Devil's Fruit (21+)

Kenakalan Anak di Perut



Kenakalan Anak di Perut

0Fruit 346: Kenakalan Anak di Perut     
0

Lidah Dante terus berdansa menggelitik klitoris nona Cambion, dan sesekali mulutnya menyesap kuat-kuat benda mungil itu membuat Andrea kian kuat pula menarik rambut Dante.     

Kaki Andrea berasa bagai jelly. Lenguhannya kian keras ketika jari Dante mulai dilesakkan ke dalam vagina dan segera mengocok di dalam sana.     

"Hagh! Agh! Arrgghh... Dantee! Danteee! Arnnghh..." Pinggul Puteri Cambion bergerak maju mundur tanpa disadari empunya. Hal itu membuat Dante kian bersemangat.     

Kenzo menyaksikan aksi di atas pohon dengan perasaan kalut. Ada yang tercabik di hatinya. Bukan. Bukan perbuatan monster. Melainkan Dante.     

Terlebih ketika melihat sendiri ekspresi Andrea yang tampak begitu menikmati sentuhan Dante. Sejak kapan Tuan Puterinya rela disentuh begitu saja oleh Nephilim yang dibencinya?     

"A-AARGHHH! Haarrghhh!" pekik Andrea lepas apa adanya ketika ia berhasil mencapai orgasme.     

"Lekas minum semua cairan Mama, Pa..."     

Dante menuruti ucapan sang Anak. Ia sesap semua cairan Andrea meski Andrea terus berteriak kegelian.     

"Rrraaawwghh! Rraaawghh!" Monster-monster itu terus saja menebasi batang tebal pohon tempat Dante serta Andrea berada.     

"Ougghh!" Andrea merasakan adanya guncangan akibat tebasan para monster. "Haarghh! Dante!" Nona Cambion kaget ketika kini dua kakinya sudah diletakkan di bahu Tuan Nephilim seraya mulut Dante kembali bekerja sama dengan jemari nakalnya menjajah area intim Andrea kembali.     

Dua tangan Andrea terpaksa berpegangan pada batang di belakangnya meski kesusahan. Tak perduli. Dante tetap saja menghisapi klitoris bengkak berbarengan kocokan cepat pada vagina. Ia masih menginginkan cairan spesial istrinya lagi.     

"Sllrrpphh! Errllpphh! Sllrrrttthhh!" Terdengar jelas bunyi cairan Andrea yang mulai meleleh keluar meski belum orgasme.     

"Haanghh! Annghh!" Nona Cambion seolah tak perduli batang pohon tempat mereka berlindung mulai kian berguncang bagai ada gempa. Andrea mati-matian berpegangan ke apapun yang bisa ia raih. "Monster brengsek! Tungguin ini kelar, napa?!" pekik Andrea mengumpat monster di bawah pohon.     

Kenzo masih terus disibukkan dengan monster yang berdatangan bagai tak ada habisnya. Ia tak paham kenapa dua orang itu musti melakukan hal intim begitu di tengah bahaya begini. Seperti tak ada waktu lain saja! Tapi, jika ucapan Dante tadi benar, maka ia tak bisa berbuat apapun kecuali menunggu dan terus berjuang.     

"ARRGHHH! DANTEEE!" Orgasme kedua menerjang Andrea. Dante lekas meneguk semua cairan yang disemprotkan Andrea. "Haanghh... aanghh... cukup... cukup, Dante! Plis! Haanghh... anghh..." Gadis Cambion terengah-engah akibat orgasme yang ia dapatkan.     

"Papa, sudahkah terasa tubuhmu teraliri kekuatan baru?"     

"Sudah!" Justru Andrea yang menyahut tegas. "Harusnya sudah!" Ia perlahan-lahan turunkan kakinya bergantian dari bahu Dante, lalu tutup kembali roknya. Celana dalamnya sudah tidak berbentuk utuh akibat renggutan sang Nephilim.     

"Jujur saja aku ingin tusukkan milikku ke lubangmu, sayank..." Dante merapikan rambut Andrea.     

