Devil's Fruit (21+)

Sembuh Berkat Sentuhan



Sembuh Berkat Sentuhan

0Fruit 337: Sembuh Berkat Sentuhan     
0

Perut Andrea bercahaya terang. Dan Dante pun otomatis terbebas dari belenggu tanah karena pembuatnya sudah tewas. Ia menyaksikan semua tindakan brutal Andrea pada keempat pria. Ia menatap perut Andrea yang mengeluarkan sinar.     

Jin milik Faruq pun lekas menghilang begitu Tuan dia mati. Namun Jin tersebut tertawa puas. "Hahaha, akhirnya aku berhasil terbebas dari Faruq! Manusia bodoh itu! Hahahaha!"     

Rupanya Jin sengaja memprovokasi para pria tadi dengan maksud agar kekuatan murni Andrea muncul karena pengaruh janin di perut dan menyerang kelima pria itu. Dia memang menginginkan terbunuhnya Faruq agar bisa bebas. Jin yang sangat jahat. Menggunakan Andrea untuk kepentingannya sendiri.     

Andrea tak sempat menggubris Jin, karena perhatian dia terfokus pada Javier yang berusaha menyerang Andrea menggunakan energi sihir yang ia punya. Javier melempar bola energi warna biru muda ke Andrea sekaligus menembakkan sinar dengan warna serupa ke Andrea.     

"HAAARGGHH!" seru Andrea penuh kemarahan dengan mata merah menyala.     

Serangan Javier begitu mudah ditahan oleh Andrea. Gadis yang sepertinya tidak sadar akan perbuatannya itu segera membalas serangan tuan bule dengan memberikan semburan energi sihir warna merah muda yang segera melingkupi tubuh pemuda bule itu hingga Javier membatu dari ujung kaki ke kepala dan lalu meledak.     

Tepp!     

Tubuh Andrea didekap Dante dari belakang. "Sudah, Andrea. Sudah! Redakan dirimu. Sadarlah!" Ia erat memeluk sang Cambion.     

"HAAARGGHH!" Andrea berteriak, berusaha lepas dari pelukan Dante. Tubuhnya mulai memancarkan warna merah yang seketika terasa panas menyengat bagi Dante.     

"Andrea, kumohon... berhenti. Mereka semua sudah mati. Sudah, cukup, Andrea. Kembali ke dirimu yang semula, Andrea." Dante tak mempedulikan rasa terbakar di kulitnya. Ia lebih mengkuatirkan Andrea yang hilang kendali.     

"AAAARGGHH!" Andrea masih saja belum tersadar. Ia menoleh penuh marah ke Dante dengan mata merah menyala dan wajah pun mulai sama merahnya.     

Tanpa sadar, Dante menyentuh perut Andrea. Seketika terjadi hal ajaib. Tubuh Dante terasa sejuk. Apakah anak di perut Andrea merespon kemauan sang Ayah? "Andrea, kembalilah normal demi anak kita. Yah?" Kini suara pria Nephilim terdengar lembut.     

Seketika Andrea mulai berubah. Matanya kembali ke warna biasa dan tubuh pun berangsur berwarna putih susu, sesuai warna kulit asal Andrea. Tak berapa lama, gadis itu benar-benar sudah sepenuhnya sadar.     

"Apa... apa yang udah terjadi?" tanyanya dalam pelukan Dante. Ia mencoba mengatur engah nafas. Tubuhnya bermandikan peluh. Ujung mata Andrea melirik ke onggokan mayat para pria penyerangnya. "Aaaarrkkhh! Mereka! Mereka!" Ia berteriak kalut.     

"Sshhh... tenangkan dirimu, Andrea." Dante berupaya mengalihkan pandangan nona Cambion ke arah lain agar tidak melihat ke mayat-mayat pria di tanah dekat mereka.     

"Gue... gue yang... membunuh... mereka? Hiks! Gue?" Ia terisak, tak mengira dirinya sudah demikian kejam dan brutal memperlakukan manusia.     

"Bukan salahmu, Andrea. Mereka yang cari masalah duluan. Sudah, jangan sampai itu mempengaruhi anak kita. Yah?"     

SRETT!     

Andrea tegas melepaskan diri dari Dante. Ia menatap pria Nephilim seraya mata berkaca-kaca. "Gue ini monster. Gue udah jadi Iblis. Gue... gue..." Ia mundur dan meremas frustrasi helaian rambut hitamnya. "Gue gak termaafkan... Hiks!"     

"Tidak. Kau tidak salah. Kau hanya membela diri, membela martabatmu, Andrea."     

"DIAM!" bentak Andrea ke Dante. "Semua berawal dari elu! Lu yang bikin gue sengsara! Lu! Mendingan lu juga mati aja kayak mere-AAARRRGHH!" Tiba-tiba dia mengerang keras sembari memegangi perut. Rasanya bagai diremas kuat di dalam sana. "Aarrgghhh... sakiiittt..." rintihnya sampai merundukkan tubuh memegangi perut.     

