Devil's Fruit (21+)

Memasuki Kerajaan King Zardakh



Memasuki Kerajaan King Zardakh

0Fruit 343: Memasuki Kerajaan King Zardakh     
0

Di tempat lain, rombongan Kenzo sudah masuk ke area Underworld. Tuan Panglima segera melesat mencari jejak Andrea.     

Tepp!     

"Panglima, jangan panik begitu," ujar Druana seraya menahan lengan Kenzo sebelum Panglima Incubus benar-benar melesat meninggalkan rombongan. "Kita bisa lacak bersama-sama Puteri Andrea."     

"Aku tak mau sesuatu terjadi pada Tuan Puteri." Kenzo tatap tajam manik Druana.     

"Kau seperti beda semenjak kita bertemu kembali di depan gerbang Afrath. Apa ada sesuatu terjadi saat kita saling berpencar sebelumnya?" Druana balas tatap dalam mata Kenzo.     

Panglima mendengus, melepaskan lengannya dari pegangan Druana. "Tidak ada apa-apa. Ayo cepat kita cari Tuan Puteri sebelum terlambat."     

"Sebentar aku bisa menggunakan kekuatanku untuk—"     

"Tuan Puteri ada di selatan sana," celetuk Rewdo, salah satu anggota klan Roxth.     

Semua menoleh padanya.     

"Aku tau dari radar telepati aku," sahut Rewdo bagai tau apa yang akan ditanyakan padanya.     

Maka semua anggota rombongan itu pun terbang melesat ke selatan seperti petunjuk Rewdo.     

Sementara, di bagian selatan dunia bawah, Underworld, Dante masih membopong Andrea. Gadis itu meringkuk tenang dalam dekapan Tuan Nephilim sembari lingkarkan dua lengan ke leher Dante meski terus menolak mempertemukan pandangan dengan pria itu.     

"Apa kau sudah merasa lapar, sayank?" tanya Dante, teringat bahwa mereka sudah cukup lama terbang.     

"Emangnya di sini ada kedai pizza? Ato warung tegal? Lamongan?" Andrea balik bertanya meski sarat bermuatan nyinyiran. Kenapa harus nyinyir, yah? Dasar calon emak gampang sensitif emosinya.     

"Semoga ada. Mau tanya dengan salah satu penduduk sini?" Dante malah membalas menggunakan kalimat cerdas. Buktinya Andrea memilih diam sesudah mendecih terlebih dahulu.      

"Mama bisa meminum cairan Papa jika merasa lemas." Tiba-tiba suara anaknya kembali terdengar secara ghaib.     

"G-gak mau!" tegas Andrea meski pipinya menghangat. Dante terkekeh geli. Kini mereka berdua bisa mendengar apapun celetukan anak mereka. "Saran apa itu? Tsk! Ada-ada saja kau, Nak!"     

"Tapi memang itu satu-satunya cara agar Mama kenyang jika tak menemukan makanan."     

"Nak, Mama mohon, plis jangan seperti bapakmu. Jangan mesum seperti dia." Andrea mengusap perutnya.     

"Ini bukan mesum, Ma. Ini cara bertahan hidup secara survival." Sang Anak tetap kukuh pada pendapatnya.     

"Hahaha!" Dante tak bisa menahan tawa lagi. "Rasanya anakku benar-benar jenius dan bisa kompak dengan Papanya."     

Andrea melotot ke Dante. "Jangan coba-coba, yah!"     

"Hei, saran anak kita tidak buruk, bukan? Bahkan sangat gampang tanpa perlu bersusah payah mencari sana-sini." Dante tatap nakal wanita tercintanya.     

"Gak mau! Issshhh!" Andrea memukul dada Dante, sebal. "Masih sakit, tauk!"     

"Ya sudah, nanti saja kalau sudah tidak sakit lagi, yah!" goda Dante.     

"Ogah!" Andrea memanyunkan bibir.     

"Jadi gemesin ingin aku lumat bibir kamu kalau begitu, sayank." Tuan Nephilim makin berani. Ini terasa seperti saat mereka sedang di alam milik Djanh.     

"Dante apaan, sih?!" rutuk Andrea tambah kesal meski wajah sudah merah padam.     

"Ma, tak harus dengan bersenggama, kok. Cukup menghisap sperma Papa saja sudah cukup."     

"Astaga, Nak! Kau ini belum cukup umur untuk bicara kayak gitu, oi!" Andrea terpekik. Mendadak ia jadi malu kenapa anaknya bisa sevulgar itu! Padahal umur saja belum ada setahun! Dasar janin aneh.     

"Tuan Puteri!"     

Dari arah lain, terdengar suara Kenzo keras lantang memanggil. Andrea dan Dante lekas menoleh ke sumber suara.     

"Ahh! Kalian!" Andrea seketika sumringah senang. "Syukurlah kita ketemu!"     

"Halo, Puteri," sapa Druana setelah mereka semua berhenti terbang. "Waahh, ada kemajuan rupanya." Manik Druana mengamati Andrea dalam gendongan Dante. Dari sekali pandang saja orang bisa tau bahwa Andrea sangat rela digendong oleh Dante.     

"I-ini terpaksa, woeh! Bukan mau aku!" kelit sang Cambion sebelum dia menerima banyak kalimat goda dari para bawahan ayahnya.     

"Loh, saya hanya memaksudkan pada kondisi Puteri yang tampaknya sudah segar dan sehat, tidak pucat seperti sebelumnya." Druana mengulum senyum kecil.     

"O-oghh... itu, yah?" Andrea jadi malu sendiri. "Yeah, mungkin... emmhh... karena sudah mandi di sungai sebelum ini."     