"Gak usah ngelunjak! Itu aja aku terpaksa banget! Dih!"     

"Terpaksa, yah? Tapi desahanmu tadi keras sekali dan kau tampak sangat menikmati."     

"Diam, Nephilim cabul! Aku kan cuma mencoba menghayati biar cepat aja keluarnya, bodoh. Gak perlu Ge-eR! Kalo gak karena ini—ARGHH!" Andrea langsung memeluk Dante karena guncangan ke pohon itu kian kuat.     

"Papa sekarang sudah bisa gunakan kekuatan sihir,"  ujar sang Anak.     

Dante pun menciptakan bola sihir berwarna putih yang segera ia lemparkan ke bawah. Seketika makhluk-makhluk seram itu pun menggelepar dan gosong. "Woahahaha! Tak kusangka aku bisa membuat Zephoro sedemikian dahsyat!''     

"Itu berkat cairan Mama yang bisa melipat-gandakan kekuatanmu, Pa."     

"Tuh! Dengerin omongan anakmu! Gegara aku! Jangan buru-buru takabur!" Andrea lipat dua lengan di dada.     

"Hehe..." Dante terkekeh gembira. "Senang rasanya kau menyebut itu anakku." Detik berikutnya, Andrea dibuat terbelalak kaget karena kecupan Dante. "Urmmcpphh! Aku akan turun. Kau di sini saja. Biar aku yang melawan mereka semua."     

Andrea tak sempat memberi jawaban karena Dante sudah melesat turun ke bawah dan mulai membantai para monster menggunakan bola Zephoro level baru berkat cairan Andrea. Puteri Cambion terpaksa patuh tetap di atas pohon, menyaksikan dua pria pelindungnya sibuk bertarung.     

"Mama... kini kau bisa gunakan kekuatanmu..."     

Nona Cambion menoleh ke perutnya. "Benarkah?"     

"Iya, aku tidak bohong. Coba saja Mama tembakkan Lovero ke arah kumpulan monster di sana sebelum mereka mendatangi Papa."     

"Hei! Darimana kau tau Mama menamai itu untuk bola sihir spesial Mama? Aku tak pernah bilang tentang itu pada siapapun!"     

"Tentu saja aku tau. Aku kan anakmu, Ma. Segala pikiran Mama, aku tau loh!"     

"Dasar tukang intip." Andrea pun tak perdulikan kekehan nakal anaknya, karena ia kini fokus menciptakan sebuah bola sihir berwarna merah muda yang ia beri nama Lovero.     

Lovero tercipta dari gabungan kekuatan Cero milik Andrea, dengan energi petir cahaya milik Dante.     

Bola itu langsung membulat besar dengan muatan pusaran angin yang mampu membelah apapun. Namun kini bola itu ada yang terasa berbeda. "Kenapa bisa ada muatan listrik sekarang di Lovero?!"     

"Itu dari Papa. Elemen listrik milik Papa kini menyatu dengan elemen api Mama. Apalagi energi petir Papa sekarang sudah jadi Petir Putih."     

"Hah?!" Andrea melotot kaget mengamati tangan yang baru saja melemparkan bola besar  Lovero ke arah gerombolan monster yang langsung menghanguskan banyak dari mereka. Ia sampai tak menggubris teriakan Dante dan Kenzo yang mengkuatirkan dia.     

"Iya, Ma. Itu karena kalian sudah menyatukan fisik secara suka rela."     

"Su-suka rela?!"     

"Betul. Mama suka, Papa girang."     

"Hei, hei... jaga ucapanmu, Nak. Kau ini masih sangat di bawah umur." Andrea jadi malu sendiri bagai ditelanjangi mengingat sebelumnya dia memang suka rela disetubuhi Dante.     

"Dan... sebenarnya... Mama bisa menggunakan kekuatan Mama dari tadi, sih. Cuma aku tahan saja supaya Mama membagi kekuatan ke Papa. Hihi..."     

