Devil's Fruit (21+)

Terperosok



Terperosok

0Fruit 333: Terperosok     
0

"Yeah, kau benar. Kami punya kekuatan sihir." Javier menjawab. "Aku mendapatkannya dari lahir. Hans dan Rudy juga. Hanya Faruq dan Vasco yang mendapatkan ketika mereka remaja."     

Yang disebut oleh Javier hanya mengangguk mengiyakan ucapan Jav, seolah pria bule itu pemimpin mereka.     

"Lalu kalian... masuk bersama-sama, atau--" Andrea masih penasaran asal-usul ada 5 pria di area ini.     

"Kami tidak sama-sama. Hanya bertemu saja di sini, lalu memulai pertemanan." Kali ini Vasco yang menyahut.     

"Tidak bersama-sama?" Andrea naikkan alis, keheranan. "Memangnya kalian di sini sejak kapan?"     

"Lama. Sepertinya sudah sekian lama, sampai kami terlupa waktu, hahah!" Rudy menjawab.     

"Yeah, betul," Jav kembali buka suara. "Sewaktu aku tiba, sudah ada Faruq dan Rudy. Faruq tiba paling awal, lalu Rudy, aku, Hans dan terakhir Vasco," papar Jav menuntaskan rasa penasaran Andrea. Eh, tapi masih banyak yang ingin ditanyakan Andrea.     

"Kalau begitu... kenapa kalian masih di sini? Kalian pasti memiliki sebuah tujuan masuk ke portal, bukan?" tanya Andrea kembali. Kini ia duduk di salah satu batu besar dan kelima pria itu berdiri mengelilinginya.     

"Aku cuma iseng sewaktu melihat ada portal saat sedang memanjat gunung," ujar Hans. "Vasco dan Rudy juga sama sepertiku, hanya iseng, dan tak tau bagaimana caranya pulang."     

"Kalau aku," Faruq menimpali. "... aku ingin mencari kekuatan yang lebih hebat dan lebih besar. Jin yang aku punya mengatakan agar aku datang ke Underworld kalau ingin bertambah sakti."     

"Waow... kau punya Jin." Andrea sampai ternganga takjub. Tak mengira ada manusia yang begitu ambisius mencari kekuatan sihir hingga rela masuk ke Underworld. "Lalu mana Jinmu?"     

"Dia menghilang. Jin sialan. Akan aku cekik sampai mati nanti kalau ketemu." Faruq tampak kesal mengungkapkannya. Andrea ingin tertawa geli tapi ia tahan. Tak sopan, kan menertawai nasib sial orang lain? Walau itu hal yang menggoda untuk dilakukan.     

"Hahaha," tawa Javier menanggapi cerita pendek Faruq. "Dia apes sekali, bukan?" Ia merangkul bahu Faruq.     

"Tsk! Tak perlu kau sampai tertawa, kan?!" Faruq terlihat sebal meski tidak berupaya menyingkirkan rangkulan dari Jav. Mungkin mereka sudah sohiban parah. Maklum, senasib. Tak bisa pulang ke dunia manusia.     

"Bagaimana denganmu, Jav? Apa tujuanmu masuk ke sini?" Andrea memandang Javier. Lelaki bule itu tampaknya memiliki niat tertentu masuk ke Underworld. Andrea bisa merasakan niat kuat Jav.     

"Aku ingin mencari Iblis pembunuh orang tuaku." Demikian jawaban lugas Jav.     

Andrea seketika bungkam. Sebuah niat yang amat serius. Dan Javier bisa dibilang nekat. Atau bodoh? Ceroboh?     

"Apakah kau sudah tau Iblis yang mana yang kau cari, Jav?"     

"Sudah, Andrea. Namanya Zirgov dari bangsa Reulh, anak buah Balphegor."     

"Wah, sampai sedetil itu kau mengetahui incaranmu," Andrea salut. "Dan kau sendirian ingin membalas dendam? Apa kau tidak takut pada Iblis lain yang mungkin akan membahayakan nyawamu sebelum kau berhasil menemukan Zirgov tadi?"     

"Aku percaya dengan kekuatanku. Lihat..." Javier pun menciptakan api dari tangannya dan melemparkan ke sebuah batu besar tak jauh dari mereka. Batu itu langsung berkeping-keping hancur. "Aku punya api penghancur. Iblis bisa aku musnahkan dengan kekuatanku itu."     

"Kau sudah pernah bertarung dengan Iblis, Jav?" Andrea memang serba ingin tau.     

"Tentu. Sudah banyak Iblis yang mati di tanganku, makanya aku percaya diri masuk ke portal mencari Zirgov."     

Andrea manggut-manggut mendengar jawaban Javier. "Aku bisa bayangkan kesedihan dan tekadmu, Jav. Aku salut." Ibu jari diacungkan ke Javier.     

