Devil's Fruit (21+)

Diakui Sebagai Cucu Menantu



Diakui Sebagai Cucu Menantu

0Fruit 321: Diakui Sebagai Cucu Menantu     
0

Namun sang Nenek menggeleng tegas. "Tidak, sayank. Kau tidak boleh berlaku kejam begitu! Oma tidak pernah mengajarkan kekejian padamu, sayank!" Oma akhirnya turut terisak.     

Ia memang terpukul ketika tau cucunya hamil. Seakan ini sebuah pengulangan sejarah. Ya, ia yakin sang cucu pun mengalami pemaksaan serupa seperti ibunya dulu. Hamil bukan atas kehendak dan cinta, namun sebuah paksaan dari lelaki, apapun ras-nya.     

"Oma... aku benci dia, Oma... uhu huuu... aku benci diaaaa..." Andrea memaksudkan ke Dante.     

Sosok yang dimaksud pun hanya bisa tertunduk di dekat ranjang. Tubuhnya lusuh dan kelelahan karena perjalanan menuju ke dunia manusia tanpa persiapan. Apalagi sempat diserang Kenzo pula tadi. Bahkan Raven Unipeg-nya binasa terkena tebasan pedang Kenzo.     

"Jangan begitu, Andrea sayank. Bagaimana pun dia ayah dari anakmu kelak. Dan Oma yakin... dia tidak seperti Bapakmu. Dia tampaknya menyayangimu dan mau bertanggung jawab." Oma berusaha menenangkan cucunya.     

Andrea melepaskan sejenak pelukan Oma untuk menatap netra sang Nenek tersayang. "Oma pasti tidak tau... dia... dia yang Oma anggap sebagai menantu... dia ingin membunuhku, Oma! Dia ingin nyawaku agar dia bisa naik ke Surga!"     

"Itu dulu!" potong Dante cepat. Ia mendekat ke ranjang. "Demi Tuhan, itu kebodohanku dulu, Andrea! Sejak kejadian itu... aku sudah tak ingin lagi membunuhmu atau ke Surga! Bukankah aku sudah berulang kali mengatakan bahwa aku sudah tidak ingin nyawamu lagi, Andrea? Kumohon jangan terus berpikiran buruk mengenaiku."     

Oma menatap ke Dante, meneliti pria itu dari atas sampai bawah dengan pandangan menyelidik. "Benarkah kau pernah menginginkan kematian cucuku demi ambisimu sendiri?"     

Dante menunduk, malu akan apa yang pernah ia perbuat sebelumnya. "Maaf, tapi itu sudah jadi masa lalu, Nek. Aku... aku memang salah dan aku... aku sudah tidak ingin nyawa Andrea lagi." Lalu ia menengadah kembali menatap mata Oma. "Aku justru ingin Andrea terus hidup dan besarkan anak kami!" tegasnya bersuara mantap. "Aku... mencintai cucu Nenek..."     

Oma menatap Dante dengan pandangan lembut. Sebuah pengakuan dari Dante menghangatkan sanubari sang nenek. Ya, seperti yang sudah ia duga sebelumnya, Dante memang berbeda dengan ayah dari Andrea yang tidak bertanggung jawab.     

"Apa hakmu menyuruhku begitu, heh?!" lolong Andrea tak terima. "Seenaknya saja kau mengoceh! Kau ini apa, hah?! Kau cuma makhluk asing yang tidak dibutuhkan di sini! Jadi, lebih baik kau pergi saja balik ke kampungmu! Nggak usah sok perduli ama aku!"     

"Ndre..." Shelly menggeleng sembari mendekat dan menggenggam lengan sahabatnya. "Jangan begitu..." Matanya masih basah. Lalu ia duduk di samping Andrea dan memeluknya. "Aku yakin Dante sudah berubah dan dia tidak jahat lagi kayak dulu. Dia... aku yakin dia baik, Ndre... jangan seketus itu padanya... hiks!"     

Andrea tertegun. Kok bisa Shelly ikut-ikutan membela Dante? Pakai sihir apa, sih tuan Nephilim ini? Oma dan Shelly—dua orang tersayangnya—malah memihak ke Dante! "Kalian belain dia?"     

Oma dan Shelly serempak menggeleng.     

"Oma tidak membela siapapun di sini, sayank. Oma hanya ingin kebahagiaan untuk cucu Oma." Kemudian beliau menatap ke Dante. "Kau... siapapun kau... kau harus bahagiakan cucuku, apapun dan bagaimanapun caranya, aku tidak perduli. Meski aku menjadi abu sekalipun, aku takkan tenang dan rela menjadi setan gentayangan jika kau menyengsarakan cucuku ini."     

"Dante," sahut pria Nephilim tersebut sembari genggam tangan Oma penuh haru dan syukur. "Nama saya Dante, Nek."     

"Dante, yah." Oma tersenyum hangat kemudian mengusap kepala cucu mantunya. "Baik-baiklah ke cucu Oma, yah. Panggil Oma saja seperti yang lain."     

"Baik, Oma." Dante tersenyum lega, lalu mengecup punggung tangan Oma. Andrea mendecih sembari buang muka. Shelly menyaksikan itu penuh haru. Bagaimana mungkin gadis dengan perasaan sangat lembut seperti Shelly tidak tersentuh melihat adegan manis itu?!     

Di luar kembali terjadi keributan. Rupanya Kenzo sedang menghadapi Erefim dan Orge—anak buah Revka. Dante terpaksa menengahi mereka. Hal itu membuat murka Revka yang menyaksikan di dekat sana.     

