Devil's Fruit (21+)

Ganbatte, yah Dan!



Ganbatte, yah Dan!

0Fruit 327: Ganbatte, yah Dan!     
0

Perjalanan tetaplah musti dilanjut, meski banyak rintangan dan berbagai hambatan terus saja menghadang rombongan Andrea.     

Dari serangan para Iblis ras lain, atau pun serangan dari manusia biasa yang terpikat aroma Andrea.     

Untuk manusia, Andrea meminta agar para bawahan ayahnya tidak semena-mena memukul atau melukai mereka. Dia memerintahkan manusia-manusia itu cukup diberi sihir tidur atau pingsan saja.     

Kenzo justru melakukan hal lain. Ia memindahkan manusia yang akan menyerang Andrea ke tempat lain yang sekiranya lumayan jauh namun aman. "Tenang saja, Tuan Puteri. Saya hanya memindahkan mereka ke taman tak jauh dari sini. Setidaknya mereka tidak perlu saya penggal karena ingin menjamah Puteri."     

Andrea melotot sambil pukul ringan dada Panglimanya. "Awas aja kalau kau melukai mereka, Zo!"      

Kenzo hanya terkekeh sembari usap bagian yang ditepuk Andrea.     

Dante buang pandangan ke tempat lain. 'Sialan!', batinnya frustrasi. Apakah memaksa ikut perjalanan ini adalah sebuah kekeliruan? Tidak, tidak. Dia tak boleh menyesali apa yang sudah ia putuskan. Meski Andrea sebenci apapun pada dirinya, ia tetap harus melindungi gadis Cambion dan calon anaknya.     

Dante, semangat! Dan... tabahlah.     

Setelah nyaris seharian penuh mencari pintu Afrath KW terdekat, akhirnya mereka menemukannya di suatu taman kota.     

Sebuah lubang berukuran diameter sekitar setengah tinggi Andrea menganga berisikan pusaran sihir berbentuk lubang cacing. Paham, kan?     

Portal sihir.     

Kenzo dan Iblis lainnya menyebut demikian. Andrea mengamati lubang berwarna biru yang ditengahnya hitam penuh misteri. Seolah menjadikan rasa penasaran akan apa yang ada di seberang sana, bercokol di benak yang melihatnya.     

"Tuan Puteri, portal seperti ini... untung-untungan." Druana buka suara, sementara Succubi lainnya duduk-duduk santai menikmati petang yang mulai merayap dengan mentari sudah bersinar jingga di Barat.     

"Untung-untungan, yah?" ulang Andrea, tertegun. Ada rasa ragu juga takut melihat lubang sihir yang seolah akan menyedot siapapun yang menyentuh.     

"Iya," sambung Druana. "Karena ini bukan pintu Afrath asli yang di Kutub yang bisa dilewati siapapun yang punya daya sihir."     

"Jadi..." Kenzo maju. "Bisa saja portal ini menolak kita? Juga menolak... Puteri Andrea?"     

Druana mengangguk. "Makanya aku bilang untung-untungan. Karena ini diciptakan Iblis level tinggi. Makanya portal seperti ini banyak tersebar di seluruh dunia manusia. Beda dengan portal alami seperti Pintu Afrath."     

"Baiklah. Ayo kita coba peruntungan kita." Andrea memantapkan hati. "Aku duluan yang maju?"     

"Hamba dulu saja, Puteri." Druana menawarkan diri. "Toh Iblis selevel kita tak akan mudah tersedot jika menyentuh portalnya. Jadi kita bisa tau, ini cocok atau tidak, menerima kita atau tidak."     

Andrea mengangguk. Ya sudah, kalau Druana ingin jadi kelinci percobaan, kenapa dicegah? Begitu batinan sang Cambion. Ia mundur membiarkan Druana mendekat ke portal.     

Druana julurkan satu tangannya ke portal yang berputar bagai baling-baling kipas. Tangan terus maju dan menyentuh portal. "Ahh! Bisa!" teriaknya girang. Kemudian ia tarik kembali tangannya ketika tau portal itu mampu 'menelan' tangan tadi meski sebatas jari.     

"Nah, sekarang giliranku mencoba." Kenzo ganti maju ke dekat portal. Ia melakukan hal sama dengan Druana. "Waahh, rupanya portal ini menolakku." Ia tautkan kedua alis, kecewa. Druana ikut kecewa.     

Para Soth dan Roxth ikut mencoba. Ada yang berhasil menyentuh, ada pula yang ditolak sang portal sihir.     

"Aku harus memastikan ada portal yang bisa aku dan Tuan Puteri masuki bersama agar aku bisa tetap melindungi Puteri." Kenzo memaparkan pikirannya. Memang itu yang ia rencanakan. Ia tak perduli apakah yang lainnya bisa masuk atau tidak, asalkan ia dan Andrea dapat masuk bersama. Dengan begitu ia bisa terus mengawal Andrea.     

"Ya, aku paham, Panglima." Druana menyahut. "Keselamatan Puteri adalah yang paling utama."     