"APAAA?! KAU INI—"     

"Ampun, Ma. Habisnya... kalau tidak begitu, Mama takkan berikan cairan Mama ke Papa. Anu... itu juga sekalian agar Mama paham bahwa cara membagikan kekuatan ke Papa... yah dengan cara begitu, hehe..."     

Rasanya ingin sekali Andrea menabok pantat sang Anak. Tapi itu tak mungkin, kan? Selain si bocah sedang di dalam perut, juga tak yakin apakah ia tega melakukan itu pada bocah nakal itu. "HAAARRGHHH!"     

BLAARRR!     

"HYAAAGHHH!!"     

DHUAARR!!     

Andrea bagaikan melampiaskan sebalnya ke para monster menggunakan Lovero-nya.     

"Andrea! Jangan menguras tenaga begitu!" teriak Dante, kuatir.     

"Puteri, jangan gegabah!"     

"SEBODOK AMAT!"     

BLEGAARR!     

DHUAARR!     

SWOSSHH~ GLAARR!     

Tak berapa lama, monster-monster itu pun memilih mundur menjauhi ketiganya. Jumlah mereka berkurang banyak gara-gara perlawanan sengit Dante, Andrea dan Kenzo.     

Menggunakan kekuatannya sendiri, Andrea pun turun dari pohon. Dante dan Kenzo buru-buru mendekat ke arahnya disertai raut cemas masing-masing.     

"Sayank... kenapa tidak menungguku menggendongmu turun?"     

Puteri dari Raja Zardakh pun memberikan tatapan jutek pada Dante. "Kau pikir aku orang cacat yang musti kau bantu terus?"     

"Bukan begitu, sayank... aku hanya khawatir."     

Nona Cambion mengibaskan tangan. "Gak perlu. Toh aku yakin aku sebenarnya lebih kuat ketimbang kau. Tadi hanya ulah anakku kenapa aku tak bisa keluarkan kekuatan."     

"Puteri, Anda yakin tidak lelah setelah mengeluarkan tenaga sebesar tadi?" Kenzo menyipitkan mata usai kembali ke wujud manusia.     

"Tsk! Aku ini tidak selemah dan sepayah dugaanmu, Zo!"     

"Mama, jika Mama lelah dan butuh tenaga, Mama bisa andalkan cairan Papa."     

"Di-diam, bocah nakal!" Andrea melotot ke perutnya sendiri. Dante terkikik. Kenzo malah miringkan kepala, bingung. "Hah! Ayo kita lanjutkan perjalanan! Jangan bengong aja di sini! Kita musti cari jalan keluar dari alam sialan ini."     

Dante dan Kenzo tak sempat memberi sanggahan karena Andrea sudah melayang meninggalkan dua pria itu. Mau tak mau kedua lelaki tersebut mengikuti Andrea.     

"Kau yakin ini arah yang benar, yank?"     

"Kalo kau ragu, kagak usah ikutin aku!"     

"Pfftt!" dengus Kenzo senang. "Aku tak perduli arah mana Tuan Puteri pilih, toh aku kan terus menjadi pelindungnya." Ia melirik Dante.     

"Iblis sombong tak tau malu!" Dante mulai kesal. "Kau pikir siapa tadi yang melindungi Andrea sampai membawa ke atas pohon, hah?!"     

"Csk!" decih Kenzo. Ia mengakui akhir-akhir ini ia mulai jarang melindungi anak junjungannya secara langsung. Tidak seperti sebelumnya.     

"Kalian berdua belom pernah dijejali bola pink punyaku, yah?"     

Maka dua pria itu pun sama-sama terdiam. Apalagi tubuh Andrea mulai memijar merah. Bisa-bisa keduanya dibuat gosong. Dante sudah menyaksikan sendiri bagaimana Andrea menggosongkan pria-pria laknat di gua sebelumnya.     

Ketiganya pun melesat ke arah berlawanan dengan para monster tadi lari kalang kabut. Insting sang Cambion yakin dia sudah memilih arah yang tepat agar bisa kembali ke kerajaan Zardakh.     

'Ayah brengsek, tunggu aku...' batin Andrea. 'Jangan mati dulu kecuali aku yang membunuhmu.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.