"Thank you, Andrea. I really appreciate it." Javier mulai pakai bahasa emaknya. "Oh ya, kita semua bisa berkomunikasi tanpa hambatan bahasa karena kami bisa memakai sihir untuk hal itu."     

"Pantas saja kalian paham bahasaku. Kalian hebat," puji Andrea. Seketika ia merasa aman dan nyaman dengan teman-teman barunya. Yah, dibanding Dante, Andrea jelas lebih memilih kelima pria itu.     

"Apa kau lapar, Andrea?" tanya Rudy.     

"Memangnya di sini ada makanan?" Andrea balik bertanya.     

"Hanya buah-buahan saja. Dan kami sudah meneliti mana buah yang aman dan mana yang berbahaya," timpal Hans.     

"Berbahaya?"     

"Iya, Andrea. Kami harus merasakan pusing atau diare jika salah makan buah. Hahaha..." Vasco menyambung, menertawakan kisah konyol mereka sendiri. Andrea ikut tertawa.     

"Hei, Andrea... apa sihirmu muncul dari lahir?" tanya Javier.     

Andrea diam sejenak. Tak mungkin ia membuka identitas aslinya bahwa ia adalah Cambion dan sudah mengalami keanehan diri semenjak lahir. Tidak! Lima pria itu tak boleh tau! Bisa runyam. "Aku... kekuatanku muncul ketika menjelang usia 17." Kemudian ia tersenyum kecut.     

"Ternyata bangkit saat remaja." Jav melipat dua tangan di dada. "Tampaknya kau tidak menyukai kekuatanmu. Benarkah?"     

Andrea mengangguk lemah, tertunduk. "Begitulah. Hanya membuat susah hidupku saja. Aku justru ingin kembali normal tanpa kekuatan aneh-aneh."     

"Hei," Hans menepuk bahu Andrea hingga gadis itu berjengkit kaget. "Jangan sesali. Mungkin nantinya bisa kau ambil pelajaran berharga dari kekuatanmu itu."     

"Ya, benar Andrea, jangan disesali. Nikmati dan buatlah hidupmu lebih bermakna dengan kekuatan itu," sambung Vasco.     

"Andrea, kenapa kau masuk portal?" Faruq ganti menanyakan itu ke Andrea.     

Si Cambion tak mungkin menyebutkan niat membunuh Ayahnya sekaligus mengungsi sebentar karena dikejar-kejar Malaikat untuk dimusnahkan karena mengandung bayi yang berbahaya bagi umat manusia dan umat Surga. Tidak! Jangan sampai mereka mengetahui itu.     

"Aku... aku juga iseng. Dan tak menyangka ternyata bisa sampai di sini." Demikianlah jawaban yang diberikan nona Cambion.     

Dante memutar bola matanya. Dia masih memilih bungkam daripada lima pria itu berbuat macam-macam padanya. Ia masih ingin hidup dan melindungi Andrea. Makanya ia rela terdiam seperti patung pajangan sedari tadi menyimak perbincangan Andrea dan kelima pria.     

"Hmmmffhhh..." Tiba-tiba Faruq menghirup udara dalam-dalam sampai matanya terpejam. "Bau enak apa ini?" tanyanya. Lalu membuka mata, menoleh ke teman-temannya. "Apa kalian juga mencium bau yang sama?"     

Keempat pria itu pun mulai menghirup udara kuat-kuat untuk memastikan ucapan Faruq. Dante dan Andrea membeku di tempatnya. Dante mulai merasakan bahaya. Tapi sebagaimana keras ia bergerak, tetap saja kurungan tanah tetap membelenggunya. Ingin dia berteriak ke Andrea agar gadis itu lekas lari menjauh dari sini.     

Demikian juga Andrea. Dia merasakan sinyal bahaya begitu kelima pria itu bersama-sama menghirup bau yang ia yakini adalah bau dirinya. 'Astaga! Mampus dah gue kalau mereka tau itu bau gue! Gue musti gimana ini?! Kalo tiba-tiba lari bakalan ketahuan! Maakk! Tolongin Drea, Maaakk! Duuhh si Kencrut ama yang lainnya napa lama banget, sih?! Sialan dah!'     

Tak sadar, Andrea berpandang-pandangan dengan Dante, seolah ingin bertanya ia harus bagaimana. Sayangnya mereka tidak bisa telepati.     

Tiba-tiba, muncul asap yang kian lama kian tebal dan memunculkan sesosok makhluk. Apakah itu yang akan jadi penyelamat Andrea dari situasi bahaya ini? Makhluk jenis apa itu? Ras apa? Bagaimana dia menyelamatkan Andrea dari situasi gawat tersebut?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.