Devil's Fruit (21+)

Geliat Mimpi Sang Puspa



Geliat Mimpi Sang Puspa

0Fruit 334: Geliat Mimpi Sang Puspa     
0

Siang itu para pengawal Andrea sudah hampir mencapai pintu Afrath. Namun beberapa dari mereka memutuskan berhenti sebentar karena kelelahan luar biasa. Akhirnya yang lain setuju karena melewati pintu istimewa tersebut juga membutuhkan energi besar atau bisa celaka.     

Sebenarnya Kenzo benci kondisi begini. Ia sudah ingin cepat sampai di tempat Andrea berada. Ia tak yakin Dante bisa menjaga Andrea seperti dia melindungi sang Puteri. Kenzo ada benarnya, karena dia paham atmosfer alam Underworld berbeda dengan alam Antediluvian.     

Tapi Kenzo sadar juga bahwa percuma dia memaksakan diri menyebrang di pintu Afrath dalam kondisi lemah. Salah-salah dia malah binasa dan tak bisa melindungi Andrea. Oleh karenanya, ia harus segera mencari sumber tenaga. Dan itu tentu saja sudah bisa dipastikan sumbernya. Perempuan.     

Para Succubi sudah berpencar mencari mangsa masing-masing. Druana yang bukan Succubus cukup mencari manusia lemah jiwa dan memakan jiwa mereka. Kalau pun tidak menemukan, ia akan pergi ke penjara dan memakan jiwa-jiwa para narapidana di sana.     

Biasanya jiwa orang jahat itu lebih enak dibanding jiwa lainnya.     

Saat Kenzo akan mencari mangsa perempuan, tiba-tiba ada sebuah kekuatan yang amat keras menarik dirinya. Begitu kuatnya tarikan itu hingga ia tak bisa mengelak dan masuk ke dalam sebuah mimpi milik seseorang.     

"Aneh, apakah orang ini sedang rindu? Tetapi kenapa menyeretku?" Kenzo bergumam sendiri. Ia menyibak kabut tebal dalam mimpi tersebut, ingin tau mimpi siapa gerangan yang begitu kuat menarik dia.     

"Ken..."     

Sebuah suara perempuan yang amat dikenal Kenzo. Pria Incubus itu terbelalak tak percaya.     

"She-Shelly?!"     

"Shelly? Kok?" Kenzo masih susah mempercayai pendangannya. Kenapa bisa Shelly yang muncul di depannya? Apakah itu tipuan Iblis lain yang sedang mengerjainya? "Shelly apa ini benar kau?" Bahkan gadis itu memakai pakaian yang amat minim. Sungguh seperti bukan Shelly yang biasanya saja.     

Bukannya menjawab, Shelly malah tampak akan menangis. "Teganya Ken meragukanku..." Air mata sudah mengumpul di pelupuk. "Apa tidak boleh kalau aku ingin ada Ken di dekatku? Aku kesal karena tak boleh ikut kalian. Aku kesal karena... karena..."     

"Karena?" Kenzo mulai mendekat ke Shelly. Rasanya itu memang benar-benar sahabat Andrea.     

Shelly menggigit bibir bawahnya sebentar sebelum menjawab, "Karena aku tak suka jauh dari Ken!" Dan ia pun menutup wajah menggunakan kedua telapak tangan, tersedu sekaligus malu. "Maaf! Uhuhuhuu... maaf kalau aku seperti jalang begini yang seenaknya mengumbar perasaan suka, hiks! Uhuhuhuu... tapi aku... aku tak tahan. Apalagi kemarin aku sempat bermimpi tentang Ndrea, hiks! Aku jadi makin ingin bertemu Ken! Uhuhuuu..."     

Seett...     

Gyuutt!     

Kenzo meremas lembut dua lengan Shelly. "Hei..." Suaranya mulai turut melembut. "Tak ada yang melarangmu untuk memanggilku dalam mimpi begini jika kau memang ingin bertemu. Aku pasti datang untukmu..." ucapnya mendayu.     

Jika Andrea tau, sudah bisa dipastikan ia menyiapkan golok untuk mencincang Kenzo.     

Shelly membuka telapak tangan dan memandang Kenzo sambil mata basah berurai lelehan bening.     

"Jangan menangis begini..." Kenzo ulurkan tangan demi mengusap lelehan di pipi Shelly, kemudian mengecup mata basah tersebut. "... aku jadi trenyuh kalau melihatmu menangis. Aku jadi merasa sangat jahat."     

Shelly menggeleng kencang. "Tidak! Ken tidak jahat, kok! Ken selalu baik. Sangat baik. Itu yang membuatku... suka..." ucapnya malu-malu seraya gigit bibir bawahnya.     

Kenzo mengerang dalam hati. Sejak kapan Shelly bisa tampil semanis sekaligus menggoda begini?! Bolehkah ia lekas 'melahap' gadis di hadapannya? Bisakah Andrea memaafkannya nanti?     

