Devil's Fruit (21+)

Kemilau Amarah



Kemilau Amarah

0Fruit 336: Kemilau Amarah     
0

"T-tunggu! Heih!" Andrea berseru karena kelima pria yang baru ia kenal tiba-tiba saja sudah memegangi kedua lengan dan menarik paksa dia ke sebuah batu landai dan besar yang cukup pendek.     

"Hummffhh... baumu enak, Andrea. Sangat enak..." Javier menghirup aroma tubuh Andrea begitu gadis itu rebah paksa di atas batu dengan para pria memegangi tangan dan kakinya.     

"Benar, kan?" Faruq menyeringai karena tebakannya tepat. Bau enak menggoda itu berasal dari tubuh Andrea.     

"Aku... berasa mabuk..." tukas Rudy sambil meraih wajah Andrea dan melumat bibir gadis Cambion.     

"Urmmffhh! Mmrrfhhh!" Andrea tak sempat mengelak atas ciuman paksa dari Rudy.     

Dante menatap nyalang aksi para pria di depannya. "Jangan sentuh dia! Dia istriku! Enyah darinya!" teriaknya murka. Apalagi saat tangan Faruq kurang ajar meremas payudara Andrea.     

Javier menoleh ke Dante. "Istri?" Ia terkekeh mencemooh. "Yang kulihat Andrea tidak menyukai kehadiranmu saat aku menemukan kalian."     

"Itu karena--" Dante terdiam tak bisa melanjutkan ucapannya. Memang benar, saat Javier masuk, dia memang tengah dihardik Andrea secara ketus. Maka tak pelak, semua pria itu tak percaya ia suami Andrea.     

"Bahkan mereka tidak punya cincin di jari mereka. Khihihii..." Vasco terkikik, yakin akan dugaannya setelah melirik jemari Andrea yang 'bersih' tanpa hiasan cincin. Bahkan bekas cincin di kulit saja tak ada. Bagaimana mungkin mereka suami istri?     

Maka Dante pun dianggap sedang mengibul semata.     

Rudy sibuk menyesap cairan saliva manis dari bibir Andrea tanpa mau diinterupsi.     

Faruq mengalah dan ia pun menyibukkan mulutnya pada payudara Andrea setelah merobek baju tipis sang Cambion.     

Javier sudah menguasai area selatan tubuh Andrea, area kewanitaan gadis itu. Dua tangan Javier memaksa paha Andrea membuka setelah ia merenggut paksa celana dalam Andrea.     

"Urmmffhh! Jangan-mmffhhh!" Andrea sudah mulai memunculkan lelehan bening di pelupuk mata akibat perbuatan para pria asing itu pada dirinya. Ia tak menyangka akan mendapatkan serangan demikian.     

Javier berhasil membuka paha Andrea dan mulutnya rakus menjilati vagina sang gadis yang terus berusaha memberontak atas aksi pelecehan yang diterima. "Slrrpphh! Erllpphh! Aahhh... Sangat enak! Ermmssllhh! Ini candu! Erllmmpphh!"     

Air mata sudah luruh ke pipi dan lari ke balik rambut ketika semua pria menjamahi tubuh Andrea begitu kurang ajarnya. Ada yang mencium, ada yang menghisap kuat dua payudaranya, ada yang menjilati keringat di lehernya, dan ada yang terus rakus menyesap cairan di vaginanya.     

"Yeaahh... Begitulah cara kalian mendapatkan tenaga agar bisa keluar dari sini atau makin masuk ke alam Underworld untuk lebih menambah kekuatan." Rupanya aksi bejat para pria itu diprovokasi sosok dari kepulan asap. Makhluk itu adalah Jin milik Faruq.     

Ketika muncul, si Jin langsung bisa tau keistimewaan Andrea. Ia mengatakan bahwa jika bisa mengambil cairan dari tubuh Andrea maka mereka akan mendapatkan kekuatan tambahan.     

Semua langsung percaya begitu Vasco mengendusi tubuh Andrea dan memang aroma manis yang aneh kental melingkupi tubuh seksi tersebut. Jin pun makin membujuk pria-pria itu agar lekas mengambil cairan Andrea dengan berbagai cara.     

Terlebih lagi Jin itu mengatakan rahasia terbesar Andrea, bahwa gadis itu seorang Cambion. Andrea rasanya ingin mencabik-cabik Jin bermulut ember tersebut yang tega membuka aib hidupnya. Yah, namanya juga Jin.     

Sedangkan sang Cambion terisak mendapat perlakuan bejat pria asing pada sekujur tubuhnya. Ngilu terasa di sana-sini akibat hisapan paksa para pria demi memperoleh cairannya.     

