Devil's Fruit (21+)

Semburat Kilau Kenikmatan



Semburat Kilau Kenikmatan

0Fruit 339: Semburat Kilau Kenikmatan     
0

"Hoonghhh... orrnghhh... Keennn..."     

Di tempat dan dunia lain, Shelly tengah melenguh kencang saat vaginanya dipompa penis Kenzo yang bergerak tanpa jeda. Sesuatu hal yang sangat baru dan asing bagi Shelly, namun dia menginginkannya tanpa ragu.     

Ini sudah ketiga kali gadis itu orgasme. Namun seolah semangatnya tidak pudar untuk terus menggali kenikmatan bersama Kenzo. Kapan lagi dia bisa begini? Demikian pemikiran lugu Shelly.      

Entah sejak kapan, sang gadis lugu, Shelly, memiliki rasa yang sangat khusus pada sang Panglima Incubus. Rasa aneh dan istimewa itu menyusup diam-diam tanpa dia sadari. Kini, ia sudah mengerti apa yang terjadi dan apa yang dia inginkan.     

Dia menginginkan Kenzo.     

Dia mendamba akan Kenzo dan tidak ingin melepaskan lelaki Incubus itu andaikan dia mempunyai kesempatan. Dan saat ini adalah saat dimana dia bisa berjumpa dengan Kenzo setelah sekian lama mengharap. Maka dari itu, mana mungkin dia begitu saja membiarkan Kenzo pergi?     

"Apa kau... akan keluar lagi, sayank? Eemmghh! Hrrmghh!" Kenzo pun kian terlena akan vagina Shelly yang ternyata begitu nikmat. Terasa berbeda dengan para wanita yang pernah ia setubuhi baik di mimpi ataupun di dunia nyata.     

Shelly mengaitkan dua lengan ke leher Kenzo yang bergerak ritmis di atas tubuhnya. Ia terus berusaha menyamakan ritme goyangan Kenzo. Meski dia seorang amatir dalam hal bercinta, namun insting dia, naluri alami dia membimbing Shelly sehingga gadis itu bisa bergerak harmonis dengan gerakan tuan Panglima Incubus.     

"Haannghh... Keeenn... enak... nngghhh... enak sekali... terus... hngghh... teruuussshhh..." Shelly berusaha meniadakan semua rasa enggan, risih, dan juga malu saat ini. Sekarang adalah momen yang langka, dan dia tidak ingin menyia-nyiakannya.     

"Aarrgghhh! Sheeelll... vaginamu... arrgghh... sial! Ketat dan ... eermmgghhh... nikmat! Ooorrghhhh! Aku tak tahan! Shelly, aku tak tahan!" Kenzo bagai hilang kewarasan. Ia tak peduli lagi apakah Shelly sahabat Andrea atau bukan, pokoknya dia sudah di batas limit.     

Shelly coba-coba memeluk pinggang Kenzo menggunakan kedua kaki yang ditautkan agar hujaman penis sang Panglima Incubus bisa lebih dalam. Bagaimana gadis lugu ini mengerti gerakan seperti itu? Entahlah.     

"Arrgghh! Sheeelll! Kau... nakal--Oooorrghhh! Aku... bisa gila kalau menahan lebih lamaaahh... ooorrghhhh!" Kenzo pun terkejut mengetahui sikap Shelly, namun dia tidak keberatan. Justru dia makin gemas dan mempercepat pacuannya pada area selatan sana.     

"Jangaannhh... ditahaaannhh... nngghhh... Keennhhh! Keennhh! Akuuuhh... rasanya hhnghh... mau... mauuhhh..." Shelly meracau sekenanya. Matanya sesekali terpejam menikmati apapun yang dihadirkan Kenzo untuk pertama kali baginya.     

"Ayoohh! Ayoohh keluarrhh bersamaahh... Sheeelll..." timpal Kenzo penuh semangat. Ia sudah lupa Shelly adalah sahabat tersayang yang sangat dijaga oleh Tuan Puterinya. Ia sudah lupa Shelly adalah perawan yang baru kali ini disentuh seorang pria, apalagi jenis seperti Kenzo.     

Yang ada hanya birahi dan keinginan lekas menuntaskan apa yang sudah menghimpit ingin mencuat keluar dengan segera.     

Mata Shelly berbinar. Akhirnya ia bisa membuat Kenzo klimaks sebentar setelah dari tadi ia melulu yang memuncratkan cairan nikmat.     

Gadis itu mengangguk senang, mengulum senyum, dan menarik leher sang Incubus sebagai tanda meminta cumbuan.     

Kenzo merespon positif gerakan kode Shelly. "Hurmmchh... mmcchh..." Bibir itu segera melumat agresif bilah kenyal Shelly yang sama agresif membalas.     

Namun Kenzo segera melepaskan cumbuan untuk menyuarakan deramannya. Sudah di ujung. Rasanya sudah di ujung.     

