Devil's Fruit (21+)

Gelitik Tarian Dua Puspa



Gelitik Tarian Dua Puspa

0Fruit 330: Gelitik Tarian Dua Puspa     
0

"Ndre... baumu... enak..." bisik Shelly yang kemudian merunduk untuk mendapatkan bibir Andrea. "Urrmmcchhh... Ndree—mmrrffhhh..."     

Tak diragukan lagi... Andrea kaget luar biasa. Tak menyangka sahabatnya berbuat demikian. Tapi... tangan Andrea bukannya mendorong Shelly, justru menahan tengkuk sang sahabat dan memperdalam ciuman. "Urrmmpphh... beebb... mmrrsscchh..."     

Keduanya larut dalam cumbuan mesra. Tak hanya itu saja. Masing-masing juga saling meremas payudara satu sama lain, menciptakan lenguh demi lenguh yang berkejaran dengan nafas memburu keduanya.     

Andrea bergerak cepat dan rebahkan Shelly agar dia bisa lekas menyesap puting Shelly. Ia sendiri tak paham kenapa berbuat demikian anehnya. Padahal perasaan spesial dia pada Shelly sudah menguap semenjak dia di alam milik Djanh, namun, kenapa ini bisa mengalir begitu saja? Seolah Andrea tidak keberatan hal begini terjadi.     

"Arrngghh! Ndreeaaa..." erang Shelly sambil pejamkan mata dan dongak jauh ke belakang tatkala putingnya dihisap kuat Andrea. "Armmhh... mmmgghhh..." Diremasnya helai pekat Andrea sebagai pelampiasan rasa nikmat yang berkedut di seluruh tubuh.     

"Arrlhhh... ermmcpphh... aarrmmghh..." Andrea terus bersemangat pada kedua puting Shelly, dan lidahnya sesekali menggoda benda mungil tegang di puncak dada sang sahabat. Hisapan kuat bergantian lembut terus diberikan seraya satu tangan merayap ke area bawah tubuh Shelly.     

"Ouuwwrrghh! Aaannghhh... Ndreee..." Memekik kaget lalu melenguh lirih sewaktu tangan Andrea menyentuh benda paling sensitif yang ia punyai. Klitoris.     

Tangan Andrea terus mengelus benda spesial itu meski mulutnya terus mengeksploitasi puting dada Shelly. Nafas keduanya memburu. Shelly bahkan kian melebarkan kaki agar memudahkan Andrea mengakses daerah intimnya.     

Jari Andrea mulai masuk ke sebuah lubang, mengakibatkan rintihan manja Shelly terurai bebas di udara. "Ndreaaa... Ndreeee... auuunngghhh... haaanghh..." erangan Shelly dibarengi geliat tubuh yang terus bergerak tak tenang akibat ulah tangan Andrea.     

Andrea jadi gemas sendiri mendengar suara erotis sahabatnya. Ia sudahi jajahan mulut pada dada Shelly, dan kini ia rundukkan kepala ke area selatan sang sahabat.     

"Eerrmmcpphh... aallrrthhh..."     

"Haaangghh! Aaannghh! Ndreee! Aarrhhh..."     

Shelly kian kelojotan begitu mulut Andrea memberikan serangan pada klitoris, sementara jemari sang Cambion aktif keluar masuk di liang vagina yang kian basah.     

"Ndreeeaa! Ndreeaaa!" Shelly naik turunkan pinggul sebagai pertanda berahi sudah memuncak. Ia meremas sendiri kedua payudaranya sambil tegangkan otot kaki. Ada sebuah sensasi yang ingin membuncah bebas.     

Andrea kian agresif. Cumbuan pada klitoris dan kocokan jemarinya kian digilakan. Kian hardcore, mengakibatkan Shelly kian meracau dengan suara keras tanpa malu-malu.     

"Ndrea! Ndreeaaa! Enak banget! Enaakk! Akuuhh! Akuuugghh! Ndre--AAARRGHH!"     

Dan gadis manusia itu pun menyerah, mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya, kemudian kejang-kejang kecil lalu ambruk lunglai dengan nafas tersengal. Peluhnya membanjir, sama seperti liang vaginanya yang tumpah ruah mengeluarkan cairan nikmat.     

Andrea menyesap cairan tersebut tanpa ragu meski Shelly teriak-teriak mengatakan geli karena tak nyaman dalam mode antiklimaks.     

"HAH?!!" pekik Andrea tiba-tiba. Ia bangkit terduduk. Peluh meleleh di sekujur tubuh.     

"Ada apa, Puteri?" tanya sebuah suara. Druana.     

Andrea seketika menoleh ke Druana yang sedang duduk di tepi ranjang ciptaan Panglimanya. Ia menoleh ke samping. Tak ada siapapun selain dia dan Druana saja di kasur busa itu. Ia pun meneguk ludah. Lalu... di mana Shelly?     

"Aku... aku dari tadi... tidur?" tanya Andrea setelah ia toleh sana-sini memastikan ia benar-benar tak menemukan sosok Shelly.     