Dante terus saja berteriak menghalau kelima pria. Namun kau bisa apa, Dan? Mereka sudah mabuk aroma Andrea. Inilah kenapa Druana dan Kenzo ingin secepatnya menyusul Andrea, karena bahaya seperti apapun bisa mengancam Andrea.     

"Jangan sentuh! Jangan sentuh istriku! Dia sedang mengandung anak kami!" teriak Dante terus-menerus hingga tenggorokannya nyaris kering.     

Syuutt!     

Pooff!     

"Eemmfhh! Mmffhh!" Mata Dante terbelalak ketika dia seketika tak bisa membuka mulutnya. Rupanya Jin milik Faruq yang melakukannya. Ia menyihir mulut Dante agar diam.     

"Kau ini berisik. Tsk!" ujar sang Jin usai membungkam Dante. "Nah, ayo tuan-tuan... jangan ragu-ragu hisap cairan gadis itu jika kalian ingin kekuatan besar. Apalagi dia dalam keadaan hamil. Konon bisa berkali lipat."     

"Hei, Jin..." Hans mendongak menatap ke Jin yang melayang tak jauh dari batu tempat Andrea sedang dieksekusi. "... Kau tau masalah beginian dari mana?"     

"Shufufufu~" Jin itu terkekeh. "Koneksi saya sangat banyak, para tuan-tuan hebat nan tampan."     

Hans nyengir, memaklumi dan sekaligus menerima alasan Jin. Ia pun kembali menjilati leher dan telinga Andrea. Sesekali tangannya meremas payudara montok Andrea ketika puting susu gadis itu tengah dihisap kuat rekannya.     

'Kenapa gue harus ngalamin hal menjijikkan gini? Kenapa?! Hiks! Semua salah bokap bejat gue! Semua salah dia! Iblis bejat brengsek!' batin Andrea terus berteriak murka sekaligus pilu. Ia tak mengira bakalan mendapatkan pengalaman pelecehan kembali sesudah Dante.     

Sekilas otak Andrea berfikir lebih memilih dilecehkan Dante daripada dikeroyok seperti sekarang ini. Lebih memalukan dan menyakitkan pula.     

"Hei, nona Cambion," Javier mendongak menjedakan mulut rakus dari vagina Andrea. "kenapa cairanmu tidak melimpah? Memangnya kau kurang menyukai lidahku? Apa permainanku kurang membuat kau bergairah? Kau termasuk Succubus, kan? Harusnya kau gampang berahi, kalian makhluk binal penyuka seks, ya kan?"     

Semua pria pun berhenti dari aksi mereka, kompak menoleh ke Javier.     

Andrea mendelik. "Gue bukan jalang seperti Succubus, tolol! Gue jauh lebih terhormat dibandingkan Iblis apapun!" serunya marah dengan air mata berlelehan, menegakkan kepala untuk menatap tajam ke Javier. Andrea langsung menggunakan lu-gue. Tata bahasa sopan sudah luntur seketika begitu kelima pria memperlakukan dia sungguh biadab begitu. Memangnya mereka patut mendapatkan bahasa sopan?     

"Terhormat? Kau bilang terhormat?" Jin melayang ke atas Andrea. "Gadis terhormat mana yang hamil di usia remaja seperti kau, hummhh?"     

Andrea benar-benar ingin merobek-robek Jin di atasnya. Mulut bedebah yang terus saja memprovokasi. Lihat saja, pria-pria brengsek yang mengelilingi Andrea manggut-manggut setuju.     

"Benar juga." Faruq menyetujui ucapan Jinnya. "Itu bukti kebinalanmu. Fuhuhu!"     

'Tidak! Dia tidak binal!' Dante berteriak dalam hati karena mulut sudah disihir tak bisa membuka. 'Dia tidak binal! Aku yang bejat memaksanya! Aku!'     

"Gue kagak binal! Gue gak-mmffghh!" Andrea tak bisa melanjutkan ucapan karena Hans sudah menyumpal mulut gadis itu dengan bibirnya.     

"Hei, Hans!" teriak Rudy. "Enak saja kau merebut lahanku!" Ia memprotes tindakan rekan yang menyabotase bibir Andrea. Namun Hans tak peduli dan tetap mencari saliva Andrea yang beraroma manis enak.     

Rudy memutar bola mata melihat kelakuan Hans. Ia pun mengalah dan mulai menjilati keringat di leher Andrea.     

Faruq dan Vasco pun kembali pada aksi mereka masing-masing, menghisapi puting payudara Andrea, berharap mendapatkan cairan susu di sana, karena Jin bilang bisa saja Andrea sudah memproduksi air susu meski kehamilan masih beberapa bulan saja.     