"Lalu... kenapa kau memanggilku seperti ini? Ada apa? Apa hanya ingin bertemu saja?" pancing Kenzo. Jangan remehkan ilmu merayunya. Bagaimana pun dia salah satu Incubus tingkat tinggi.     

Shelly diam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Aku ingin lebih dari sekedar bertemu dan mengobrol." Kemudian gadis itu tertunduk, malu dengan ucapannya sendiri.     

Kenzo meraih dagu Shelly untuk diangkat sejajar dengan pandangannya. "Katakan apa itu yang lebih dari bertemu dan mengobrol agar aku tidak salah berbuat." Diusap-usap dagu mulus Shelly menggunakan ibu jari.     

"Ken, kau pasti paham apa yang aku ingin..." Shelly menepis lembut tangan Kenzo di dagunya dan kembali menunduk. Mukanya sudah merah padam akibat terlalu malu.     

Kenzo tak mau berhenti menggoda. Ia kembali raih dagu itu dan diangkat seperti sebelumnya. Kini wajah ia dekatkan ke muka Shelly yang merona. "Benarkah aku sudah paham maumu?" Bahkan nafas berat Kenzo pun pasti sudah bisa dirasakan Shelly. Dan nafas itu menghembus bibir si gadis sebelum bilah kenyal tersebut menempel. "Urrmmchh... seperti ini?"     

Shelly menegang di tempat menerima kecupan mesra Kenzo. Tanpa sadar, dua tangannya berkait di pinggang Kenzo. Malu-malu ia mengangguk kecil seraya membuang pandangan ke bawah seolah lantai lebih mengasikkan untuk dipandangi.     

Menggunakan dua tangan besarnya, Kenzo menangkup pipi Shelly dan mengangkat hingga mau tak mau pandangan gadis itu bersiborok dengan tatapan sang Panglima Incubus. "Jangan buang muka, tatap aku kalau kau menginginkanku. Kau hanya punya opsi menatapku... atau menutup mata. Tapi jangan buang muka ke arah lain," bisik Kenzo setengah mengerang.     

"I-iya..." jawab Shelly gugup. Ini adalah ciuman pertama dia. Well, ciuman kemarin dengan Andrea tidak dia hitung sebagai ciuman karena dia hanya menganggap Andrea seorang sahabat baik saja, tidak lebih.     

Oww, Andrea... semoga kau tidak tersinggung kalau tau pemikiran Shelly.     

"Kalau begitu..." Kenzo menatap mesra Shelly sambil tetap mendekatkan wajah mereka. "...aku takkan ragu-ragu lagi... hummcchh... urmmchh..." Kenzo mulai mencumbui bibir Shelly yang pasrah menerima. 'Tuan Puteri, maafkan hamba. Sungguh ini hamba lakukan karena terpaksa membutuhkan tenaga untuk melindungi Tuan Puteri. Sangat-sangat terpaksa. Darurat. Mohon maafkan hamba, Puteri. Kumohon."     

"Ermmhh... mmssffhh..." Shelly akhirnya memberi respon balik disertai suara erangan lirih. Mungkin masih malu. Tapi yang pasti, dia sudah berani memagut bibir Kenzo, bahkan membuka mulut agar lidah Kenzo bisa seenaknya mengelus apapun yang ditemukan di rongga hangat nan basah tersebut. "Arrnghh... ngghhh... haaanghh..."     

Tangan Kenzo mulai turun dari pipi ke leher, mengelus area tersebut penuh khidmat, mengakibatkan Shelly makin berani melenguh. Dan ketika tangan itu kembali turun dan berlabuh pada dada Shelly yang hanya tertutupi kain tipis sejenis lingerie, gadis itu menggelinjang. Suara lenguhannya makin jelas.     

"Haarrnghh... urrmmchh... mmccpphh... Keeenn... hrrsssmmhh..." Shelly bisa merasakan payudaranya mulai terasa ngilu akibat stimulasi tangan Kenzo yang meremas-remas dan terkadang jari nakal itu memainkan puting yang sudah tegang.     

"Kau suka? Ummccpphh..."     

"Ngghhh..." Shelly susah payah mengangguk sambil terus melumat bibir tuan Incubus. Ia sadar siapa Kenzo, dan ia tak perduli. Rasa suka sudah erat mengakar di kalbunya. Perasaan spesial hanya untuk sang Panglima.     

"Rasanya..." Kenzo menyudahi cumbuannya hingga Shelly limbung dan lekas ditangkap Kenzo untuk ditatap. "...kita tak butuh penghalang seperti ini, bukan?" Tangan itu menurunkan tali bahu transparan lingerie Shelly, menjadikan benda tipis tersebut otomatis melorot ke bawah, menghasilkan pemandangan indah di mata Kenzo. "Sungguh panorama luar biasa menakjubkan."     

Shelly merasa malu luar biasa ketika tubuhnya sudah tidak tertutup sehelai kain pun. Dua tangan sudah menutupi dada dengan pandangan tertunduk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.