Devil's Fruit (21+)

Ketidakhadiran Rogard



Ketidakhadiran Rogard

0Fruit 328: Ketidakhadiran Rogard     
0

Andrea makan sungguh lahap malam itu. Ia tak bisa membagi pada para pengawalnya karena memang itu bukan makanan para Iblis. Lalu Dante makan apa? Oh, Andrea tak ambil perduli soal itu.     

Tau sendiri, kan... makanan asli untuk Dante sebagai Nephilim adalah daging manusia. Bisa berupa yang segar atau sudah menjadi mayat. Meski Dante sudah lama meninggalkan kebiasaan makan yang seperti itu. Meski Dante sudah biasa makan daging binatang sejak di alam milik Djanh.     

Andrea tidak perduli.     

Maka, Tuan Nephilim pun melayang mencari daging lainnya. Tikus. Untung saja ada banyak di taman kota itu. Psstt! Jangan beri tau Andrea apa yang dimakan Dante. Bisa-bisa gadis itu tak mau dicium nantinya. Uhuk!     

Sementara Andrea sibuk makan, beberapa Succubi mulai berkeliaran mencari mangsa untuk suplai energi. Mereka bergantian pergi.     

"Kita harus cari penginapan untuk Puteri." Kenzo menyuara. "Druana, kau di sini jaga Tuan Puteri, aku akan cari hotel."     

Tepp!     

Tangan Andrea menahan lengan Panglimanya sebelum Incubus itu terbang melesat. "Tak perlu mencari hotel, Zo. Itu terlalu lebai. Mendingan sulap aja ini tempat jadi lebih nyaman."     

"Tuan Puteri yakin?" Kenzo memicing, sangsi. "Tuan Puteri sedang hamil. Dan juga lelah. Butuh tempat yang sangat nyaman agar penat Puteri bisa hilang."     

Andrea kibas-kibaskan tangan. "Udah nurut aja apa kataku. Sulap aja tempat ini jadi semacam kamar darurat atau apa kek, yang ada ranjang springbed. Dah, gitu aja udah nyaman, kok!"     

Kenzo mengalah. Apa sih yang tidak untuk Tuan Puteri dia?     

Panglima itu pun menggunakan sihir untuk memagari spot beberapa radius meter agar tidak ada manusia biasa yang bisa masuk, kemudian menciptakan kasur busa yang sangat nyaman sehingga Andrea bisa langsung rebah nyaman sambil menghabiskan makannya.     

"Umm... asik banget!" seru Andrea girang. "Boyokku udah hampir copot rasanya, hahaha!"     

"Kenapa Puteri tidak bilang dari tadi?" Druana ikut bicara dan duduk di sebelah Andrea di tepi kasur.     

"Kyehehee..." Sang Cambion meringis inosen. "Kalau aku bilang pasti kalian bakalan heboh cemas. Ya, kan?"     

"Puteri," sahut Kenzo. "Lain kali jangan pernah ragu untuk mengatakan apapun keluhan Puteri. Jangan ditahan kalau memang sakit atau capek."     

"Memangnya capek bisa bikin aku mati mendadak, kah? Ceh!" decak Andrea agak kesal. Ia malas jika dirinya malah menyusahkan sekitarnya. Ia tak suka menjadi beban siapapun.     

"Sudah, sudah,  tak perlu diributkan..." Druana menengahi. "Nah, karena punggung Puteri terasa penat, bagaimana kalau Puteri menerima hadiah dariku?"     

Ting!     

Tiba-tiba di dekat kasur sudah teronggok sebuah kursi pijat besar.     

"Wuaaahhh!" Andrea sampai ternganga senang. Ia langsung letakkan kotak pizza ke kasur demi mendatangi kursi pijat hadiah Druana. Gadis itu pun segera duduk di benda yang seketika beroperasi memijat tubuh belakang Andrea.     

Jangan dikira keadaan tentram damai sentosa begitu saja. Para Iblis pemburu kekuatan mendatangi tempat di mana Andrea beristirahat. Maka jadilah malam itu cukup melelahkan bagi para pengawal Andrea. Mereka berjibaku dengan ratusan Iblis yang menyerang.     

Kenzo sampai terpaksa mengeluarkan pedang jenis Grovder, yaitu pedang yang dimiliki para Ksatria Incubus. Jika para Pangeran Incubus memiliki pedang Gharada, maka Ksatria-nya punya pedang spesial untuk mereka sendiri.     

Kenzo menamai Grovder-nya yaitu Velaxz.     