Javier masih merasa kurang puas dengan keringnya cairan di vagina Andrea. Ia terusik. Benarkah permainan lidahnya tak mampu membuat Andrea basah?     

Sementara kaki Andrea terus melakukan berontakan, Javier jadi gemas. Ia pun masukkan tiga jari sekaligus ke liang vagina, langsung mengocok di sana tanpa peduli Andrea kesakitan karena tak munculnya cairan pelumas.     

Perih, nyeri, ngilu. Semuanya terasa di sekujur tubuh. Terutama vagina yang dipaksa oleh Javier. Andrea pejamkan mata sembari terisak meski susah payah karena mulut tersumpal bibir Hans. Tangan dipegangi erat-erat oleh Faruq dan Vasco yang menguasai payudaranya.     

"Ayo! Ayo keluarkan cairan sialanmu itu, bitch! Keluarkan!" desak Javier seraya jarinya terus saja mengocok dan mencari titik nikmat Andrea, berharap gadis Cambion itu segera klimaks. Sayangnya, Andrea ternyata tidak menikmati sama sekali dan tak heran kalau dia tidak basah sama sekali.     

"Mmrrfhhh! Hrrmmfhh!" Andrea mencoba menggeleng meski susah karena tangan besar Hans kuat memegangi kepalanya.     

"Kenapa kau tidak masukkan saja penismu ke dalam sana, Tuan?" Lagi-lagi Jin memprovokasi. Seringai muncul seiring senyum diagonal Javier yang tampak setuju.     

"Jadi bisa juga dengan cara itu, Jin?" Javier memandangi vagina Andrea. "Kenapa kau tak bilang dari tadi? Tsk!"     

"Maaf, Tuan. Aku pasti terlupa. Fufufuu..." Jin terkekeh.     

Andrea makin menggeleng hingga lumatan bibir Hans terlepas. "Jangan! Stop! Jangan lakukan itu! Kumohon, hiks!"     

"Heehh," timpal Hans. "Succubus seperti kau jangan sok suci!" Hans kembali menahan kepala Andrea dan kembali menyumpalkan bibir ke Andrea.     

"Tuan," interupsi Jin pada Javier yang siap-siap memasukkan penis ke liang vagina Andrea. "ingat, jangan sampai Tuan ejakulasi atau sperma dan energi Tuan bisa dihisap habis olehnya."     

"Oh ya?" Javier kaget. "Ternyata berbahaya juga, yah! Baiklah, aku hanya ingin dia basah."     

Andrea kian kalut, panik. Bagaimana jika benar Javier akan memperkosanya? Kenapa harus mengalami hal menyakitkan lagi? Ia belalakkan mata ketika Javier mengusapkan ujung penis ke pintu vaginanya. 'Tidak! Jangan! Jangan! JANGAAANN!'     

Javier tersenyum bagai bajingan mendapatkan mangsa kejahatannya. Ia siap melesakkan batang penis ke liang Andrea. Saat ujung penis mulai mencapai bibir vagina Andrea, gadis itu memberontak kuat.     

"HAAARGGHH!!" Andrea berhasil lepas dari Hans. Bahkan juga dari Rudy, Faruq, dan Vasco. Javier mundur seketika.     

"K-kau!" Javier menampakkan raut ketakutan. Itu karena mata Andrea berubah merah menyala dan tubuh sang Cambion berubah lebih pucat namun bersinar.     

"HAAHRGGHH!" Andrea menatap tajam ke pria-pria yang mengelilingi dia dengan raut takut. Tak mengira Andrea memberi penampakan demikian.     

Tangan kanan Andrea terangkat setelah ia berhasil bangkit berdiri tanpa peduli pakaiannya sobek di sana-sini. Bagai laser, tangan itu mengeluarkan tembakan energi berwarna merah ke arah Vasco dan Faruq secara bergantian.     

Zruupp!     

Zruuzztt!     

Vasco dan Faruq langsung saja terkapar, sekarat akibat tembakan energi dari Andrea tepat di dada mereka yang langsung membakar melubangi dada itu, mengakibatkan keduanya tewas mengenaskan.     

Tiga pria lainnya menyaksikan dengan rasa ngeri bagaimana Andrea membunuh kedua rekan mereka begitu mudah.     

Saat Hans dan Rudy hendak melarikan diri, mata Andrea menyala ke arah mereka dan ia mengangkat dua tangan ke arah dua pria tersebut, dan langsung saja bola energi berwarna putih menyambar keduanya.     

Hans dan Rudy terkapar sembari kelojotan bagai kena setrum beribu-ribu voltase. Kemudian badan mereka berdua menghitam dan tewas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.