Dante lekas mendekati gadis itu dan memegang perut 'istrinya'.     

Andrea terbelalak kaget. Itu karena rasa sakit seketika lenyap menghilang begitu Dante menempelkan tangan di perut dia. Ia pandangi Dante dan perut secara bergantian. Tak percaya.     

"Kenapa, Andrea? Tambah sakit kah?" Raut Dante mulai panik. "Bagaimana rasa sakitnya? Coba aku urut pelan-pelan!"     

Andrea menepis tangan Dante. Langsung saja rasa sakit itu kembali menerjang. "Auuwwgghh... haaarrkkhh... eermmgghhh..." Ia melirik Dante, heran kenapa bisa begitu.     

Apakah... anaknya ingin disentuh ayahnya? Andrea menggeleng, berusaha menepis pemikiran edan tersebut. Tak mungkin begitu, demikian harapan Andrea dalam batin.     

Apakah patut dicoba? Membiarkan Dante memegang lagi perutnya dan nantikan apa yang terjadi?     

"Andrea, katakan aku harus bagaimana agar kau tak sakit..." Dante kembali maju mendekat. Ia tak peduli meski mendapat tatapan tak bersahabat dari sang Cambion.     

Namun kali ini Andrea terdiam membiarkan Dante mendekati dan mulai menempelkan tangan ke perutnya. Ajaib! Rasa sakit kembali lenyap! Malahan perut terasa nyaman dan enak, tidak ada mual sama sekali atau ngilu apapun di sana.     

'Kenapa?! Kenapa bisa begini?!' Andrea terus bertanya-tanya akan keajaiban yang ia alami. 'Kenapa perut gue bereaksi positif gegara sentuhan dia?! Kampret, dah!'     

Andrea lemas. Tak menyangka bahwa yang bisa membuat nyaman rasa sakit di perutnya justru sosok yang ia benci. Ia nyaris ambruk di tanah jika tidak segera dipeluk Dante.     

"Andrea! Apa masih sakit?" Dante terus saja memegangi perut Andrea, bahkan mengusap lembut area tersebut.     

Seketika Andrea merasakan rasa nyaman luar biasa akibat tindakan Dante. Ia tak terima. Kenapa tubuhnya seolah mengkhianati dirinya?! Ia menatap Dante dengan pandangan sayu. Bukan bermaksud menggoda si Nephilim. Sama sekali tidak.     

"Gue... gue... udah baikan. Lepasin." Andrea melepaskan diri dari pelukan Dante dengan gerakan perlahan. Namun kembali perut terasa mulai nyeri. Ini apa-apaan, sih?! Ia sampai terheran dengan kelakuan perutnya. Atau bisa disebut... kelakuan anaknya.     

"Eh? Apa terasa sakit lagi?" Dante kembali memegangi tubuh Andrea. Bisa dipastikan, Andrea langsung 'sembuh'.     

'Nak, apa sih maksudmu?' batin Andrea seolah berusaha telepati dengan janinnya. 'Kenapa saban bapakmu menyentuyh, sakitnya jadi hilang? Apa maumu, Nak?'     

Andrea menggeleng. "Gue... gue pengen... bersihin tubuh gue. Rasanya jijik setelah tadi... tadi..." Ia tak sanggup melanjutkan kalimat karena terlalu trauma atas perlakuan jahat kelima pria rakus kekuatan tadi.     

"Baiklah. Ayo kita cari danau atau sungai. Siapa tau ada." Dante tersenyum lembut, lantas ia mengangkat tubuh Andrea dan membopongnya. Lalu mereka pun melayang di udara.     

"Ehh?!" Andrea kebingungan. "Kok lu bisa-"     

"Terbang lagi?" Dante seolah tau kelanjutan kalimat Andrea. Ia terkekeh ringan. "Terserah kau percaya atau tidak, begitu aku memegang perutmu tadi, aku tiba-tiba merasakan aliran energi kuat memasuki tubuhku melalui tangan."     

Sang Cambion terdiam mendengar penuturan Dante. Ini sungguh aneh. Apakah... anaknya yang berbuat? Tapi dia kan masih berupa janin!     

Tapi oh tapi... kenapa rasanya enak dan nyaman sekali dalam dekapan Dante begini? Andrea frustrasi karena ingin memprotes reaksi tubuhnya atas sentuhan Dante. Sayangnya ia kalah. Maka ia pun mencoba menikmati rasa nyaman yang sedari kemarin ia cari.     

Andai ia tau bahwa sentuhan Dante lah yang sebenarnya bisa menyembuhkan semua rasa pegal dan sakit di tubuhnya, mungkin Andrea bisa lebih rela bila Dante memberikan sentuhan saat di perjalanan mencari portal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.