Druana mengangguk. "Iya, Puteri tertidur dari tadi. Ini sudah hampir subuh. Memangnya kenapa, Puteri?"     

Cambion itu pun menggeleng. "E-enggak. Tak ada apa-apa. Cuma... kaget. Aku—beneran tidur sendiri kah di sini tadi?" Andrea hanya ingin memastikan suatu hal.     

"Iya, Puteri. Anda tidur sendiri saja di sini sementara kami semua bergantian menjaga Puteri di sekitar ranjang." Druana agak bingung juga dengan pertanyaan Andrea.     

"O-oohh... ya sudah kalo gitu." Andrea kembali rebahkan diri ke kasur. 'Rupanya itu hanya mimpi. Astagaaaa... mimpi gilak! Gilak! Gilaaakk!' Ia sibuk membatin dan merutuk.     

Para Soth dan Roxth saling berpandangan. Mereka tentu bisa mendengar suara hati Andrea. Beberapa dari mereka tersenyum simpul. Rupanya paham apa yang baru dialami anak junjungannya.     

'Hei kalian,' Andrea melakukan telepati ke para Soth. Ia mencegah Kenzo bisa mendengar telepati tersebut. Kalau Druana, terserah saja tau atau tidak. 'Katakan padaku, apakah jika aku mimpi mesum dengan seseorang, orang tersebut juga mimpi sama sepertiku?'     

'Biasanya demikian, Puteri,' sahut Soth 2.     

'Tapi bukannya konon golongan Succubi hanya anuan ama cowok saja di mimpi?' Andrea masih mengejar dengan pertanyaan.     

'Memang seharusnya demikian, Puteri.' Kini salah satu Roxth menjawab. 'Mungkin karena kondisi Puteri yang istimewa, makanya bisa terjadi demikian.'     

Andrea bungkam. Meringkuk meski mata tak bisa terpejam lagi. Berarti kemungkinan besar Shelly di seberang sana juga mengalami mimpi yang sama sepertinya.     

ASTAGAAAA!     

Gadis Cambion itu segera menutup mukanya yang sudah merah padam. 'Gimana aku nanti kalo ketemu ama bebeb, cobak?! Gimanaaa???!!!'     

Di tempat lain, ada gadis yang terbangun dengan peluh sekujur tubuh dan wajah merah padam. bahkan celana dalamnya saja basah.     

"Ya ampun... mimpi gila apa aku barusan? Kok ama... Andrea?" gumam Shelly penuh heran. Sekaligus malu sendiri karena mimpi mesum dengan sahabat. Baginya itu sesuatu yang amat memalukan.     

Secuilpun dia tidak pernah berharap bermimpi sevulgar itu dengan sahabatnya sendiri. Karena ia punya sosok idaman lain yang ia harapkan muncul di mimpinya. Dan itu bukanlah Andrea. Tentu saja bukan! Sosok yang pasti di luar perkiraan siapapun.     

"Bagaimana nanti kalau aku ketemu Andrea, ya ampuunn!" Shelly menutup erat-erat wajahnya. "Aku pasti gak sanggup ketemu Andrea! Gak sanggup!" Ia geleng-gelengkan kepala.      

.     

.     

Kini semuanya kembali bergerak begitu pagi menjelang.     

Perjuangan mencari pintu portal sihir harus terus menjadi hal utama agar bisa mengirim Andrea ke Underworld.     

Meski dalam pencarian itu harus terus tanpa lelah bertempur dengan Iblis lain, para pengawal Puteri Cambion tetap menjalankan tugas dari Baginda mereka, Raja Zardakh.     

"Puteri, apakah kau lelah?" tanya Kenzo di tengah perjalanan. Mereka sudah separoh jalan menuju koordinat portal yang ditunjukkan Druana.     

Andrea menggeleng. "Enggak." Gadis itu tersenyum, menutupi rasa lelah yang aslinya sudah terasa semenjak setengah jam lalu.     

Hamil membuat Andrea lebih lemah dari biasanya secara fisik. Meskipun demikian, sebenarnya kekuatan di 'dalam' justru sedang meningkat. Mungkin 'itu' lah yang banyak menyerap energi Andrea.     

Sang Puteri sengaja tidak mengatakan mengenai lelahnya karena tak ingin menghambat perjalanan ini. Mereka harus lekas sampai di destinasi. Sudah 2 portal menolak. Diharapkan, portal ketiga bisa lebih fleksibel menerima mereka semua.     

Meski lelah fisik, Andrea masih bisa mengendalikan sedikit kekuatan sihirnya, termasuk memblokir telepati agar pikirannya tidak dibaca para Succubi.     

Sedangkan Dante, sedari tadi terus berada di belakang Andrea. Gadis itu sudah lelah menghardik tuan Nephilim agar jauh-jauh darinya, toh Dante tetap bandel ingin berada dekat dengan ibu calon anaknya. Entah Dante ingin berdekatan dengan sang anak atau ibunya. Mungkin keduanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.