"Waahh, pantas saja pakaian Puteri berbeda dari terakhir kita bersama." Liwth turut bicara.     

"Erghh?!" Andrea mendadak panik. Bagaimana kalau semua sadar bahwa pakaian dia dan Dante berbeda dari saat mereka belum masuk ke portal?     

"Pakaian kalian keren!" Kali ini Meowth menyeletuk. "Keren kompakannya. Kalian mandi bersama di sungai?"     

"Kagak!!!" sahut Andrea cepat. Mukanya sudah panas. Ia pun memberontak dari gendongan. Namun Dante tak mengijinkan. "Le-lepasin aku, dodol!"     

"Tidak! Semakin kita berdekatan, kau semakin merasa sehat, bukan?" Dante enteng saja mengucapkan.     

"Gak gitu, oi!" protes Andrea.     

"Ahh... kecurigaan aku akhirnya terbukti." Druana berujar.     

"Kecurigaan apa?" Kenzo dan Andrea sama-sama menanya.     

Druana terkikik. "Hanya kecurigaan bahwa yang bisa menyembuhkan sakit di perut Puteri hanyalah yang membuat perut itu berisi. Hihi..."     

"Dru-Druana! Hooiii!" Andrea bagai ditelanjangi bulat-bulat oleh sang Demon medis.     

"Hihi, maaf atas kelancangan hamba yang jujur ini." Druana makin terkikik. Teori dalam batinnya ternyata benar.     

"Sudah, sudah. Ayo kita lanjutkan perjalanan ke istana Tuan Zardakh." Kenzo melerai. Hatinya agak sakit melihat Andrea merasa nyaman dalam gendongan Dante. Loh, kenapa begitu, Tuan Panglima?!     

Maka, tanpa diucap dua kali, rombongan itu pun kembali melanjutkan terbang ke arah Barat, di mana ada kerajaan milik Raja Zardakh, ayah dari Andrea.     

"Apakah Tuan Puteri lapar?" tanya Kenzo sambil terbang di sisi Dante.     

"Tenang saja, ada aku sebagai asupan bergizi dia," sahut Dante penuh bangga seolah puas bisa mengalahkan Kenzo.      

Panglima itu paham arah perkataan Dante. "Cih! Nephilim rendahan."     

"Terserah. Yang penting aku jauh lebih berguna daripada kau, Iblis murahan," balas Dante tak mau kalah.     

"Heih!" Kenzo berhenti melesat dan menatap emosi ke Dante.     

"Oh, please... kalian bisa bikin aku pusing, tau gak sih?" Andrea memijit keningnya.     

"Maaf, sayank. Itu ... dia duluan yang memulai."     

"Aku?! Bukankah kau yang—"     

"OI! DIAM!" teriak Andrea kesal. "Atau aku akan terbang sendiri saja!"     

"Jangan!" Kenzo dan Dante kompak menjawab setengah berseru.     

"Baiklah," sambung Kenzo. "Tuan Puteri bisa tetap digendong Nephilim ini jika itu membuat Tuan Puteri lebih sehat dan nyaman." Dia terpaksa mengalah.     

"Hihi..." Para Soth dan Roxth cekikikan di belakang. Druana hanya menyeringai.     

Mereka kembali melanjutkan perjalanan.     

Ekspedisi menuju kerajaan Zardakh memang lumayan mulus. Tak ada hambatan berarti dari Ibis penyerang seperti di dunia manusia.     

Kalaupun mereka bertemu Iblis, hanya saling pandang dan tak melakukan apa-apa. Mungkin para Iblis itu sadar ada Kenzo, Panglima Incubus yang ditakuti di Underworld. Mereka malas cari gara-gara.     

Terlebih, kian mendekati area kerajaan Zardakh, Iblis yang mereka temui makin segan.     

Itu karena sebelumnya para pejabat istana Zardakh sudah memberi pemberitahuan bahwa akan ada rombongan yang membawa anak Zardakh dari dunia manusia.     

Para Iblis, rakyat kerajaan itu, memang terkejut tak mengira Rajanya memiliki anak berdarah manusia.     

Namun para punggawa Zardakh sudah mengultimatum Iblis di sekitar kerajaan agar tidak coba-coba berbuat macam-macam pada rombongan Kenzo, terutama pada sang Cambion. Tak heran saat mereka melihat Andrea, mereka hanya diam melongo.     

"Iblis di sini kalem-kalem, yes?" Andrea menoleh ke Kenzo.     

"Itu karena Tuanku Zardakh sudah memerintahkan untuk tidak boleh ada yang berani menyentuh Tuan Puteri secara tidak hormat." Kenzo menjelaskan.     

Andrea mengangguk paham. Namun dalam hati ia tetap berkeinginan membunuh Ayahnya kapanpun ada kesempatan.     

Memasuki gerbang kerajaan, dua penjaga segera membungkuk hormat pada Kenzo dan Andrea. Lalu gerbang pun dibuka agar rombongan bisa lewat.     

Sesudah memasuki gerbang, mereka disuguhi pemandangan kerajaan yang menyerupai sebuah kota.     

"Wuaahhh... kok keren gini, sih kerajaan Iblis?" Andrea terpukau melihat suasana kerajaan. Mereka masih terbang di atas kerajaan.     

"Jangan salah, Puteri," sahut Druana. "Kerajaan di dunia Iblis justru lebih maju dan modern melebihi dunia manusia."     

"Begitu rupanya." Andrea menoleh ke Druana. "Beneran gak nyangka."     

Mereka pun makin melesat masuk ke alam kerajaan milik Raja Zardakh.     

Petualangan baru dimulai. Petualangan Andrea dengan misi khusus yang ia rahasiakan. Membunuh sang Ayah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.