Devil's Fruit (21+)

Enjoy Life of King Zardakh



Enjoy Life of King Zardakh

0Fruit 344: Enjoy Life of King Zardakh     
0

Sebuah ruangan. Terlihat suram namun megah. Lantai dari pualam terbaik. Langit-langit berhias lukisan meskipun tidak bisa dikatakan indah. Bagaimana mungkin disebut indah jika yang tergambar adalah sosok Iblis yang menyiksa manusia melalui persetubuhan.     

"Yang Mulia." Sebuah suara menginterupsi kegiatan di ruangan tersebut. Sang pemilik suara membungkuk hormat pada sosok di atas ranjang yang tengah bergumul.     

"Hrrghh! Kalau kau bukan tangan kananku, sudah kuhanguskan kau, Zolda!" teriak sosok di atas ranjang penuh kesal.     

"Hamba tau. Oleh karena itu hamba memberanikan diri muncul di sini membawa kabar." Si empu nama Zolda tadi masih membungkuk di depan tempat tidur junjungannya.     

"Cepat... katakanhhh! Harghh! Harghh!" Sosok di atas ranjang terdengar tak sabar. Kemudian perhatiannya beralih ke seseorang di atasnya. "Hei kau! Kerja yang benar!" Tangan pun melayang menempeleng pinggul orang yang sibuk bergerak naik turun di atas Yang Mulia.     

"Awwgh!" pekik orang itu. "A-ampun, Yang Mulia! Hamba... hamba sudah... arrgghh!"     

Kalimat perempuan itu terpotong akibat tindakan tiba-tiba sosok besar di bawahnya yang langsung saja mencengkeram kuat pinggulnya dan menghentak keras-keras dari bawah.     

"Harghh! Hagh! Harghh!"     

"Awwgh! Yang Mulia, awrgh! Sakit! Arghh! Pelan—arghh!"     

"Diam, jalang! Kau tak punyaahh hak bicaraaahh! Harghh! Arghh!" Yang Mulia tidak menggubris erang sakit perempuan di atasnya. Lalu menoleh ke arah punggawanya. "Hei Zolda! Cepatthh bicaraahh! Hrgh! Hghhh! Hghhh!"     

Zolda mengangguk sebelum mulai bicara. "Tuanku Zardakh, anak Tuanku, Puteri Andrea sudah tiba di kerajaan ini. Beliau dan rombongan telah melewati gerbang, sedang menuju ke istana."     

"Awwwghhh!" jerit si perempuan yang tiba-tiba saja disingkirkan paksa dari atas tubuh Yang Mulia Zardakh.     

"Buang manusia tak berguna ini ke Hutan Kegelapan," titah Raja Zardakh.     

"Baik, Yang Mulia. Siap laksanakan." Zolda mengangguk patuh.     

"Jangan! Jangan, Yang Mulia! Kumohon!" Perempuan itu mengiba sambil menangis ketakutan. "Hamba sudah menyerahkan hidup hamba ke kalian. Rela bersekutu dengan kalian! Kumohon ijinkan hamba tinggal di kerajaan Paduka!"     

"Dasar sundal!" teriak Zardakh hingga menimbulkan gema sekitar ruangan. "Aku tidak menjanjikan apapun padamu! Kau sendiri yang suka rela menyembahku dan bersedia menjual jiwamu padaku! Maka aku bebas melakukan apapun padamu, penyihir sundal!"     

Tak lama terdengar suara jerit pilu perempuan yang diseret Zolda keluar dari ruangan sang Raja menuju ke hutan yang disebutkan sebelumnya.     

Hutan Kegelapan. Hutan mengerikan sebagai tempat pembuangan makhluk apapun, terutama manusia yang menjadi budak Iblis, dibuang di sana untuk menjadi budak dan bulan-bulanan Iblis rendahan yang berwujud mengerikan serta menjijikkan.     

Tak butuh waktu lama bagi Zolda kembali ke istana Zardakh. Rajanya sudah berpenampilan rapi, meski tetap saja tampak ala Iblis. Tinggi, besar, seram dan bertanduk.     

Raja Zardakh sudah duduk penuh jumawa di singgasana. Tempat itu begitu luas dan berlangit-langit tinggi, seolah tak bertepi.     

Sang Raja sibuk menerima beberapa Iblis bawahannya yang bergantian memberikan laporan hal-hal yang ditugaskan bagi mereka. Zardakh mendengarkan penuh seksama satu persatu laporan.     

Setelah selesai, ia bangkit berdiri. "Zolda, aku ingin ke Istana Berlian."     

"Anda tak ingin menyambut Tuan Puteri Andrea?" Zolda merapikan jubah sang Raja.     

"Biar saja dia kemari dan menungguku. Toh perjalanan ke istana tak bisa sekejap." Zardakh pun melangkah cepat melesat ke sebuah tujuan. Istana Berlian.     

Sesampainya di Istana Berlian, ia langsung masuk ke sebuah area dan menemui seseorang. Perempuan. Senyum terkembang di wajah masing-masing saat bertemu.     

"Kuharap kau merindukanku, duhai cintaku." Raja Zardakh mendekati perempuan itu. Dua tangan segera melingkar posesif pada wanita cantik yang berpenampilan anggun.     

"Tidak. Aku tidak sempat merindukan kau, Zardakh." Sang wanita membiarkan tubuhnya didekap salah satu Raja Incubus.     