"Orrnghhh! Sheeelll! Shellyyyyy!" Kenzo pun mengerang keras-keras dengan suara dalamnya. Sesuatu yang cair sudah nyaris keluar secara serampangan di dalam liang sempit Shelly, tanpa bisa ditahan.     

"Keeennnhhh! Ernnghhh! Keennzooohhh!" Shelly juga turut mengerang, namun suara manjanya masih mendominasi. Gadis lugu itu memejamkan mata. Dia malu, lagi-lagi dia akan mengeluarkan cairannya, yang berpadu dengan milik sang Panglima Incubus.     

"O-OOOORRGHHH!"     

"HAAAAGGHHHKKHH!"     

Dua insan beda ras itu pun sama-sama mencapai puncak kenikmatan bersama. Benih cair mereka berpadu bersama dalam lubang ketat Shelly.     

Shelly bisa merasakan sperma panas Kenzo dalam rahimnya. Ia tersenyum bahagia. Akhirnya ia bisa memiliki Kenzo meski hanya dalam mimpi. Tidak mengapa meski hanya di mimpi saja, itu sudah melebihi ekspektasi Shelly.     

Gadis itu tak tau jika sebenarnya Kenzo menyetubuhi dia secara nyata, walau Shelly masih saja lelap.     

"Haaakkhh... aaakkhh... haannghh..." Keduanya sama-sama terengah-engah meski sudah berhenti bergerak. Penis Kenzo masih mendekam di liang Shelly.     

"Kau gadis nakal." Kenzo menjentik lembut ujung hidung Shelly.     

Gadis itu tersipu. "Biar saja. Habisnya... Ken nggak pernah menutis aku. Kau selalu saja sibuk memperhatikan Andrea."     

Panglima itu tertawa kecil. "Apa ini kau sedang menyuarakan cemburu?" godanya.     

Shelly mencubit gemas dada pria Incubus di atasnya. "Tidak! Siapa yang cemburu? Huff!"     

"Hahahaha! Wajah meronamu sangat memikat, kau tau itu?" goda Kenzo, lantas berikan kecupan di bibir, lalu kening Shelly. "Terima kasih, sayank. Kau luar biasa." Perlahan, Kenzo mencabut penisnya.     

Shelly mendesis ketika benda berurat besar itu keluar dari liang basahnya. "Ken, apakah kau akan pergi?" Ia mulai berkaca-kaca.     

Kenzo jadi tak enak hati. "Maaf, aku harus lekas melanjutkan perjalanan. Kau tau, Puteri Andrea sudah masuk ke Underworld tanpa pengawal. Itu karena hanya dia yang bisa melewati pintu portal yang kami temukan."     

Kenzo mulai duduk diikuti Shelly.     

"Lalu... sekarang bagaimana nasib Drea?" Shelly mulai cemas.     

"Hanya Dante yang ikut masuk menyusul Tuan Puteri. Makanya aku kuatir Nephilim tolol itu tak bisa menjaga Tuan Puteri."     

"Syukurlah kalau ada Dante mengiringi Andrea." Shelly terlihat lega. Kemudian ia meremas lembut lengan Kenzo. "Ken, tak usah kuatir kalau ada Dante bersama Andrea. Aku yakin Drea aman dengan Dante. Pasti dia menjaga baik-baik Andrea. Mereka kan suami-istri."     

Kenzo terdiam. Sebagian dirinya tak rela akan sebutan suami-istri untuk Andrea dan Dante.     

"Shelly, aku pergi dulu. Kau bisa memanggilku lagi di mimpi jika ingin bertemu. Oke?"     

Shelly ingin menangis. Tapi ia sadar, Kenzo harus lekas menyusul Andrea. Ia pun mengangguk meski berat.     

Usai itu, Shelly terbangun. Matanya mengerjap. Melirik ke meja nakas, sudah jam 5 pagi. Lantas wajahnya merona mengingat apa mimpi yang ia dapatkan semalam. Mimpi terliar dalam hidupnya.     

Saat menunduk, ia mendapati seprei putih gading sudah banyak terdapat bercak darah. Ia menjerit tertahan. Dua tangan menutupi mulut agar tak ada pembantu datang jika mendengar jeritan tersebut.     

"Ke-kenapa ada darah di... sini?!" Ia sibuk berfikir. "Apa... ini... darah... perawan milikku?"     

Tangannya menyentuh bercak merah tersebut. Gemetaran. "Tapi... tapi kan tadi... cuma di mimpi..." Shelly terus berfikir. Lantas, matanya membola. "Apakah... apakah ternyata Kenzo melakukan itu... secara nyata?! Oh tidak!"     

Shelly langsung saja menjangkau vaginanya. Terasa perih, memang. Dan... basah. Ia mengambil sedikit cairan di sana. Kental, putih, berbau tajam.     

"Apa ini... sperma?! Kenzo?! Sperma Kenzo?! Astagaaa!!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.