"Kau kembali ke sini secara tiba-tiba dan malah membela dia, Dante?!" pekik Revka tak terima saat Dante meminta Erefim dan Orge mundur.     

"Kuminta dengan serius, kalian pergilah dari sini, jangan lagi ganggu Andrea dan orang-orang di sekitarnya." Dante menatap lurus ketiga Nephilim di depannya. Bahkan kalimat Dante diucapkan dengan suara lemah.     

Revka mendesis kesal. "Kau benar-benar berubah, Dante! Kenapa kau sekarang justru melindungi Iblis jelek itu? Memangnya apa yang dia tawarkan padamu sampai kau berubah haluan begitu?!"     

"Revka, stop menghina Andrea!" tegas Dante ke sepupunya.     

Gadis Nephilim itu makin sengit. "Kau ... berani membentakku hanya demi Iblis murahan di dalam sana?!" jeritnya makin kalap. "Apa kau tak tau apa yang harus aku korbankan untuk memulangkan kamu ke dunia ini lagi?! Apa upayaku tidak lebih baik dari Iblis sialan di dalam sana itu?!"     

"Cukup, Revka!" teriak Dante dengan aura emosi pada matanya. Revka kaget.     

Sementara, di dalam... Shelly menunduk sedih. "Kupikir Revka baik dan teman kita, Ndre. Ternyata dia..."     

"Ceh! Semua Nephilim sama saja, Shel. Sama munafiknya, pura-pura baik di luar, tapi sebenarnya mereka busuk!" tukas Andrea yang sudah lebih tenang, duduk bersandar bantal di kepala ranjang.     

Tak lama, Revka pun pergi dari tempatnya menuju ke kediamannya diikuti Orge dan Erefim yang sudah diperintahkan Dante untuk menemani Revka.     

.     

.     

Di kediaman Revka, gadis Nephilim itu menjerit kaget. "APA?! Iblis keparat bernama Andrea itu hamil anak Dante?!" Mata indahnya melotot bulat-bulat seolah akan lepas dari tempatnya. Erefim baru saja membuka fakta mengenai Andrea.     

"Itu yang hamba ketahui berdasarkan ucapan dari seorang iblis yang menerobos masuk ke alam Antediluvian untuk menemui Tuan Dante." Erefim memaparkan.     

Revka menggeram. Rasanya ia ingin mengamuk. Ia sampai berjalan mondar-mandir di tempat saking emosinya.     

Geraman demi geraman keluar dari mulutnya. Caci maki demi caci maki berderet keluar secara teratur dari bibir indahnya yang berwarna merah peach. Sama sekali dia tidak menyangka jika Andrea bisa hamil oleh Dante.     

"Aku ini kurang apa, coba?! Aku kurang baik dan bagus apa dibandingkan iblis pelacur brengsek itu?! Kurang bagus apa diriku ini? Sialan! Cambion keparat! Cambion jalang tak tau diri!"     

Tangan terus terkepal sebagai tanda gusar. Revka tidak terima. Ia merasa dirinya jauh lebih layak menerima janin Dante.      

Ingin sekali dia mencabik-cabik Andrea dan janinnya. "Iblis sialan! Iblis keparat! Arrghh! Haarrghh!"     

Dhuarr!     

Sebuah meja baru saja diledakkan Revka yang sedang susah mengontrol emosinya. Orge sampai harus repot membersihkannya.     

Sedangkan Erefim hanya diam di sudut. Majikannya hanya menitahkan dia untuk mengawasi Revka.     

"Kenapa bukan aku yang hamil anak Dante?!" lolong Revka kemudian. "Aku lebih pantas hamil anak Dante! Aku yang lebih pantas! Aku lebih bermartabat dan berketurunan baik dibandingkan iblis jalang itu!"     

.     

.     

Di hunian Andrea, dia terisak lirih menangisi nasibnya. Bagaimana bisa dia justru berakhir dengan hamil begini? Bukankah ini sebuah ironi?     

Di saat begini, dia menginginkan adanya Kyuna dan Sabrina. Ia ingin memeluk mereka, ingin berendam bersama mereka di kolam misterius seperti biasanya sambil saling bertutur akan perasaan masing-masing.     

Karena itu, Andrea mendatangi Kenzo yang masih berjaga di balkon kamarnya. "Kenz, boleh aku tanya? Ke mana benda-benda magis yang kamu beliin buat aku dulu? Aku butuh ikat pinggang itu."     

Kenzo terdiam. Dia susah menjawab.     

"Ken?" panggil Andrea karena panglimanya tidak juga memberikan jawaban.     

Mata yang tadinya menghindar dari tatapan Andrea, kini berani mempertemukan dengan manik onix milik sang Cambion. "Puteri... maaf, saya tidak bisa berikan benda itu pada Tuan Puteri."     

"Kenapa?" Andrea ingin marah. "Aku akan bayar kamu untuk ganti uang kamu udah beliin itu semua!"     

"Bukan begitu, Puteri. Anda salah paham."     

"Lalu, jelaskan padaku agar tidak salah paham, Ken!"     

"Benda-benda magis itu... mereka... diambil kembali oleh Tuan Raja."     

Andrea mendadak murka. "KENAPA BAPAK PIIIPPP ITU BERANI AMBIL BARANG-BARANGKU?! APA HAK DIA?!"     

"Karena dia... Tuan Raja yang sebenarnya membeli semua benda itu untuk Tuan Puteri."     

"HAH?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.