"Apa kau bilang? Kau tak merindukanku?" Segera saja dagu si wanita diangkat jemari Tuan Raja.     

Wanita itu bukannya gentar, justru tersenyum lembut. "Bagaimana aku bisa merindukanmu jika kau sudah datang beberapa belas jam lalu."     

Kilatan mata Zardakh berubah meredup lembut mendengar ucapan wanita dalam rengkuhan. "Kau memang paling bisa membuat aku kesal sekaligus senang. Harus kuberi pelajaran karena membuat hatiku terombang-ambing tak karuan begini."     

"Tidak mau," tolak sang wanita seraya lepaskan diri dari dekapan. "Semalam kau menggila di ranjang. Aku kesakitan paginya dan kau enak saja pergi." Perempuan cantik itu membelakangi Zardakh, seolah merajuk.     

"Ayolah. Maafkan aku," rayu Tuan Raja sembari meraih tubuh semampai wanita di depannya. Ia lekas balikkan wanita itu menghadap ke arahnya. "Mana yang sakit, humm? Di sini?"     

"Aanghh... Zardakh!" erang wanita itu ketika tiba-tiba saja satu tangan Zardakh sudah menyusup ke area selatan tubuhnya. "Hernnghh... kau... curang... eemmghh..."     

Wanita itu susah membendung tingkah sang Raja. Pun susah pula menahan erangannya. Terlebih ketika ia berusaha melepaskan diri kembali, Zardakh justru membelitkan dua lengan di tubuh tersebut dan memaksa bibir mereka saling bertemu meski cukup sulit.     

Belum lagi si wanita musti menahan erangan akibat jemari nakal Zardakh menjajah area kewanitaan dia tanpa bisa dihentikan.     

"Stooopphh... urmmcchh... Zard—ermmssfhh..." Susah payah wanita itu ingin menyudahi kelakuan nakal Tuan Raja.     

"Tidak—mmrrffhh... hrrmmccpphh... ermmgghh..." tolak Zardakh terus saja menindas bibir malang sang perempuan sekaligus memainkan jemarinya di area sensitif di selatan sana.     

Zardakh tak sabar. Ia lekas merobek paksa gaun bawah perempuan itu dibarengi pekikan kaget si perempuan.     

"Zardakh!"     

"Diamlah. Ini karena kau selalu saja membuat gairahku bangkit."     

"Memangnya apa yang aku lakukan?"     

"Tidak ada. Kau diam pun sudah membuat aku terangsang." Zardakh lekas merundukkan tubuh si wanita yang berpegangan pada pohon di depannya.     

"Zardakh! Ini taman! Semua anak buahmu bisa melihat kita—ARRRGHH!" Perempuan itu pun memekik tatkala benda besar berurat Zardakh sudah melesak masuk ke liang vaginanya.     

Tanpa menunggu menit berikutnya, Raja Zardakh telah menghentak tubuh langsing perempuan yang sibuk mengerang merintih.     

"Haanghh... annghh... dasar... Iblissshhh... gila... aarrnnhh..."     

"Iya... hghhh... hrghh... aku Iblis gila... yang tergila-gila... hrghh... padamu..." Zardakh terus memacu penisnya pada vagina sang wanita. "Haarghh... lobangmu... erghhh... candu untukku..."     

"Pendusta! Kau... arggh... kau bau... bau wanita lain! Zardakh!"     

"Ssshhhh! Jangan banyak cakap dan terus jepit penisku seperti biasa... harghh! Harghh! Enak sekaliiii!"     

Perempuan itu geram ketika berhasil mengendus bau lain di tubuh sang Raja yang sedang menggaulinya. Ia berontak ingin lepas. Sayangnya dia kalah kekuatan dari sang Raja. Terlalu jauh perbedaan mereka.     

"Arrgghh... Zard—daakkhggghh! Akuhh... aku membencimu!"     

"Hergh! Erghh! Tidak. Kau justru sangat... mencintai akuhh—harghh! Arghh! Sialan aku hampir ke limitkuhh!"     

"Tidak! Arggh! Mana sudi aku mencintai Iblis... arghh... sepertimu—arrghh! Jangan! Jangan seenaknya meremas dadaku, Iblis gila! Arghh!" Perempuan itu tambah kesal karena Zardakh seenaknya saja merobek kemben hitam yang melindungi payudaranya sehingga dua bongkah montok itupun langsung menjadi sasaran mainan tangan Zardakh.     

"Khehehee..." kekeh Zardakh sembari terus memacu kuat lobang vagina si perempuan, dibarengi remasan gemas pada dua payudara di depan sana. Puting sudah dipilin hingga lenguhan sang wanita jelas terdengar. "Kau tentu saja mencintai aku. Kalau tidak, mana mungkin kau bersedia ikut aku ke sini. Hrghh! Erghh!"     

"Akuhh... akuhhh bukannya bersedia!" kilah si perempuan sembari menoleh ke belakang. "Aku hanya... terpaksa karenaahh... tak ada pilihan lainnnhhh... arrgghh Zardakh lekas selesaikan! Aku... aku lelaahhh..."     

Yang Mulia Zardakh terkekeh. Sikap seperti itulah yang kerap membuat dia gemas pada si wanita. Maka penis pun dicabut. Sang wanita terpekik kaget.     

"Jangan sedih begitu. Aku hanya mencabut sebentar untuk berganti posisi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.