenapa?!" tanya Dante frustrasi saat melihat dua Iblis siap memasuki cahaya mantra tersebut.     

Djanh terkekeh. "Selamat, tuan Dante. Anda sebentar lagi menjadi ayah. Semoga anakmu kembar."     

Tepat usai mengucap itu, Djanh dan Kenzo menghilang usai melewati cahaya mantra tadi.     

Dante melongo di tempatnya. Sedangkan para pengawal sibuk menanyai Erefim mengenai kedua Iblis tadi.     

.     

.     

Hingga beberapa waktu lamanya, Dante masih saja termenung di kamar. Kalimat terakhir Djanh terus saja terngiang. 'Selamat, tuan Dante. Anda sebentar lagi menjadi ayah. Semoga anakmu kembar.'     

"Menjadi ayah. Menjadi ayah? Menjadi... ayah? Ayah? Aku?" Dante terus saja mengulang itu dalam gumamannya. "Ayah..." Manik matanya bergerak gelisah. Bayangan Andrea terus saja berkelebat. "Ayah? Aku... akan menjadi ayah? Berarti... Andrea..."     

Braakk!     

"Tuan! Anda mau ke mana?" Erefim kaget ketika jendela balkon kamar majikannya sudah terbuka lebar dan sang majikan telah mengendarai Raven Unipeg[1]-nya, menandakan akan mengadakan perjalanan jauh.     

"Aku ada urusan penting, Erefim! Tak perlu ikut!" seru Dante seraya terbang dengan Unipeg-nya ke arah gerbang alam Antediluvian.     

[1] Unipeg = unicorn-pegasus, seekor binatang mitos, hasil dari gabungan dua binatang mitos: unicorn dan pegasus. Kadang disebut juga Pegacorn.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.