Mereka pun lunglai duduk di bangku taman yang tersedia. Suasana sepi karena ini sudah petang mendekati malam. Lampu kota pun sudah menyala. Sudah jelas, portal yang dicari adalah yang bisa dilewati Panglima Kenz dan Puteri Andrea. Para pengawal lainnya bisa masuk dari portal lainnya.     

"Sepertinya kita harus istirahat dulu di sini malam ini." Druana bicara ke Kenzo yang disetujui sang Panglima.     

"Tentu. Puteri pasti sudah lelah." Kenzo menoleh ke Andrea yang duduk di sampingnya.     

Dante? Lupakan saja tatapan penuh cemburunya di kejauhan sana. Dia bisa apa kalau Andrea sudah mengusir agar menjauh?     

"Aku lapar..." keluh Andrea sembari memegang perut.     

"Sebentar, Puteri." Kenzo bangkit. "Aku akan menc-"     

"Biar aku saja!" Tiba-tiba Dante sudah berdiri di depan Kenzo. "Aku akan carikan makanan untuk Andrea..." Ia melirik sang 'istri'. "...dan untuk anakku juga." Seolah Dante menegaskan pada sang Panglima Incubus mengenai status dia.     

"Gak mau!" tolak Andrea tegas. "Ogah banget makanan dari dia!" sungut Puteri Cambion. Mukanya langsung jutek. "Zo, buruan kamu aja lah yang cari makanan."     

"Biar aku yang cari makanan, dan Kenzo..." Dante menjeda, lalu kembali bicara. "... biar dia di sini menjagamu kalau ada apa-apa." Sebuah alasan yang masuk akal, meski Dante benci mengatakan itu.     

Andrea terdiam sebentar, lalu tatap sengit Dante. "Ya udah, sono gih cari makan. Musti yang enak, yah! Awas aja kalo kagak enak, aku buang langsung! Huh!" Ia pun buang pandangan ke arah lain.     

Dante mencoba sabar. Maka, ia pun beranjak dari sana mencari kedai atau restoran terdekat agar bisa mencarikan makanan yang sekiranya disukai Andrea. Ia mencoba mengingat-ingat kesukaan si Cambion. Mengingat-ingat apa saja yang sudah dibelikan Shelly waktu masa pemulihan kemarin.     

Pria Nephilim pun melesat, terbang ke beberapa tempat. Urusan uang... itu gampang. Ia bisa menggunakan sihir untuk mengambil uang dari mesin ATM secara ajaib. Wah, kalau sihir Dante bisa dikuasai penjahat, alangkah bahaya, yah!     

"Puteri, apakah kau tidak keterlaluan memperlakukan suamimu?" Druana menjejeri duduk di samping Andrea.     

Gadis Cambion menoleh ke Druana. "Keterlaluan? Kau harusnya liat gimana perlakuan dia ke aku sebelum ini. Tanya aja Kenzo." sengit Andrea. Dovs yang dulu dilekatkan Djanh pada tenggorokan Andrea, sudah mulai luntur, makanya akhir-akhir ini bahasa Andrea sudah mulai pulih, meski belum bisa mengumpat selancar dulunya.     

Namun, Andrea tidak menceritakan pada mereka semua mengenai bagaimana dia intim dengan Dante selama di alam Pangeran Djanh.     

"Tapi dia sekarang sudah berusaha menebus dosa-dosa dia ke Puteri. Alangkah lebih bagusnya kalau kalian kompak dan hadapi ini bersama. Kurasa anak di perut Puteri juga pasti setuju dengan saranku ini." Druana masih berupaya mendamaikan Andrea dan Dante.     

"Tsk! Biar aja dia menebus dosa seumur hidup dia. Sikapku begini ya begini!" Andrea sudah masuk ke mode keras kepala.     

Kenzo melirik dua gadis di dekatnya. Ia bisa memahami perasaan benci Tuan Puterinya. Kemalangan Andrea yang terlahir sebagai Cambion tanpa ia minta, lalu dikejar-kejar hendak dibunuh, dan kemudian berakhir dengan pemerkosaan yang berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan yang akhirnya makin memperumit hidup gadis itu.     

Wajar bila Andrea benci Dante hingga ke DNA.     

Tak lama kemudian, Dante datang kembali ke hadapan Andrea. Ia membawakan sekotak besar pizza, 2 potong besar tiramisu, 2 porsi nasi kebuli, dan sebagai minuman ia membawakan jus melon dan milkshake coklat.     

"Apakah ini cukup, Andrea? Kalau kurang, aku akan cari lainnya lagi." Dante menyerahkan semua bawaan ke Andrea.     

Gadis itu terbelalak melihat isi bungkusan dari Dante. Tapi kemudian dia berdehem. "Ehem! Kau pikir aku ini manusia karung atau apa, heh?!" juteknya ke Dante. "Sudah, ini aja! Tsk! Dasar Nephilim bodoh." sungutnya sambil terus menatap makanan yang ada di pangkuannya.     

Dante diam saja. Ia mencoba sabar meski dimaki seperti apapun oleh Andrea. Druana pernah bilang kalau wanita hamil kadang memang kasar dan sengit pada bapak si anak. Apalagi Dante memang berniat menebus dosa dia semuanya dengan tetap tabah menerima apapun perlakuan Andrea padanya.     

Ganbatte, ya Dan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.