Kenzo terus mengibaskan Velaxz ke arah Iblis-Iblis ganas yang terus berusaha menjangkau Andrea. Sedangkan Cambion itu tetap di 'kamar' ciptaan Panglimanya, para pengawalnya berkeliling sebagai pagar hidup untuknya.     

Dante juga tak mau kalah, akan mengeluarkan pedang pribadinya. Ohh, jangan bayangkan pedang spesial yang ada di bawah perutnya. Itu beda lagi penggunaannya. Ini dia memiliki pedang untuk bertarung yang ia namai Rogard.     

Namun, dia lupa bahwa Rogard masih di alam Cosmo.     

Karena tidak bisa menghadirkan Rogard, Dante pun menggunakan tenaga Vreth untuk menggempur para lawannya. Bola Vreth dan juga cambuk Vreth.     

Baiklah, kembali lagi ke ajang pertempuran pengawal Andrea versus Iblis penyerang. Meski sudah ketahuan mana pihak yang menang, bukan berarti itu pertarungan mudah. Mereka semua kelelahan, tak terkecuali Kenzo. Iblis yang datang kali ini lumayan berlevel tinggi, bukan kelas keroco lagi seperti sebelumnya.     

Itulah alasan kenapa ia sampai mengeluarkan Velaxz-nya.     

Rupanya berita mengenai Andrea dan kekuatan besar yang ia miliki tersebar di kalangan Iblis pemburu. Tak heran jika mereka selalu saja berdatangan silih berganti mencoba memakan jiwa Andrea demi sumber kekuatan.     

"Rasanya malam ini akan jadi malam berat untuk kita, Panglima." Soth 1 bicara ke Kenzo. Tubuhnya terlihat letih setelah bertarung dengan ratusan Iblis.      

"Kau benar," jawab Kenzo dengan kondisi yang nyaris sama dengan Soth 1. "Bisa-bisa kita harus kembali berjalan malam ini untuk mencari portal sihir lainnya." Kemudian Kenzo menoleh ke Druana yang berusaha memberikan sihir medisnya ke beberapa Roxth dan Soth yang terlihat paling lelah. "Druana, bisakah kau cari koordinat pintu portal sihir lainnya terdekat di sini?"     

Druana yang sedang memulihkan Meowth pun menoleh ke arah sang Panglima. "Tunggu sebentar, Panglima tampan. Setelah aku selesai dengan Meowth."     

Tak sampai 5 menit, Druana pun mendekati Kenzo. Ia menyentuh kedua pelipis sambil berkonsentrasi menutup mata. "Ungghh... portal terdekat... mmhhh... ada... sekitar 20 kilometer di arah Tenggara. Sepertinya itu... hutan buatan."     

"Aku akan menggendong Puteri supaya dia tidak kelelahan berjalan sejauh itu." Kenzo mengambil keputusan. Tak mungkin ia tega membiarkan Andrea berjalan sejauh 20 kilometer dalam kondisi begini.     

"Araraa... Panglima... apa kau sudah lupa? Puteri tidak bisa digendong terbang." Druana mengingatkan.     

"DAMN!" umpat Kenzo kesal.     

Andrea yang mendengar percakapan dua Iblis itu pun berujar, "Gak apa. Aku bisa kok kalo cuma 20 kilometer. Aku ini kan kuat! Apalagi biasa ikut naik gunung dari SMP." Ia memaksakan tersenyum meski nyeri di punggung bawahnya masih terasa. Tapi tak mungkin ia mengatakan atau perjalanan akan tersendat.     

"Puteri, kau yakin?" Druana menatap sangsi yang hanya diberi respon cengiran Andrea. "Kalau begitu, sini aku beri penguat tambahan untuk Puteri."     

Druana membimbing Andrea ke kasur, merebahkan Andrea secara tengkurap, kemudian Druana mengalirkan energi sihir spesial ke punggung hingga kaki Andrea. "Semoga saja ini bisa membantu menopang tubuh Puteri selama berjalan nanti. Akan terasa hangat berganti dingin yang akan dirasakan Puteri. Jangan kuatir, itu memang begitu. Akan melegakan Puteri dari capek dan nyeri. Semoga."     

"Makasih, Druana..." Andrea urai senyum manis ke Druana. Iblis medik itu selalu saja membantunya. Andrea sangat berterima kasih akan bantuan Druana selama ini.     

"Sebuah kehormatan bisa memberikan bantuan pada Tuan Puteri dari King Zardakh," sahut Druana balas tersenyum.     

Perjalanan dilanjutkan. Kamar buatan Kenzo beserta isinya dilenyapkan. Semua kembali berjalan ke arah Tenggara seperti yang disebut Druana.     

Apakah pintu portal yang mereka tuju bisa menerima Andrea?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.